Blurb...
"Sejak kapan kau mencintaiku hubby?" Tanya Alena setelah mereka selesai dengan percintaan panas mereka dan kini mereka saling memeluk satu sama lain.
"Sejak kau memakai hijabmu ini honey, kau semakin cantik setelah mengenakan hijab." Ucap Abraham sembari membelai lembut wajah cantik sang istri.
"Kalau begitu aku adalah pemenangnya hubby, karna aku sudah mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu" Bangga Alena sembari mengecup bibir sang suami.
"Aishhh! kau pikir ini sebuah perlombaan!" Pekik Abraham sembari mencubit hidung sang istri dengan gemas"
Akankah pernikahan mereka bertahan hingga akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersekongkol
"Pelan-pelan saja makannya sayang"
Peringati Arjuna pada gadis barbarnya itu.
Sedangkan yang lainnya menatap heran ke arah Alena tanpa berkedip sedikitpun. Tak ada yang ikut makan, mereka semua sudah merasa kenyang hanya dengan melihat cara gadis barbar itu makan saja.
"Iya pah" Balas Alena dengan mulut penuh berisi makanan.
Gadis barbar itu terus saja menyuapkan makanan ke mulutnya yang kecil. Sudah lama perutnya tak terisi makanan, membuat Alena kalap dan makan dengan begitu lahapnya.
"Habiskan makananmu setelah itu istirahatlah di kamar, siang nanti kami ingin bicara denganmu."
Ucap Rinjani sembari mengelus puncak kepala sang putri.
Gadis barbar itu hanya memberi respon pada ucapan sang mama dengan anggukan kepala saja.
Sementara mulutnya masih sibuk mengunyah.
***
***
"Hoam..." Alena menutup mulutnya yang sedang menguap dengan telapak tangannya sendiri, kemudian merentangkan tangannya lebar-lebar.
Badannya terasa jauh lebih segar setelah bangun tidur.
"Jam berapa ini?"
Gumam Alena sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar. Sinar sang mentari yang menerobos masuk lewat celah jendela sudah nampak kemerahan, menandakan hari mulai petang.
Jam di atas nakas samping tempat tidurnya sudah menunjukan pukul 4 sore, bergegas Alena pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu ia menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Kriuk!
Suara perut Alena berbunyi, tertidur cukup lama ternyata menguras begitu banyak energinya.
Rinjani sengaja membiarkan Alena beristirahat seharian, bahkan ia abaikan rengekan Ameena yang sedari tadi meminta untuk bertemu dengan kakak kesayangannya itu.
Dengan perasaan sumringah gadis berhijab yang terlihat lebih segar usai wajahnya terkena air wudhu itu berjalan ke arah dapur. Mencari makanan untuk meredakan rasa lapar yang menyerang perutnya.
"Iya mas, nanti aku bujuk Alena agar mau menerima Amar sebagai calon suaminya"
Samar-samar Alena mendengar sang mama berbicara dengan seseorang lewat video call.
"Kamu lihat sendirikan Rin, kemarin Alena sampai terkena razia saat menginap di hotel horison. Bagaimana kalau rumor itu tersebar? Nama baik putri kita akan hancur dan tidak akan ada lelaki baik-baik yang mau menikahinya lagi nanti"
Ucap sang ayah terdengar samar-samar pula di telinga Alena.
Deg! Jantung Alena serasa berhenti berdetak, dunianya terasa jungkir balik.
"Ada apa ini? Apa mereka bersekongkol di belakangku?" Batin Alena.
"Aku tahu mas, aku juga ingin yang terbaik untuk Alena." Balas Rinjani.
Alena tertegun mendengar ucapan kedua orang tua kandungnya itu.
Selama ini Alena berfikir Rinjani ada di pihaknya, dan bisa untuk di andalkan agar ia terbebas dari perjodohan ini, tapi kini harapannya seakan menjadi sia-sia saja.
Prang!
Tanpa sengaja Alena tersandung kaki meja hingga membuat gelas di atas meja itu terjatuh.
"Siapa?" Tanya Rinjani sembari menoleh ke arah sumber suara gaduh tersebut.
"Ada apa Rin?"
Tanya Ryan pula, karna suara berisik itu ikut terdengar pula olehnya.
"Bukan apa-apa mas, mungkin anak-anak sedang bermain." Jawab Rinjani.
"Sudah dulu ya mas, nanti aku kabari lagi. Aku mau mengantar makanan untuk Alena dulu, sepertinya dia sudah bangun. Salam buat mbak Maryam, bilang padanya jangan terlalu mengkhawatirkan Alena" Pamit Rinjani.
"Iya Rin. Assalamualaikum" Ucap Ryan.
"Waalaikumsalam" balas Rinjani.
Setelah itu Rinjani menyimpan ponselnya di atas meja makan, kemudian ia berjalan mendekati sumber suara gaduh barusan.
Meong--
Rinjani tersenyum simpul kala melihat kucing gemuk berbulu putih itu muncul dari arah dapur.
"Momo? Dasar anak nakal! Kau yang menjatuhkan gelas itu ya?" Tanya Rinjani dengan gemas.
Kemudian memangku kucing persia gemuk kesayangan Ameena itu, agar kakinya tak terluka atau terkena pecahan gelas.
#Sebelum lanjut jangan lupa like dan komennya ya, selamat membaca ^^#