Alyssa tidak menyangka jika kedatangan nya kerumah sang mertua adalah untuk diceraikan oleh sang suami. Dan lebih tragisnya lagi, disaat ia dijatuhi talak 1 itu disaksikan langsung oleh calon istri baru dari suaminya. Tanpa disangka-sangka ia menjadi Janda dalam hitungan menit. Apa alasan sang suami menceraikan Alyssa? itu semua karena Alyssa tidak bisa menjaga penampilan nya sehingga memiliki badan gendut tak terawat. Hal itu lah yang memicu keinginan cerai dari suami nya. Padahal ia gendut karena ada faktor penyebabnya, namun semua itu disangkal oleh Reza, suami Alyssa. Dia tetap ingin berpisah.
Bagaimana kah kehidupan Alyssa setelah diceraikan secara tiba-tiba oleh suami nya? Bisa kah Alyssa bangkit dari keterpurukannya? mari kita temani perjalanan hidup Alyssa selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Kamu Cemburu?
POV Darren
Sekarang aku sedang menunggu seseorang di parkiran salah satu gedung apartement elit di kota ini. Ya, aku menunggu Alyssa di parkiran apartement nya. Pagi ini aku menjemputnya untuk berangkat ke kantor bersama.
Setelah mengirimkan pesan pada Alyssa, aku tetap menunggu nya di parkiran. Hingga 20 menit aku menunggu, Alyssa tidak juga muncul. aku memutuskan untuk menunggu di lobi.
Saat aku menuju ke lobi apartement Alyssa, dari kejauhan aku melihat wanita itu di peluk oleh seorang pria yang aku tau dia adalah mantan suami Alyssa. Tangan ku mengepal kuat, emosi melihat wanita ku di peluk seperti itu.
Ya, walaupun Alyssa belum menerima ku, tapi aku sudah menganggap wanita itu adalah kekasihku.
Aku berjalan cepat menuju kearah mereka. Aku bisa melihat Alyssa berusaha untuk melepas pelukan itu tapi tidak bisa. Setelah jarak kami dekat, aku menarik Alyssa ke arah belakang badan ku. Aku menatap tajam pria di depan ku ini.
" Siapa kamu yang berani memeluk calon istri saya? "
Pria di depan ku itu terkejut. Dia menatap ku dengan ekspresi bingung nya. Entah bingung karena ucapan ku atau karena mengetahui siapa aku.
" Ca-calon istri? "
" Ya, Alyssa adalah calon istri saya. Dan siapa kamu berani menyentuh wanita saya? "
Aku semakin mengeratkan genggaman ku pada tangan Alyssa yang berdiri di belakang ku.
" Nggak mungkin. Nggak mungkin Alyssa sudah mau nikah lagi. Anda pasti bohong kan? saya mengenal Anda pak Darren. Saya tidak pernah melihat berita Anda dengan wanita manapun termasuk Alyssa. "
Ingin rasa nya aku menonjok pria br3ngsek di depan ku ini.
" Apa saya harus menghajar wajah jelek mu itu baru kamu tau kalau saya tidak main-main? "
Tangan ku sudah mengepal bersiap jika harus menghajar mantan suami Alyssa ini.
Namun aku terkejut, kepalan tangan ku di pegang oleh Alyssa. Aku menoleh ke belakang, Alyssa terlihat menggelengkan kepala nya. Aku tau, dia tidak ingin jika aku benar-benar menghajar mantan suami nya itu. Ada sedikit rasa tidak suka, saat melihat ekspresi khawatir di wajah cantiknya. Dia pasti mengkhawatirkan pria br3ngsek ini.
Aku kembali menoleh pada pria yang aku ketahui bernama Reza Danendra itu.
" Pergi lah. Jangan coba-coba untuk mendekati Alyssa lagi. Dia adalah calon istri saya. Kalau saya masih melihat kamu berani mendekati Alyssa, saya pastikan pembalasan saya akan lebih menyakitkan untuk kamu. Paham! " aku menekan pada setiap kalimat yang aku ucapkan. Aku berharap pria itu bisa mengerti.
Aku mengenggam tangan Alyssa lalu menariknya dan membawa nya berjalan menjauh dari pria itu yang masih berdiri mematung menatap Alyssa. Rasa nya ingin sekali aku mencongkel kedua bola mata nya agar tidak lagi menatap calon istri ku ini.
Sesampainya di dekat mobil, aku membuka kan pintu bagian depan untuk Alyssa. Wanita itu langsung masuk tanpa banyak bertanya seperti biasa nya. Setelah memastikan Alyssa masuk dan duduk dengan nyaman, aku pun masuk melalu pintu untuk pengemudi.
Setelah memasang sabuk pengaman, aku mulai melajukan mobil ku dengan kecepatan sedang.
" Terima kasih pak sudah bantu saya tadi. "
Aku menoleh ke arah Alyssa. Wanita itu juga sedang melihat ke arah ku.
" Aku tidak suka kamu mengkhawatirkan mantan suami kamu itu. "
Aku masih ingat ekspresi Alyssa tadi saat menahan ku agar tidak benar-benar menghajar Reza.
" Khawatir sama Reza? Kapan? Perasaan nggak ada. Terus kenapa juga Anda tidak suka kalau saya mengkhawatirkan pria lain? "
" Tadi saat kamu menahan supaya aku nggak mukul Reza. Kamu keliatan khawatirin dia banget. Soal kenapa aku nggak suka, ya jelas kamu itu calon istri aku, jangan kan buat khawatirin pria lain, kamu ngobrol sama pria lain juga aku nggak suka. "
Aku rasa ini adalah kalimat terpanjang yang pernah aku ucapkan pada orang selain mama dan Arra.
Alyssa menatapku dengan raut bingung nya. Walaupun aku fokus ke jalanan, tapi aku tetap bisa merasakan tatapan itu.
" Saya belum menerima Anda. Jadi sekarang saya belum menjadi calon istri saya. Dan, jangan lagi sembarangan mengenalkan saya sebagai calon istri Anda pada orang lain. "
Aku mengangguk tapi di dalam hati membantah. Tidak mungkin tidak mengenalkan nya sebagai calon istri ku. Kalau klien-klien atau pria lain tertarik pada nya bagaimana? Aku tidak mau hal itu terjadi.
" Tapi aku juga mau, kalau kita hanya sedang berdua jangan ngomong terlalu formal. Aku merasa tidak nyaman. "
Mobil tidak terasa sudah memasuki area perusahaan. Aku memarkirkan mobil di depan lobi.
" Kenapa tidak menjawab? " tanya ku karena Alyssa tidak menggubris sama sekali permintaan ku tadi.
" Oke, tapi nggak janji. "
Aku menghela napas, setidaknya Alyssa tidak menolak apa yang aku ingin kan. Dengan bicara tidak formal, itu akan membuat kami lebih nyaman dalam berkomunikasi.
" Aku duluan, aku nggak mau jadi bahan omongan karyawan yang lain. " ucap Alyssa yang langsung keluar dari mobil.
Setelah Alyssa tidak lagi terlihat, aku mengambil ponsel dan menghubungi Gilang, asisten ku yang masih mengurus pekerjaan di luar kota.
" Halo, Gilang, saya mau kamu cari tau semua yang berhubungan dengan Reza Danendra, mantan suami Alyssa. Saya mau besok harus sudah dikirim ke saya. "
Aku masih tidak terima dengan apa yang pria itu lakukan pada Alyssa tadi pagi. Aku akan sedikit memberi pria itu pelajaran.
Setelah Gilang mengiyakan, aku langsung memutus panggilan dan menyimpan kembali ponsel ku ke dalam saku celana.
Aku pun keluar dari mobil dan masuk ke dalam perusahaan menuju ruangan ku.
Saat aku keluar dari lift aku melihat Alyssa sedang adu mulut dengan seorang perempuan yang seperti nya aku kenal.
" Dih, kok lo nyalahin gue. Kalok Darren nggak mau sama lo, itu arti nya ada yang salah sama lo. " ucap Alyssa pada wanita yang berdiri membelakangi ku itu sehingga tidak bisa mengetahui siapa wanita itu.
" Pokoknya gue nggak akan pernah nyerah untuk dapetin Darren. Dari gue kuliah sampe sekarang sudah banyak hal yan gue korbanin buat dia. "
Raisa. Ya, aku mengenal suara wanita itu dan itu adalah Raisa. Untuk apa lagi perempuan ini mendatangi kantor ku sepagi ini.
Dan anehnya kedua perempuan itu tidak menyadari kehadiran ku.
" Bukan urusan gue. Sebanyak apapun yang lo korbanin, kalau pada dasar nya Darren nggak mau ya udah sih nggak usah maksa. "
Aku tersenyum mendengar jawaban Alyssa. Seakan dia sedang membela ku.
Aku tetap berdiri di posisi ku tanpa melerai kedua perempuan itu. Aku ingin melihat sejauh mana Alyssa mampu melawan kekeras kepalaan nya Raisa.
" Lo nggak tau kan apa aja yang udah gue korbanin untuk Darren? " ucap Raisa sambil melipat kedua tangan nya.
Wah, aku akui Raisa benar-benar tidak tau malu. Memang nya apa yang sudah di korban kan untuk ku? Kalau soal waktu, itu bukan urusan ku. Karena aku tidak pernah meminta nya untuk menunggu ku.
" Gue nggak tau dan nggak mau tau. Ngerti, jadi mending lo sekarang pergi, karena gue mau kerja. "
Alyssa terlihat membalikkan badan nya dan berjalan menuju ke meja nya.
" Gue udah ngorbanin tubuh gue buat Darren. Kami sudah pernah tidur bersama. "
Aku melotot mendengar ucapan Raisa. What? Tidur bersama? Kapan? Wah ini perempuan sudah gila, aku harus menghentikan nya.
Saat aku ingin menghampiri mereka, ucapan Alyssa membuat ku berhenti melangkah.
" Terus urusan nya sama gue apa? Gue nggak peduli dengan urusan ranjang kalian. Kalau lo mau minta tanggung jawab bukan ngomong sama gue tapi sama Darren langsung. Gue nggak mau tau urusan kalian. Jadi jangan ganggu gue lagi. "
Deg!
Jantung ku seperti berhenti saat ini. Nada dingin Alyssa menandakan jika dia mempercayai apa yang dikatakan oleh Raisa.
Saat aku ingin kembali melangkah, mata ku bertemu dengan tatapan datar Alyssa. Dia sudah mengetahui kehadiran ku.
" Raisa, apa yang kamu kata kan? Jangan melewati batas! " Aku berteriak yang membuat Raisa menoleh ke arah ku.
Ekspresi nya menampilkan keterkejutan dan panik sekaligus. Aku menatap tajam wanita yang selalu menganggu ku selama beberapa tahun ini.
" Da-Darren? Sejak kapan kamu disitu? "
Wajah gugup Raisa membuatku muak. Harus ku apakan wanita ini?
" Sejak kamu mengatakan kita pernah tidur bersama. "
Seandainya Raisa bukan seorang wanita, sudah dari tadi aku menonjok wajah nya yang tidak cantik itu.
" Ma-maksud aku bukan gitu. Tapi...... "
" Pergi. Pergi sekarang juga sebelum kesabaran ku habis. " aku memotong ucapan Raisa.
Telinga ku sudah panas mendengar ocehan nya itu. Aku menunjuk ke arah lift agar perempuan itu pergi secepatnya.
Aku berjalan menghampiri Alyssa yang terlihat sedang menyalakan komputernya.
" Sa, kamu salah paham. Apa yang di ucapkan oleh Raisa itu semua tidak benar. " aku berusaha meyakinkan Alyssa.
" Tidak ada urusan nya dengan saya. Untuk jadwal Anda hari ini, akan saya antar keruangan Anda sebentar lagi. "
Tanpa melihat ke arah ku, Alyssa bangkit dan menuju rak penyimpanan berkas yang ada di belakang meja nya.
Dengan cepat aku menghampiri Alyssa dan menariknya mendekat ke arah ku.
Aku merangkul pinggang nya dan menatap mata Alyssa dengan lembut. Tatapan kami bertemu.
Tangan Alyssa menopang tubuhnya di dadaku. Berdekatan seperti ini membuat ku bisa menghirup aroma tubuh Alyssa yang beraroma manis. Rasanya aku ingin memakan nya saat ini juga.
Dengan terus menatap Alyssa, aku semakin menarik pinggang Alyssa agar semakin menempel pada tubuh ku.
" Alyssa, kamu cemburu? "
sepertinya Bagas juga pria yang baik.