Nafkah Lima Belas Ribu
"Mas,minta uang boleh tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dn sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut
" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.
" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.
"Kamu ini ma,emang nafkah yang ku kasih kurang kah,setiap hari kan ku kasih uang kamu ma, jangan boros-boros ma, mas lagi ngumpulin uang untuk persalinanmu." omel mas Riyan
"Ya Allah ya rob" sambil ku elus dada ku ini
" mas uang dari mu mana cukup mas,jangankan untuk beli kebutuhan dapur,beli beras aja gak cukup mas.mbok Yo klo ngomong di saring mas.uang lima belas dari mu apa cukup,beli rokok mu aja kurang." emosiku terpancing terpaksa ku jelaskan.
Ya aku hidup berumah tangga dengan mas Riyan sudah memasuki usia dua tahun namun selama hampir enam bulan ini terpaksa ranita berhenti bekerja karena keadaan yang tidak memungkin kan karena kehamilannya.
Dulu aku mengenal mas Riyan saat ku baru menginjakan kaki di provinsi kalimantan,ya Aku datang dari perdesaan di pulau jawa.setelah kepergian suamiku aku putuskan membawa anakku hasil dari pernikahan kami,aku memutuskan merantau ke kota Kalimantan.
"Cukup gak cukup ya di cukupkan,kamunya ja yang gak bersyukur ma, masih mending ku kasih nafkah dari pada wanita di luar sana banyak yang gak di kasih nafkah." omel mas Riyan sambil berlalu pergi, entah mau kemana ku mendengar suara derop motor mas Riyan yang berlalu menjauhi rumah kontrakanku.
" Ya Allah uang segini cukup gak ya, masa iya aku ambil lagi tabungan kakak, kalo begini terus kelakuan mas riyan bisa habis tabungan kakak mana aku sekarang udah gak ada pemasukan lagi, maafin mama ya kak mama ambil sedikit tabunganmu,mama janji nanti mama ganti." kata batinku sambil memegang kartu ATM dan uang dari mas Riyan yang di berikan tadi.
Ku langkahkan kakiku keluar rumah menuju rumah salah satu tetangga ku yang biasa ku titipkan anak ku jika aku ada keperluan di luar.
" Assalamualaikum," ucap ku sambil mengetuk pintu rumah tetanggaku.
" Wa'alaikum salam." Suara menyahuti dari dalam.
" Eh,Nita mau jemput Anwar kah? anak-anak masih di belakang mancing di parit belakang,hehehe" ucap mba Dina sambil tertawa kecil.
" Gak mba, aku kesini mau minta tolong titip Anwar sebentar aku mau beli beras kerumah Bu darti,takutnya nanti Anwar pulang aku gak ada dia pasti nangis nanti." ucapku
"Walah,kirain mau di jemput nit,ya wes dang gih.nanti tak kasih tau anak'e biar di sini dulu main sama damar." ucap mba Dina sambil mengeratkan tangannya tak lupa iringi ketawa kecil kasnya.
" Ya wes mba tak tinggal sebentar nanti tak jemput Anwar ya Yo,matur suwun( terima kasih)." ucap ku sungkan, kulangkah kan kaki ku keluar rumah mba Dina menuju jalan besar,tujuan utamaku ke ATM mengambil uang secukupnya aja.karena ini tabungan anak ku untuk masuk sekolah SD di tahun ini.
Setelah kutarik uang dari ATM kulangkahkan kakiku menuju rumah atau biasa warung mbok darti warung aneka sayur mayur dan sembako,ku beli beras secukupnya dan telur serta tempe dan minyak goreng.tak lupa ku beli sabun cuci baju sasetan dan sampo sasetan.
" Alhamdullilah,semua udah ku beli tinggal pulang aja," kulangkahkan kaki ku pulang kerumah namun di pertengahan jalan aku bertemu dengan seseorang yang memeng ku hindari,karena malas aku pun berlaku cuek dan ingin berlalu namun teriakan nya membuat ku menghentikan langkah kakiku sesaat.
" Eh, ketemu mantan babu di sini.wah borong nih ceritanya banyak banget kayanya,atau habis ngutang ya di warung mbok darti,jangan seringan ngutang nanti bingung bayarnya.ingat kamu itu jangan boros-boros uang adikku jangan kamu habis kan sehari." hina mba Yanti, ya begitulah klo bertemu denganku,selalu menghina ku dengan ucapan ucapannya yang kadang bikin tensi naik.
" Huff,biarpun ngutang juga belum tentu adikmu mau membayarkan mba, boros dari mana,beli beras ja gak mampu adikmu belikan gimana mau boros," batinku sambil ku tahan sabar ini.
Karena males meladeni kakak ipar ku yang bakar banyak drama nantinya,ujung-ujungnya nanti ada episodenya dan berakhir aku juga yang tetap di salahkan.
Aku pun memilih berlalu dan tak ku hiraukan suara teriakan mba Yanti yang sudah seperti toanya mesjid.
Terserahlah mau menilang aku budek kek,mau bilang kumuh kek mau bilang gak tau diri.toh udah biasa denger dari mulut mertua dan ipar-ipar ku yang memang tak menyukaiku.
"Assalamualaikum mba," ucapku dari luar rumah sengaja sedikit ku keras kan suaraku karena pintu rumah mba Dina kebetulan kebuka.
"Wa'alaikum salam,loh nit sudah pulang toh,mau mampir dulu apa langsung pulang?"
Ucap mba Dina tak lupa menyuruhku singgah.
" Langsung ja mba, aku kesini mau jemput Anwar sekalian,soalnya nanti mau ngaji kan biar tidur siang dulu,bisa tolong panggilkan Anwarnya mba,maaf ya mba ngerepotin." ucapku sedikit sungkan.ya karena mba Dina ini lah yang selalu jadi teman ku curhat atau kadang mau ku repot kan.
" Sek,tak panggilkan boca'e sek Yo,kamu duduk ja dulu di sini,tak tinggal dulu kebelakang tak panggilkan bocah-bocah tadi banyak yang mancing di belang rumah." ucap mba Dina lagi.aku pun hanya menganggukkan kepala tanda mengizinkan.
Sambil ku menunggu,sepintas ku teringat ucapan mas Riyan soal uang yang tadi katanya harus cukup dan aku harus bersyukur.
"Kadang aku gak habis pikir aja gaji besar tapi nafkah istri hanya mampu lima belas ribu sehari,belum lagi harus ku bagi sedikit agar ku simpan untuk uang kontrakan untung listrik dan air gak bayar,tapi tetap ja berat untuk ku,belum lagi aku harus mikirkan uang persalinan tinggal 3 bulan lagi." saat ku melamun tak ku dengar suara anakku yang sudah di hadapan ku.
" Mama kenapa melamun,dari tadi bude Dina panggil-panggil mama." ucap anakku,ku lirik Dina yang tersenyum dan baru ku sadari pas anak ku bicara kalo aku dari tadi melamun.
"Ya Allah,maaf ya mba tadi bener-bener aku gak denger." ucapku malu
" Kamu mikirin Riyan lagi nit?" ucapnya sambil menjatuhkan bobotnya di kursi di sampingku.
" Ah,gak mba,cuma ya kepikiran yang lain ja kok,apa lagi ini mau lahiran banyak yang dipikir belum lagi ini Anwar mau masuk sekolah bingung saya nanti gimana soalnya kan hitungan lahiran dan daftar sekolah Anwar jaraknya gak jauh." alesan ku,agar mba Dina tak banyak tanya,mba Dina pasti faham keadaanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Mely Susilawati
Dia pikir makan itu murah!
2024-11-05
1
Anonymous
keren
2024-11-10
0
Anonymous
8
2024-10-25
0