Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
00012
Suara ketukan kamar membuat Zira terbangun dari tidurnya yang sangat lelap. Tubuhnya seakan remuk redam sekarang karena ulah dari Aldan, yang terus saja menghujamnya sepanjang sore hingga malam begini. Mata Zira menoleh kearah jam dinding, menunjukan pukul 23:00 malam.
“Aduhh.. Dasar duda tantrum! Capek banget, sakit lagi..” Zira terus merintih kesakitan memang rasanya miliknya masih sangat sakit.
Tapi, disaat Zira menoleh kearah Aldan. Pria itu terlihat tidur pulas dengan posisi tengkurap. Bahkan Zira sangat mendengar suara dengkuran dari Aldan, benar-benar tidak adil bukan?
“Lihat.. Setelah dia menghancurkan mahkotaku sekarang malah tidur pulas seperti anak bayi,” Zira terus mengumpat Aldan yang tidak akan dengar itu.
~FLASHBACK BEBERAPA JAM YANG LALU
Aldan menjatuhkan tubuh Zira di atas tempat tidur dengan sedikit lembut, hanya saja Zira gugup hingga membuatkan serba ketakutan sekarang. Pemanasan sudah terjadi tadi, sekarang Aldan sudah sangat siap untuk mengambil hak nya.
“Pelan-pelan.. Milikmu besar sekali, aku takut tubuhku terbelah karna itu,” ucap Zira yang mana membuat Aldan tersenyum sinis dibalik kegelapan itu.
“Baiklah, tapi aku tidak janji, Zira..” Aldan mulai melebarkan kedua kaki Zira agar semua aktivitasnya berjalan dengan mudah. Memasang ancang-ancang dan mulai memasukkan senjata miliknya. Zira menjerit-jerit tapi segera dibungkam oleh bibir Aldan, melakukan pagutan bibir untuk menghilangkan rasa sakit yang ada.
Zira merasakan sakit yang teramat di bawah sana, apa lagi Aldan yang perlahan memasukkan benda itu sepenuhnya. Zira tidak bisa berkata-kata lagi, matanya memutih karna merasakan pergerakan Aldan yang pelan tapi perlahan berubah menjadi sedikit cepat.
Mengubah posisi yang Aldan inginkan, Zira hanya pasrah saja. Aldan memang seperti harimau yang sudah lama tidak makan, bahkan terlihat kehausan sekali. Seperti saat ini dengan posisi kaki Zira yang menjuntai di lantai. Aldan berdiri di pinggir ranjang sembari bergerak maju mundur mengejar kenikmatan.
Keringat Aldan banjir seluruh tubuh, bahkan terus mendesis karna merasakan cepitan yang dilakukan Zira. “Kau membuatku gila, Zira.. Bahkan aku tidak tahu cara mengendalikan diriku sendiri saat ini,” ucap Aldan sembari mengusap wajahnya sendiri.
Zira hanya pasrah saja, tidak ada satupun titik kenikmatan yang dianggurin Aldan. Semuanya disentuh dengan kelembutan, hingga membuat Zira tidak berdaya.
~FLASHBACK SELESAI
Zira merinding mengingat semua itu, ia langsung berusaha menurunkan kedua kakinya yang terasa kaku. Menarik selimut untuk menutupi bagian tubuhnya yang polos, tidak mungkin membuka pintu dengan penampilan seperti ini.
“Sebentar,” Pintu terus diketuk, membuat Zira mau tidak mau harus membuka pintu. Aldan malah tidak mendengar apapun, selayaknya harimau yang sudah kekenyangan sekarang.
Dengan susah payah Zira berusaha bangkit meskipun miliknya terasa sangat sakit. Zira membuka pintu, terlihat Aila yang berdiri didepan pintu dengan memegang boneka.
“Mama.. Aila takut,” Gadis kecil itu langsung memeluk kaki Zira.
Bahkan Zira baru sadar kalau hujan di luar sana, karena terlelap sekali dari tidurnya. “Aila takut hujan?” tanya Zira, ia harus berjongkok agar berhadapan dengan gadis kecil itu.
Aila mengangguk mantap. “Ayo tidur sama Papa dan Mama ya, Sayang?”
Sebenarnya Aila sangat menginginkan itu, hanya saja ia tidak mau Aldan malah mengamuk nanti. “Tidak usah takut dengan Papamu, kalau dia marah.. Mama akan melindungi nanti,” ucap Zira yang mana membuat Aila menjadi sedikit yakin.
Zira menggandeng tangan Aila untuk masuk kedalam kamar, sangat jarang Aila masuk kedalam kamar ini. Munculnya Zira baru membuat Aila sering masuk kedalam kamar sang Papa.
“Duduk disini dulu, Mama mau berganti pakaian..” ucap Zira.
Aila duduk di pinggir ranjang, ia memperhatikan Zira yang masuk kedalam ruang ganti dengan sedikit tertatih. Aila tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan Mama sambungnya itu, kenapa berjalan seperti itu secara tiba-tiba.
Pandangan Aila tertuju pada Aldan yang tertidur pulas yang tengkurap. Perlahan tangan Aila memegang tangan Aldan, tidak pernah ia melakukan ini sebelumnya.
“Tangan Papa ternyata besar ya.. Hihi,” Aila tertawa sendiri melihat telapak tangannya yang sangat kecil jika dibandingkan dengan telapak tangan Aldan.
“Aila..” Zira muncul, ia memakai piyama berlengan panjang. Membawa Aila untuk naik hingga tidur ditengah-tengah, diantara Aldan dan Zira. “Tidur ya, besok Aila harus sekolah bukan?”
“Iya, Ma.. Besok Aila minta bekal nasi goreng buatan Mama ya?”
“Iya boleh, sayang. Nanti Mama buatin,” Zira membawa Aila kedalam pelukannya. Terus mengusap pucuk kepala Aila agar gadis kecil itu segera tertidur mengingat sudah larut malam.
Sementara Aila posisi menyamping kearah Aldan, ia melihat sang Papa yang tertidur pulas. Tangan Aila masih memegang jari telunjuk Aldan, ia tersenyum karna bisa merasakan kehangatan seperti ini.
“Terimakasih ya, Ma.. Udah membuat Aila merasakan seperti apa rasanya tidur bareng Papa,” ucap Aila yang mana tersenyum meskipun Zira tidak melihat itu.
Apa yang dikatakan Aila membuat Zira terharu, ia menangis bahkan karena semua perkataan Aila. Bahkan hal sederhana seperti ini tidak pernah dirasakan, Aldan benar-benar keterlaluan.
“Tenang saja.. Mama akan membuat Papa menyayangi Aila, Mama janji itu..” ucap Zira yang mana membuat Aila menjadi sangat senang.
•
Aldan menggeliat dari tidurnya karena merasakan tidurnya yang sangat memuaskan. Kala membuka mata yang pertama kali Aldan lihat adalah Aila yang memeluk tangannya. Tentu saja Aldan terkejut setengah mati, ia tidak tahu hal apa yang membuat Aila bisa tidur dikamarnya.
“Kena_” Aldan tidak jadi bertanya pada diri sendiri karena mendengar suara pintu kamar terbuka. Terlihat Zira yang masuk dengan keadaan yang sudah rapi, rambut kucir kuda.
“Bangun!” Zira memukul lengan Aldan, ia menarik tangan pria itu untuk segera terduduk.
“Kenapa Aila tidur disini?” tanya Aldan, ia sangat tidak suka dengan semua ini. Aila telah menghancurkan moodnya, membuat perasaan Aldan jadi tidak bagus pagi pagi begini.
“Lagian kenapa si? Aila anak kamu loh,” Zira malas menanggapi, ia membangunkan Aila dari tidurnya karna takut telat untuk ke sekolah.
Aldan menghela napas secara kasar. “Nggak usak sok mau marah deh, Tuan. Sampai kapan coba terus_”
“Zira, kejadian kemarin malam tidak langsung membuat mu bisa ikut campur dengan segala urusan hidupku. Berhenti sok peduli dengan anakku atau aku!” ucap Aldan dengan sangat tegas.
Bahkan keduanya saling berdiri berhadapan meskipun ranjang sebagai jarak diantara mereka.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila