NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Hidupku Seperti Dongeng

Hari Sabtu dan Minggu...

Memang sangat cocok untuk menjadi hari libur sekolah. Bahkan, dua hari itu juga telah dijadikan hari libur untuk para pekerja di Negeri Ini. Setiap orang bisa menikmatinya dengan liburan maupun beristirahat di rumah.

Sabtu pagi ini, Nuha ingin bersepeda santai keliling komplek. Dia sudah bersiap dengan setelan kaos lengan panjang dan rok tutunya yang di atas mata kaki. Tidak lupa rompi berlengan untuk memberi kehangatan. Setelah turun dari kamarnya di lantai dua, dia melihat Ibu, Ayah dan Kak Muha sedang berada di dapur. Dia akan mengajak Kak Muha untuk menemaninya bersepeda santai.

Ibu pun membawakan bekal makanan berupa bomboloni yang baru saja beliau buat bersama suami dan anak laki-lakinya.

Saat Nuha dan Kak Muha mengambil sepeda mereka. Kak Muha nyeletuk, “Lagi ruwet ya pikirannya? Biasanya kalo ngajak sepedaan gini pasti ada masalah.”

“Mana ada.” Nuha langsung membantah. “Aku kan hanya ingin sepedaan, apa gak boleh? Lagian, kalo punya masalah itukan enaknya tidur aja di kamar.” Nuha memberikan mata sinisnya.

“Kamu gak bisa bohongin kakak, Nuha. Kamu itu kebalikannya. Kalo lagi Happy pasti cuma mau menghabiskan waktu di kamar. Tapi, kalo ada masalah langsung deh ngajak kakak keluar.”

“Iii ih, Kakak! Udah deh. Ayo!” Elak Nuha. Dia mengayuh duluan di depan. Sedangkan, Kak Muha mengikutinya dari belakang.

Angin pagi memberikan kesejukan, namun matahari sudah bersinar dengan semangatnya. Suasana menjadi cerah dan banyak orang menghabiskan waktunya dengan keluar rumah. Ada yang jalan-jalan, ada juga yang bersepeda santai. Ada pula yang berkumpul di taman sambil menikmati jajanan kaki lima.

Nuha melihat suasana, dia tersenyum bahagia melihat semuanya. Rasanya dia sangat bebas ketika harus menikmati alam sekitar. Kak Muha memberikan segaris senyumannya.

Di pojokan sebuah lapangan sepak bola umum, terlihat seorang pemuda sedang meniup harmonika di bawah pohon yang rindang. Anak-anak kecil mengerumuninya dengan perasaan riang gembira. Ada yang menari dan ada yang bertepuk.

Suara harmonika itu mengalun lembut, menyatu dengan semilir angin pagi. Melodinya merambat pelan, menciptakan suasana tenang dan damai. Setiap nada yang dihasilkan terasa menyentuh hati, membawa perasaan nostalgia dan kedamaian. Nuha sejenak menghentikan kayuhan sepedanya, menutup mata, dan mendengarkan dengan seksama.

“Kita berhenti di dekat mereka yuk kak.” Ajak Nuha. Nuha mendekati kerumunan itu dengan sedikit menjaga jarak. Namun masih bisa melihat dan mendengarkan. Kak Muha menurutinya.

Lantunan musik dari harmonika itu merasuk ke dalam telinga Nuha dan menembus sanubarinya. Nuha terbuai dibuatnya. Dia memiliki indra yang cukup bisa membuatnya terbuai ketika pertama kali entah apa alasannya.

Seperti kejadian di kolam renang, pertama kali matanya melihat air kolam renang yang jernih membuatnya terbuai dan seolah-olah merasuk ke dalam alam bawah sadarnya. Nuha jadi melihat bayang-bayang mimpi yang tidak bisa dia kendalikan.

Mendengarnya sejenak membuatnya bisa tenang. Mengingat kemarin seharian dikurung sama the Beast di sebuah ruangan, untung saja Nuha tidak diapa-apain. Hanya saja, dia harus terkurung sampai jam waktu pulang sekolah. Membuatnya jadi ketinggalan pelajaran dan mendapat tugas tambahan dari guru.

Lalu dia mengingat tentang Rui Naru. Nuha bertanya kepada Kak Muha, "Kakak, apa Kakak pernah punya masalah dengan teman sekolah? Atau.. emm.. punya.. punya pacar gitu?" Nuha tersipu untuk kata yang terakhirnya.

"Kenapa? Apa kamu sedang menyukai seseorang?" Kak Muha malah bertanya seperti itu. Membuat Nuha jadi salah tingkah.

"Ah! Lupakan!" Elak Nuha seketika. Dia jadi tidak ingin membahasnya. Dia mengalihkan dengan menggeram seraya berdiri sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.

Harmoni nada itu semakin memikat hatinya. Seolah mulai menciptakan suasana magis di sekitarnya. Nadanya berganti. Dari lembut menjadi sedikit agak meninggi. Anak-anak yang mendengarnya semakin terhibur dibuatnya. Sambil diikuti teriakan-teriakan tawa riang dan gembira.

Nuha merasa seolah-olah nada-nada itu menariknya, membuatnya semakin tenggelam dalam suasana. Matanya terpaku pada pemuda yang meniup harmonika, setiap nada yang keluar dari harmonika itu seakan merambat ke dalam jiwanya.

"Kakak, aku ingin ikut mereka," kata Nuha dengan suara lembut, hampir seperti berbisik.

"Heh?" Kak Muha heran. "Kamu itu udah gede Nuha, malu tuh sama usiamu. Masa mau ikut bermain sama anak kecil." Sindirnya.

Nuha tidak menjawab. Pandangannya tetap terpaku pada pemuda dan anak-anak di sekitarnya. Mata Nuha yang biasanya cerah kini terlihat kosong, seolah-olah dia benar-benar terhipnotis oleh musik tersebut. Tubuhnya bergerak tanpa kendali, kakinya melangkah perlahan mendekati kerumunan anak-anak tanpa disadarinya.

"Aku, ingin ikut mereka," ucap Nuha sekali lagi dengan suara yang lebih mantap. Dia merasa seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat, hatinya berdebar-debar mengikuti irama harmonika.

"Nuha?" Kak Muha mulai cemas.

Pemuda peniup harmonika mulai berjalan mendekati Nuha yang menuju ke arahnya. Tak lama nada itu mengalun, akhirnya pemuda itu menghentikannya. Seketika, Nuha jatuh pingsan dan pemuda itu menangkapnya. Segaris senyum misterius pun terlukis di wajahnya tanpa seorang pun yang mengetahuinya.

Kak Muha yang melihat itu langsung berlari menghampiri mereka. Dia dengan cepat mengambil alih Nuha yang jatuh di pelukan pemuda harmonika.

Pemuda itu berkata, "Maaf. Saya tidak bermaksud membuatnya jadi pingsan."

Sejenak, Kak Muha menatap serius pemuda itu tanpa berkata sepatah kata pun. Ada kekhawatiran dan kecurigaan yang tampak di wajahnya.

Pemuda itu berkata lagi, "Istirahatkanlah dia di bawah pohon itu, saya yakin dia akan kembali sadar." Lalu, pemuda itu berlalu dan kembali menghampiri anak-anak. Dia berjalan menjauh dan anak-anak terus mengikutinya, tertawa dan bermain tanpa menyadari apa yang baru saja terjadi.

Kak Muha melihatnya dan memperhatikannya dengan seksama. Ada sesuatu yang ingin dia ungkap, tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana atau apa yang sebenarnya telah terjadi.

Nuha bermimpi. Dalam mimpinya, dia berada di sebuah taman yang indah dengan bunga-bunga mekar dan burung-burung berkicau riang. Di tengah taman, terdapat sebuah jalan setapak yang terbagi menjadi beberapa cabang, masing-masing mengarah ke arah yang berbeda.

Nuha merasa harus memilih salah satu jalan, meskipun dia tidak tahu ke mana jalan itu akan membawanya. Dia melihat orang-orang yang dikenal berdiri di berbagai cabang jalan, tersenyum kepadanya. Orang tua, sahabat, dan seseorang yang sangat istimewa baginya.

Mereka melambaikan tangan, seolah-olah mengajak Nuha untuk mengikuti jalan mereka. Namun, ketika Nuha mencoba mendekati salah satu dari mereka, mereka yang berada di cabang lain perlahan menghilang seperti kabut yang tertiup angin.

Nuha berlari ke arah lain, mencoba mencapai mereka sebelum mereka benar-benar hilang. Namun, semua hilang seketika. Sirna ditelan tebalnya kabut dan Nuha menjadi sendirian.

Nuha merasa hatinya hancur, merasakan kehampaan yang mendalam.

Matanya mulai bergerak untuk terbuka tapi tidak kuasa dia lakukan. Akhirnya, Kak Muha menyadarkannya dengan memercikkan beberapa air minum di wajah Nuha. Nuha terbangun setelah itu.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!