My Wife My Enemy

"Lo tega banget sih sama gue, kenapa lo bilang ke orang-orang masalah challenge si*lan itu hah...!" tanya Kinan sambil mengimbangi langkah Bintang yang berjalan menuju motornya.

"Santai kalik... Cuma buat seru-seru an doang." jawab Bintang membuat Kinan menggeram.

Dia melemparkan tas yang sedang dia pegang tepat ke punggung tegap orang yang ada di depannya itu.

Bintang pun menoleh.

"Gue bakal laporin lo ke rektor udah bikin salah satu mahasiswa disini gak nyaman dan tertekan !!" ucap Kinan sembari menatap Bintang dengan sengit.

"Apaan sih Kin. Gak usah berlebihan deh. Ya udah iya iya gue minta maaf !" ucap Bintang

mendekat ke arah Kinan

"Lo pikir gue bakal maafin lo?? Maaf ya, tidak semudah itu !"

Jawaban Kinan sontak membuat Bintang berdecak.

"Terus mau lo apa? Gak usah bawa-bawa rektor lah, kayak anak kecil aja !" seru Bintang membuat Kinan melongo.

"Ngatain gue anak kecil lagi...!!" desis Kinan tak terima.

"Udah yuk, ikut gue bentar !" Bintang mengamit pergelangan tangan Kinan.

"Gue mau balik !!" seru Kinan sembari melepas pegangan tangan Bintang.

"Iya iya... Nanti juga gue anter !"

Mereka pun sampai di parkiran motor, Bintang segera memakai jaketnya dan kemudian helm full face nya.

Kinan hanya menatap nya sambil bersedekap dada. Wajah cantiknya terlihat begitu kesal.

"Helm lo mana, cepet pake !!" ucap Bintang.

"Di kelas, gue ambil dulu !!" Kinan hendak berlalu tapi Bintang lagi-lagi mencekal tangannya.

"Gak usah. Lo disini aja, gue ambilin."

"Dih... Sok baik banget sih !!" gumam Kinan pelan melihat Bintang yang berlari lagi ke arah fakultas mereka.

Tak sampai 10 menit Bintang sudah kembali di hadapan Kinan, dan tanpa persetujuan Kinan, Bintang segera memakaikan helm itu di kepala Kinan.

Sontak adegan itu membuat para cewek-cewek yang juga sedang ada di parkiran pun melongo kagum, menginginkan posisi Kinan saat itu.

Klik.

Bintang selesai mengancingkan pengait helm nya.

"Dah." seru Bintang sambil tersenyum.

"Gue bisa kalik pakai sendiri!"

"Gak papa, itung-itung buat rasa permintaan maaf gue." jawab Bintang sembari menaiki motornya.

Kinan menatapnya dengan wajah binar.

"Berarti gue gak jadi asisten lo lagi kan."

Bintang merapikan helai rambut yang menutupi dahi Kinan.

"Ya jadi dong." ucap Bintang sambil tersenyum manis.

Kinan yang kesal hendak berbalik arah tapi Bintang mencegahnya.

"Eeh, ayo naik !!" seru Bintang setengah berteriak.

"Ogah...!"

"Nanti gue kasih kompensasi deh !"

"Apa?"

"Ya sini makanya naik dulu." ucap Bintang membuat Kinan berdecak.

Bintang pun menghidupkan motornya, dan menghampiri Kinan.

"Ayok naik dulu, nyesel loh kalo lo gak mau." ucap Bintang. Kinan hanya melirik nya malas.

"Janji dulu."

"Apa?"

"Nanti lo hapus foto itu."

"Ck... iya gampang !!"

"Beneran yah? awas kalo boong."

Kinan pun menaiki motor milik Bintang.

"Pegangan." seru Bintang sedikit melirik kebelakang.

"Gak usah ribet, gue turun nih !!"

Bintang tertawa pelan, dan kemudian menjalankan motornya.

Tidak Bintang sadari, sedari tadi Eva melihat interaksi keduanya dari gedung fakultas kedokteran yang ada di sebelah selatan parkiran motor.

"Lo mau makan apa?" tanya Bintang saat mereka sudah berada di perjalanan.

"Bakso aja deh. Tapi lo yang traktir ya, soalnya lo yang ngajak gue."

"Iyalah... Gak gentle banget kalo gue suruh lo yang bayar."

Bintang memberhentikan motornya di sebuah warung bakso langganannya.

"Pak ujang, biasa ya." ucap Bintang kepada si penjual itu.

"Siap nak Bintang. Ditunggu ya."

"Ramai juga ya pak jam segini" ucap Bintang yang nampak sudah sangat akrab dengan si penjual bakso ini.

"Alhamdulillah nih, namanya juga jam makan siang nak. Ngomong-ngomong kok ceweknya beda? yang biasanya itu udah putus ya?" ucap Pak ujang sambil meracik bakso nya.

"Hah?" Kinan mengernyitkan dahi.

"Maksud dia si Eva." jawab Bintang dan Kinan hanya ber oh ria.

"Dia lagi sibuk praktek pak. Jadi nya saya ajak temen se fakultas saya ini, sekalian mau ngerjain tugas."

"Emang dia sering ya pak kesini sama pacarnya?" tanya Kinan kepada si penjual itu.

"Sering neng, hampir tiap malem minggu pasti." Pak ujang berucap sembari meletakkan 2 mangkuk bakso yang masih mengepul.

"Makasih ya pak." ucap Bintang.

"Kenapa lo tanya-tanya tentang gue sama Eva, Cemburu?" Bintang berucap sembari mengaduk Bakso yang sudah dia tambahkan saus kecap dan sambal.

"Dih... Ada ya di dunia ini orang se narsis lo. Gue cuman mau tau aja kok, siapa tau suatu hari mama lo tanya ke gue, kan gue jadi bisa jawab apa kebiasaan lo di malam minggu." ucap Kinan kemudian menjulurkan lidahnya.

"Dasar cepu !"

"Biarin lah !"

Mereka pun menandaskan bakso itu dan menghabiskan juga es teh masing masing.

"Mau nambah gak?" tanya Bintang dan Kinan menggeleng.

"Serius? buat nanti malem kali aja pengen makan bakso?" sambung Bintang membuat Kinan melirik nya sinis.

"Lo pikir gue miskin apa, sampe gak mampu beli bakso !!" ucap Kinan membuat Bintang tertawa puas karena berhasil membuat Kinan kesal.

Bintang mengulurkan uang kepada penjual bakso dan segera melajukan kembali motornya.

"Ini rumah siapa?" tanya Kinan saat mereka sudah sampai.

"Oma gue." Bintang berucap sembari melepas helm full face nya kemudian melepas pengait helm Kinan tanpa di perintah.

Kinan yang kaget dengan tindakan Bintang yang mendadak malah menatap lekat wajah Bintang ada di dekatnya itu.

Bintang tersenyum sambil memajukan wajahnya ke wajah Kinan. Dan seketika Kinan tersadar.

"Jan macem-macem ya lo !!"

"Habisnya lo natap gue kayak napsu banget gitu." ucap Bintang sambil terkekeh.

Kinan melongo karena dirinya di tuduh menatap Bintang dengan napsu.

"Ngarep banget !!" gumam Kinan pelan dan mengikuti Bintang yang sudah memasuki rumah itu.

Terlihat Rita yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku di taman belakang yang bersekatan kaca tembus pandang dari ruang tengah, sehingga Bintang dan Kinan bisa melihatnya.

"Itu oma gue, yuk." Bintang menarik pergelangan Kinan mengajaknya kesana.

Kinan hanya mengikuti sambil matanya mengitari rumah oma Bintang yang sangat megah dan mewah.

"Assalamualaikum Oma." Bintang mencium tangan oma nya , dan Kinan melakukan hal yang sama.

Rita mendongak menatap Kinan kemudian Bintang seolah bertanya siapa.

"Ini Kinan Oma, temen se fakultas Bintang, kita mau ngerjain tugas bareng." jawab Bintang.

"T-tugas?" Kinan melirik Bintang tajam.

"Iya, kan kemarin lo udah janji mau bantuin gue, iya kan !" Bintang mengulum senyum sembari menatap Kinan.

Kinan yang juga sedang di tatap oleh Rita pun akhirnya memaksakan senyum.

"Ooh.. Yang kemarin itu."

"Nah itu lo inget !!" Bintang menatap Kinan dengan senyum puasnya.

Kinan menahan gejolak di kepalanya yang hampir saja mendidih kalau saja tidak ada oma Bintang.

"Ini gadis yang waktu itu kamu ajak nonton itu?" tanya Rita membuat Kinan melirik Bintang dengan jahil.

"Eh... Enggak lah oma. Beda lagi."

"Ya sudah kalau kalian mau mengerjakan tugas, tapi makan dulu ya."

"Tadi udah jajan oma." ucap Bintang membuat Rita menggelengkan kepalanya.

"Kamu ini... Jajan terus sukanya." gerutu Rita membuat Bintang terkekeh.

"Ya sudah Oma, kita ke ruang tengah dulu ya." ucap Bintang sembari mengajak Kinan.

Kinan membungkukkan badan sambil tersenyum menyapa Rita dan mengikuti Bintang ke dalam rumahnya lagi.

Rita mengamati interaksi cucunya itu yang beda dari biasanya.

Wajahnya juga nampak sumringah. Rita ikut tersenyum melihat itu, dia pikir Bintang memang sedang jatuh cinta.

Karena selama ini belum pernah Bintang mengajak teman perempuannya ke rumah ini selagi pun Bintang Bilang bahwa dia memiliki seorang pacar. Hanya teman laki-laki nya saja yang itu pun hanya itu-itu saja, bisa dihitung jari.

Rita kembali membaca Bukunya sambil sesekali menyesap teh manis nya.