"Mas,minta uang boleh gak tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dan sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut
" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.
" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.
Ranita putri dulu adalah seorang janda mempunyai anak satu laki-laki bernama Anwar, ranita putri mengenal Riyan ketika ranita merantau kekota dan menikah.niat hati merubah nasip namun naasnya kehidupannya sangat jauh ketika dirinya masih sendiri apakah ranita mampu melewati semua dan meraih kebahagiannya kelak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
" Apa aku terima aja ya tawaran mba meli untuk masa depan anakku! tapi kata mba meli ladang kakao sudah siap panen, apa aku minta negoisasi dulu ya sama pihak kecamatan agar bisa panen dulu." batinku
" Mas Riyan gak bisa ku harapkan apalagi tabungan kakak Anwar sering ku ambil, apa aku coba hidupkan lagi aja kali ya rekeningku yang sudah mati itu, agar mba meli mentransfer ongkosku, 4 bulan lagi seluruh ladang warga dan milikku sudah di garap jadi jalan tol.
Berarti waktuku hanya 1 bulan berfikir terima atau tolak, klo tolak ladang hilang tanpa ganti rugi, kalo ku terima aku kesana apa boleh nyebrang ke Jawa dengan keadaan hamil begini! " bicara ku dengan diri sendiri sambil ku elus perutku yang sedikit membesar, karena emang usia kehamilanku baru memasuki usia 6 bulan.
" Besok coba ku ngobrol dengan mba Dina, siapa tau dia faham soalnya kan mba Dina juga asalnya dari Jawa dan sering pulang kejawa.
walau dia sudah menikah dengan orang Kalimantan dan menetap di sini." ucapku lagi di hati.
Entah berapa lama ku melamun hingga tak ku rasakan perutku yang memang belum makan apa pun dari tadi sore sejak mas Riyan pulang kerja.
"Aduh,....pedihnya nih perut apa asam lambungku kambuh ya? Aku buat teh hangat aja deh siapa tau bisa meringankan perihnya." ucapku dan ku langkahkan kakiku ke meja kompor merebus air untuk membuat teh yang ku inginkan.
"Astaghfirullah," ku tepuk jidat ku.
"ternyata kamu belum mama kasih makan ya dek, maafkan mama ya sayang mama beneran lupa."ucapku sambil ku elus perutku, sambil ku tunggu air mendidih ku siapkan makan untuk diriku sendiri.
setelah selesai membuat teh aku pun lanjut makan hingga tak terasa habis juga nasi di piringku, karena emang sedang kelaparan, setelah ku habiskan makan minum teh ku rebahkan tubuh ini ke kasur dan memasuki alam mimpi.
" Mas berangkat dulu ma." ucap mas Riyan sambil menyodorkan tangannya untuk ku cium.
" Hati-hati mas." jawabku.
" Ini uang belanjamu hari ini." ucap mas Riyan ku lihat dia menyodorkan uang 10 ribu ke arah ku tanda aku wajib menerimanya, karena males berdebat ku ambil saja.
" Terimakasih mas." ucapku cuek.
Setelah mas Riyan pergi dengan motornya,
ku langkahkan kakiku masuk kedalam rumah untuk memberesi meja dapur.
Setelah sarapan tadi ku urus Anwar setelah selesai, niat ingin nyantai dulu sejenak, niat ku mau kerumah mba Dina ku pending dulu karena masi pagi biar lah rencana agak siangan aja ke sana untuk meminta solusi soal keputusanku yang ingin pulang ke kampung.
"Ma, Anwar mau main ya ke rumah Tante Dina" ucap anwar.
" Kalo mau kesana entar lagi kak, mama juga mau ketemu Tante Dina,kita kesana ya nanti." jawabku ke anakku.
Pukul 9 pagi ku putuskan berjalan kerumah mba Dina,karena ku putuskan mulai hari ini aku tidak memasak,rencana aku dan Anwar mau makan di luar karena tadi pagi aku sudah mengirimkan rekening Anwar ke mba meli, karena tadi subuh ada pesan masuk di teleponku mba meli memaksa meminta no rekening karena mau transfer hasil ladang kakao dan beberapa hasil ladang lainya.
" Tring." suara notifikasi pesan masuk.
" Hah,ini beneran gak salah kirim mba meli?" ucapku ku sendiri karena kaget melihat angka yang tertera di pesan notif m.banking milik Anwar,tanpa banyak tanya langsung ku telpon mba meli dan ku hentikan langkahku menuju rumah mba Dina.
" Assalamualaikum mba." ucapku terburu-buru.
"Wa'alaikumsalam dek, gimana sudah masuk belum ?" tanya mba meli.
" Sudah mba, tapi ini kenapa banyak banget mba? Bukannya sebelum aku ke Kalimantan sudah ku ambil ya sebagian?" tanyaku penasaran.
" Ya itu emang segitu dek lebihannya,kan kamu hampir 3 tahun lebih gak mengambilnya." jelas mba meli.
" Ya masa sampe segini mba ini mah banyak banget mba, mba ambil ya untuk mba juga, kan mba yang ngerawat ladang dan terbaikku." kataku
" Gak dek, itu bener udah milik mimu jatah bagianmu, soalnya sapi mu lumayan dan ada juga kambing mu lakunya lumayan selama beberapa tahun terakhir ini, jadi tolong ya di terima." kata mba meli memaksa, sebagian dari ucapan mba meli ada yang bohong karena sawah peninggalan untuk Anwar mba meli juga yang merawat,
Sesuai amanah mendiang David, makanya hasil yang di miliki Ranita lumayan banyak yang di terima ranita sekitar empat ratus juta lebih, apa lagi kakao dan sawah yang seumuran dengan usia Anwar tak di ambil ranita.
Usia Anwar sekarang sudah 5 tahun 9 bulan dan akan masuk sekolah SD usia 6 tahun lebih di tahun ini.
" Tapi ini banyak banget mba,aku kirim balik ya mba." tolak ranita.
" Gak dek itu sudah jatahmu dan Anwar, gunakan lah uang itu dek,siapa tau kamu ingin beli apa, mba tau kamu disana harga apa-apa mahal, kan mba idah ada di sana sama masmu jadi mba tau dari mereka di situ gak ada nama harga telur perkilogram kan yang ada per-butir dan per-piring." kata mba meli panjang lebar, ya harga kebutuhan di Kalimantan sangat menguras kantong jika tak pintar-pintar mengelo keuangan.
" Ya wes tak terima ya mba, terimakasih sudah mau ku repoti terus." kataku tulus
" Gak masalah asal mba juga kebagian cipratan hasilnya, hahahaha." kata mba meli tak lupa suara ketawa bahagianya, ya kami bagi hasil tapi gak tau sistem mbanya gimana membaginya soalnya yang menjaga ladang dan ternak beliau apa lagi ada titipan sawah punya Anwar.
" Ya wes toh, mba matiin dulu ya mba mau keternakanmu mau melihat ada sapi sama kambingmu yang mau lahiran." kata mba meli sambil tertawa kecil yang terdengar.
" Hah, wah selamat ya mba bisa nambah nih angonan( ngembla)." ucapku tak bahagia.
" Yo biar Dimas yang angonan emaknya nunggu hasilnya aja, hahahaa." kata mba meli tertawa lepas.
" Ya wes mba,tak ucapin terimakasih loh mba usah mau ranita repoti." ucapku tulus tak terasa sudut mataku sudah berembun karena bahagia memiliki keluarg yang masih mau ku repoti.
" Yo sama-sama, ya wes mba tutup Yo, kalo mau pulang ke kampung kabari mba biar ntr mba jemput kamu di mana."ucap mba meli.
" Yo mba,nanti tak kabari." ucapku
" Ya wes assalamualaikum." kata mba meli dan langsung mematikan ketika ku sedang menjawab salamnya.
" Alhamdullilah, rezekimu nak." ucapku bersyukur sambil ku elus perutku dan menoleh ke anak lelakiku yang tersenyum, entah tersenyum karena apa,entah dia faham dengan obrolanku sama mba meli atau karena hal lain.
"Yuk kak, kita kerumah Tante Dina." ucapku dan ku gandeng anakku.
" Kak kita makan ayam goreng mau gak nanti siang." tanyaku sambil kita berjalan.
" Mau ma," jawab Anwar bahagia tak lupa dengan loncat-loncat kecil sangking senangnya, ya selama menikah dengan mas Riyan di awal pernikahan aja aku mampu menghidangkan ayam goreng setelah itu gak, kadang ikut kerja mas Riyan malah sering minta jatah uang rokok kadang bensin jadi gajiku cuma cukup di bensin dan makan ja itu pun tanpa lauk mewah,karena mas Riyan tak memberiku nafkah selama aku kerja.
"Assalamualaikum mba." ucapku saat sudah sampai depan rumah mba Dina kebetulan mba Dina sedang di depan rumah menyiram tanaman bunganya.
" Wa'alaikumsalam nit, yuk masuk dulu." jawab mba Dina mempersilahkan masuk, ya semalam aku sudah kirim pesan bahwa mau kerumahnya ada yang mau di omongin.
" Nih minum dulu biasanya bumil nih cepet haus." kata mba Dina sambil meletakan minuman di atas meja tamu.
" Walah makasih loh mba,oh ya mba aku mau tanya mba." tanya ku tanpa basa basi.
Jawab mba Dina santai.
" Mba pernah gak pulang saat hamil?" tanyaku langsung keintinya,karena aku bukan tipe orang yang suka basa basi.
" Pernah Nit kenapa?" jawab mba Dina.
" Serius mba, pakai pesawat gak? Tanyaku semangat.
" Pakai kapal Nit, soalnya klo udah hamil maskapai gak memperbolehkan, takut kontraksi terkecuali ada surat keterangan dan surat jalan dari dokter selama kehamilan." jelas mba Dina.
" Jadi boleh ya mba." tanyaku.
" Boleh aja klo kamu mau naik pesawat kudu cek kehamilan dan ada surat keterangan bepergian dari dokter, karena nanti itu di perlihatkan sama petugasnya." ucap mba Dina panjang lebar.
" Alhamdulillah jadi tenang aku mba." ucapku bersyukur, karena rasa bahagia ku hari ini bertubi-tubi.
" Kamu mau pulang kampung kah nit?" tanya mba Dina, namun aku hanya menganggukkan kepala karena pas lagi meminum air yang di sediakan mba Dina.
" Kapan nit?" tanya mba mba Dina lagi.
"Gak tau pastinya mba, kemarin aku di telpon sama mbaku di Jawa, katanya budeku kangen
kebetulan juga aku sudah 3 tahun lebih gak ziarah ke rumah ibu bapakku." jelasku,karena masih bingung.
jangan lupa saling dukunggg