Enam tahun lalu, Arissa pernah menyelamatkan Damian, dan juga keduanya sudah menikah selama tiga tahun, tapi sedikitpun Damian tidak pernah melirik Arissa.
Meskipun sebenarnya, Arissa sudah bertahun-tahun menyukai Damian, dan jatuh cinta pada pria itu.
Namun, setelah sekian lama, akhirnya Arissa merasa lelah.
Dia lelah terus berharap pada sesuatu yang tidak mungkin bisa dijangkau, meskipun sesuatu itu tepat di depannya.
bagaimana kelanjutan kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 6
"Dia sehebat itu kah?” Arissa bergumam dan terlihat gagal fokus mendengar Brian bercerita tentang Damian.
Arissa tahu jika Damian sangat hebat, tapi tidak menyangka jika Damian bisa sehebat berkali-kali lipat dari yang dia pikirkan, Arissa tiba-tiba merasa sedikit kecewa, dia tidak menyangka selama menikah 3 tahun dengannya, dia malah tidak mengerti tentang Damian sedikitpun.
Brian yang melihat ekspresi wajah Arissa yang sedikit aneh, mimik wajahnya langsung berubah menjadi berat.
"Arissa, sebagai senior dan atasanmu, aku harus mengingatkanmu, kamu jangan sampai memiliki perasaan lain pada Damian, segala tindakannya sangat kejam, dan moodnya tidak pasti, untuk mendapatkan keinginannya, dia bisa menggunakan segala cara. Sekretaris ku sebelumnya, adalah orang yang tergila-gila Damian, dia tidak memperdulikan segalanya dan pergi berlari ke perusahaan Damian. Tapi, aku tahu jika dari awal Damian hanya ingin memanfaatkannya, bukan menyukainya, dan aku tidak ingin hal itu terulang dan terjadi padamu." Ujar Brian dengan serius.
Arissa yang mendengar apa yang di katakan oleh Brian, tersadar, Brian ternyata salah paham padanya.
lalu tidak bisa menahan diri untuk tertawa, dan menjawab: "Pak direktur tenang saja, aku sangat sadar, dan aku tidak akan terjebak dengan pesonanya!" Ucap Arissa. Tepatnya, dia tidak akan lagi terjebak kedalam pesona Damian.
Iya! Dia sangat sadar untuk tidak lagi terjebak di dalam perasaan yang hanya membuatnya sakit hati.
Arissa sadar dan tahu kalau dia dan Damian itu tidak mungkin lagi.
Terlebih lagi, malam ini dia mengalami hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya, dan hal itu semakin membuat dirinya sadar, jika Damian adalah orang yang sangat menakutkan!
"Tapi Arissa, aku rasa Damian, dia sudah memiliki rencana padamu, jadi kamu harus lebih berhati-hati. Aku tidak ingin hanya karena bersaing dalam bisnis, kamu jadi merugi. Seperti sekretaris ku yang sebelumnya. Aku harap kamu tidak akan menjadi seperti dia."
"Direktur, kamu tenang saja, aku pasti tidak akan mengkhianati perusahaan, dan aku juga tidak akan terpancing oleh pria seperti itu..” Arissa menatap Brian dengan sangat serius dan meyakinkan.
"Baik, aku percaya padamu." Brian terlihat puas menganggukkan kepalanya.
Setelah pembicaraan panjang itu, keduanya kembali sibuk bekerja sampai esok paginya.
Rasanya tubuhnya begitu lelah, bergadang membantu Brian dengan berkas-berkas itu membuat dia sangat lelah.
Rasa penat membuat Arissa ingin segera sampai ke apartemen, dan merebahkan dirinya di atas kasur, lalu masuk ke alam mimpi yang indah.
Saat sampai di luar kantor sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan Arissa.
Arissa melihat seorang yang duduk di kursi belakang dengan penuh karisma. Dan orang itu, dia adalah...
"papa!!"
papa yang di maksud oleh Arissa adalah papa dari Damian.
"Rissa..." Panggilnya saat pria itu juga melihat Arissa.
Mendengar suara berat dan hangat itu memanggil namanya, hati Arissa terasa begitu hangat.
Itu seperti panggilan seorang papa kepada anak perempuannya. Sangat tenang dan tentram.
papa dan ibunya sudah bercerai sejak dia masih kecil, sejak itu dia tidak tahu dimana keberadaan papanya, jadi mendengar wajah ramah itu memanggil namanya, serasa di panggil oleh papa kandungnya sendiri.
"papa kenapa ada disini?" Tanya Arissa saat pria berkarisma itu turun dari mobilnya dan menghampiri Arissa berdiri.
"papa sedang ada urusan di sekitar sini, kamu sedang apa disini?" Tanya Richard pada Arissa.
"Aku juga ada urusan di sekitar sini." Jawab Arissa berbohong.
Arissa menatap nanar wajah papa mertuanya itu.
Dia tidak yakin, apakah dia masih bisa memanggil pria tua itu dengan sebutan papa?
Sedangkan dia dan Damian, mungkin mereka sudah bercerai.
“Rissa, apa Dami menjagamu dengan baik?" Richard tiba-tiba bertanya.
"Aku dan Damian.."
"Apa dia menyulitkan mu?" Tanyanya lagi saat Arissa akan bicara.
"Kalau dia menyulitkan mu, papa akan memarahinya, katakan saja nak." Sambungnya lagi.
Belum sempat Arissa bicara, papa mertuanya itu mengeluarkan ponsel dari sakunya untuk menghubungi Damian.
"papa, jangan..." Larang Arissa cepat.
Arissa takut jika papa mertuanya itu menelepon Damian dan memarahi pria itu.
"papa, Damian tidak menyulitkan ku, hanya saja, papa tahu sendirikan bagaimana pernikahanku dengan Damian. Dan, aku sudah memutuskan dan yakin pada satu hal, aku dan Damian sepertinya sudah tidak bisa bersama lagi. Jadi, aku memutuskan untuk bercerai dengannya." Ujar Arissa yang membuat Richard terbelalak mendengarnya.
"Cerai? Ada apa? Apa yang terjadi dengan kalian. Argh, Rissa bagaimana kalau kita bicara di dalam mobil saja." Richard merasa jika pembahasan itu sebaiknya mereka bicarakan dengan duduk dan nyaman.
"Rissa, papa tahu, Damian seorang yang keras, tapi perceraian bukanlah jalan yang baik." Nasehat Richard.
"Dan lagi, papa sudah berjanji dengan ibumu untuk menjagamu, selama ada aku, kamu akan selalu menjadi nyonya keluarga Damian, tidak ada orang yang bisa menggantikannya, kalau pun ada yang tidak kamu sukai dari Damian, katakan saja, papa akan memintanya untuk mengubah hal itu. Rissa, pernikahan bukan sebuah permainan, kamu atau pun Damian tidak bisa sembarangan meminta cerai."
"Kalau Damian melakukan kesalahan, melakukan sesuatu yang tidak baik, kamu bisa mengatakannya pada papa, biar nanti papa yang memberinya pelajaran." Tambahnya lagi.
"papa.. aku..." Arissa menggigit bibirnya, tidak tahu harus berkata apa lagi. Sedangkan dia sudah menandatangi surat perceraian yang dia serahkan pada Remi.
Arissa menatap wajah tua di sampingnya itu. Ada rasa sendu di hatinya. Dia tidak tega mengatakan semuanya dan jujur tentang rumah tangganya pada papa mertuanya yang sangat baik itu.
"papa, jangan khawatir, aku akan membicarakan ini dengan Damian baik-baik, kami akan menyelesaikan semuanya dengan otak dingin." Ucap Arissa setelah menarik nafasnya dalam-dalam.
"Ya baiklah, papa mendengarkan katamu saja. papa yakin, kamu dan Damian sudah sangat dewasa untuk menyingkapi masalah yang terjadi pada kalian, tapi papa minta, jangan ada perceraian. papa tidak ingin melihat anak-anak yang papa sayang menjadi orang asing." Ucap Richard.
"Baik, papa.." Angguk Arissa.
"Kalau begitu, kamu ikut papa pulang ke rumah, nanti papa akan menghubungi Damian dan memintanya untuk datang, kita makan bersama. Semenjak kalian menikah, kita tidak pernah duduk di meja yang sama sebagai keluarga."
Benar, semenjak menikah dengan Damian, Arissa tidak pernah sekali pun datang bersama berkunjung ke rumah orang tua Damian.
Selalu, mereka akan datang terpisah, jika ada Arissa maka, Damian tidak akan mau datang.
Tapi, semua itu tidak di ketahui oleh orang tuan Damian, mereka mengira jika keduanya baik-baik saja dalam menjalani rumah tangga.
Karena, setiap kali di tanya kenapa tidak datang bersama? Keduanya selalu memberikan alasan yang masuk akal, yang bisa di terima.
Bahkan, kedua orang tua Damian tidak pernah tahu, jika Damian tidak mengenal wajah Arissa.
...****************...
Selamat membaca untuk kalian. Jangan lupa support author dengan like, komen dan vote ya. Terima kasih semuanya.
kapan Damain tahu
tentang istrinya
sekalian aja thor nanti klo mau end di kasih tau nya