Cerita hanya fiksi dari author yang ingin menemani kegabutan kalian, jangan cari bacaan berfaedah disini karena ga akan ada😁
Larisha Mevia mahasiswi cantik berusia 19 tahun itu mengalami kemalangan saat Dev Limson yang merupakan kekasihnya harus meninggal dunia ketika tengah bersamanya.
Lebih parahnya lagi! Tuan Lan seorang milyarder yang memiliki banyak bisnis legal maupun bisnis ilegal, dia laki-laki berusia 40 tahun yang merupakan ayah dari Dev Limson, Tuan Lan yang sangat arogan dan terkenal sangat kejam terhadap siapapun.
Tuan Lan menganggap Larisha adalah penyebab Dev Limson anaknya harus meregang nyawa diusia muda. Dendam membara dalam diri Tuan Lan dan sumpahnya akan membuat hidup Larisha menderita bahkan melebihi sebuah siksa kematian, membuat Tuan Lan menjadikan Larisha sebagai Tawanan Kamar Tuan Lan.
Lalu apakah Larisha berhasil untuk keluar dari jerat kekejaman Tuan Lan? Ikuti ceritanya tanpa skip, oke🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Lihat apa kau?" tanya Tuan Lan yang heran melihat Larisha mengamati tubuh kekarnya.
"Ti-tidak Tuan," kata Larisha langsung menundukkan wajahnya.
"Tenanglah, nantinya kau akan merasakan tubuh yang begitu kekar ini menghujam tubuhmu setiap malam! Akan aku pastikan kau menikmatinya," kata Tuan Lan tersenyum menakutkan.
Larisha kemudian beralih melepaskan sepatu yang dikenakan oleh Tuan Lan, namun melewatkan untuk melepaskan celana yang dikenakan oleh Tuan Lan. Larisha yang merasa tugasnya sudah selesai, hendak menaruh pakaian dan sepatu Tuan Lan.
"Mau kemana kau?" tanya Tuan Lan.
"Ini Tuan, aku mau taruh pakaian kotor dan sepatumu!" kata Larisha.
"Apa celanaku tidak perlu diganti?" tanya Tuan Lan.
"Tuan apa anda tidak bisa membuka bagian itu sendiri? Kau kan punya kaki dan tangan, kenapa hal seperti ini harus aku yang lakukan?" tanya Larisha kesal.
Tuan Lan menarik tangan Larisha, lalu meletakkannya dibagian paha yang dekat dengan junior miliknya.
"Buka celana ku sekarang juga! Dan kau tidak usah membantahku," kata Tuan Lan.
Akhirnya mau tidak mau, Larisha membuka resleting celana berwarna hitam yang dikenakan oleh Tuan Lan secara perlahan. Tidak pernah terpikirkan oleh Larisha dia harus sampai membuka celana dari seorang laki-laki dan tentu saja itu akan membuatnya melihat besarnya Knalpot traktor sawah dibalik celana itu.
Celana bahan itu sudah terjatuh kelantai dan tersisa hanya celana bagian dal amnya saja! Tentu saja itu sudah cukup membuat Larisha bergidik merinding karena pemandangan dihadapannya sekarang, ada yang menonjol tapi bukan bakat.
"Tunggu apa lagi, cepat lepaskan! Kenapa kau ini lelet sekali jadi wanita hah?" bentak Tuan Lan.
Larisha pun memejamkan kedua matanya, lalu meraba-raba bagian celana dalamm Tuan Lan dan melepaskannya.
"Aku tidak meminta mu menutup mata! Buka matamu Larisha, jangan buat aku emosi!" kata Tuan Lan.
"Untuk apa Tuan? Apa kau hendak memamerkan knalpot traktor sawahmu itu? Aku tidak mau melihatnya, itu menjijikkan!" kata Larisha dengan mata terpejam.
"Apa kau bilang? Menjijikkan?" tanya Tuan Lan yang langsung naik pitam.
Tuan Lan pun menarik tangan Larisha dengan kasar lalu mendorong tubuh Larisha keatas ranjang, membuat kedua bola mata Larisha terbelalak! Tuan Lan yang sudah tidak mengenakan apapun lagi dihadapan Larisha, membuat Larisha untuk pertama kalinya harus menyaksikan sesuatu yang panjang dan besarnya mirip dengan knalpot traktor sawah entah apa yang ada dalam pikiran Larisha saat ini melihat semuanya terpampang nyata dihadapannya.
"Tuan, apa kau akan melakukannya sekarang?" tanya Larisha.
Tuan Lan menarik satu tangan Larisha, menuntunnya agar menyentuh knalpot miliknya yang berukuran super itu.
"Ja-jangan Tuan!" kata Larisha dengan penuh kegelian.
Namun Tuan Lan tetap menempelkan tangan Larisha di knalpot miliknya, membuat Larisha merasakan pertama kalian menggenggam sesuatu yang panjang dan semakin mengeras seperti knalpot traktor sawah sungguhan.
"Ahh, yes."
Tuan Lan berdesis akibat sentuhan tangan Larisha yang begitu lembut pada knalpot miliknya, sambil membantu tangan Larisha untuk bergerak memainkan knalpot miliknya, kedua mata Tuan Lan terpejam merasakan kegelian akibat sentuhan tangan Larisha.
"Kau memang tawanan kamarku yang sangat penurut Larisha! Teruslah gerakan tanganmu Larisha, ohhhh!" Lirih Tuan Lan.
"Tuan, sudah! Aku mohon!" kata Larisha.
Mendengar rengekan Larisha, justru membuat Tuan Lan semakin berg airahh.
"Sudahlah Larisha, tidak usah munafik, kau sudah sering kan melakukan hal seperti ini dengan laki-laki lain! Tidak usah berlaga lugu dihadapan ku!" kata Tuan Lan.
Sejuta kali Larisha menjelaskan kepada Tuan Lan bahwa dia bukan wanita nakal seperti yang ada dalam pikiran Tuan Lan selama ini, tetap saja Tuan Lan tidak akan percaya. Tangan Larisha terus bergerak sesuai dengan tempo yang diajarkan oleh Tuan Lan, memainkan sesuatu yang kian dia pegang kian keluar otot-ototnya, sementara pemiliknya justru semaking meng e rang hebat.
Larisha hanya bisa pasrah menerima perlakuan Tuan Lan yang memaksanya untuk menyentuh sesuatu yang tidak dia inginkan. Tuan Lan menatap wajah cantik Larisha, hatinya merasakan getaran yang berbeda saat berada disisi Larisha, meskipun Tuan Lan belum meyakini perasaan apa yang kini dia rasakan, tapi satu hal yang pasti! Larisha adalah satu-satunya wanita yang bisa membuat hatinya berdebar-debar.