BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 13
Seorang pria tampan baru saja turun dari pesawat dengan menggeret koper di tangannya. Langkah kaki pria itu terhenti sejenak, tangannya merogoh kaca mata hitam di saku kemudian meniupnya. Lekas pria itu menggunakan kacamata hitam untuk menutup mata hazelnya yang sangat indah.
Tiga pengawal berpakaian serba hitam menyambut pria tersebut. Salah satu dari mereka lekas menyambar koper yang sengaja di lepas oleh tuan muda mereka.
"Kemana tujuan kita, Alex?" tanya pria itu.
"Tuan Alby mau pulang ke rumah dulu atau langsung menuju ke perusahaan Nona Berryl bekerja?" tanya Alex.
"Perusahaan, aku sudah sangat merindukan Berryl." jawab Alby.
Alby merupakan satu-satunya adik kandung Berryl, usia mereka berbeda lima tahun. Secara fisik, Alby dan Berryl memiliki kemiripan pada mata mereka. Hazel eyes, mata yang memiliki kombinasi warna pada irisnya. Terdapat campuran coklat terang dengan aksen hijau dan oranye. Lebih tepatnya mata mereka nyaris seperti warna mata kucing. Jenis mata langka yang di wariskan oleh ibu mereka, Sherly.
Wajah tampan nan maskulin bagai lukisan dan patung dewa yunani itu banyak menarik perhatian dari gadis-gadis di bandara. Alby menatap jengah gadis-gadis itu, dirinya sudah sangat bosan mendapat tatapan memuja dari para gadis di sekitarnya.
"Tau gini gue pulang pakai jet pribadi!" cicit Alby.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Alby melenggang dengan santai memasuki wilayah HN Group, tempat di mana Berryl bekerja.
Alby melepaskan kaca mata hitamnya dan lekas masuk ke dalam lift. Pria tampan itu menyunggingkan senyumnya pada pria paruh baya yang berada di dalam lift.
"Alby?" Handoko memastikan.
"Anda mengenal saya?" tanya Alby.
"Jelas saja, anda putra dari bapak Bastian dan ibu Sherly. Merupakan salah satu pewaris dari SK Group, selain Berryl." tutur Handoko.
"Anda kenal dengan kak Berryl?" tanya Alby bersemangat.
"Tentu saja! Kakak mu benar-benar luar biasa. Oh ya, perkenalkan saya Handoko. Direktur di perusahaan ini." Handoko mengulurkan tangannya.
"Ah, maaf jika saya sangat tidak sopan. Meskipun anda sudah tau siapa saya, tapi izinkan saya memperkenalkan diri kembali. Saya Alby." Pria itu menjabat tangan Handoko.
Handoko pun tersenyum ramah. "Mari keruangan saya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Usaha tak mengkhianati hasil, itu lah yang dirasakan Berryl saat ini ketika melihat angka di timbangan. Senyuman cerah terbit di sudut bibirnya saat menghitung bobotnya yang telah berkurang sebanyak lima belas kilogram.
"Ini gak memuaskan." celetuk Calix yang juga melihat angka di timbangan itu.
"Hey! Ini benar-benar luar biasa tau! Sebelumnya untuk menurunkan bobot satu kilogram saja aku selalu gagal," gusar Berryl.
Calix menatap tajam mata indah Berryl. "Pasti kau masih sering makan camilan di malam hari!"
"H-hanya sesekali tuh." Berryl melempar pandangan matanya pada langit-langit, berusaha menghindar tatapan Calix yang mematikan.
"Tubuhmu akan kembali membengkak jika berbohong seperti itu," sungut Calix kesal.
Geplak! Berryl menggeplak lengan Calix hingga pria jangkung itu nyaris tersungkur.
"Wah, kekuatan tanganmu masih luar biasa meskipun sudah cukup banyak kehilangan bobot," ejek Calix.
Berryl mengusap telapak tangannya yang juga terasa nyeri karena menggeplak lengan Calix yang keras bagaikan batu tambang. Wanita itu diam-diam memperhatikan otot lengan Calix, tanpa sadar Berryl meneguk ludahnya sendiri.
"Mau kau apakan otot-otot berharga ku ini dengan mata mesum mu itu?" goda Calix.
Berryl menahan nafas ketika Calix menggodanya. "K-kapan aku begitu?!"
"Ku ingatkan ya, jangan sampai kau naksir padaku. Itu akan merepotkan," peringat Calix dengan ekspresi wajah yang sengaja di buat sombong.
"GAK AKAN!" raung Berryl yang membuat Calix tertawa.
Calix menyeka air yang keluar dari sudut matanya. "Hey, mulai besok tinggal lah di apartement bersamaku."
"A-apa maksud mu?!" Wajah Berryl mulai merona.
"Tolong singkirkan jauh-jauh otak kotormu itu," sinis Calix.
"Setelah bobotmu turun lima belas kilo, kamu harus beristirahat dari seluruh aktifitas olahraga selama seminggu. Aku juga akan memberimu cheat day satu hari full, kamu bisa memakan apapun yang kamu mau. Tapi setelah itu, kamu harus berjuang lebih keras lagi. Kamu harus benar-benar stop makan camilan, dan untuk memastikan hal itu ... kamu harus tinggal bersamaku," jelas Calix serius.
"Apa gak bisa seperti biasa? Aku di tempat Renata, dan kau mengkontrol seperti biasa?" lirih Berryl.
"Gak," tolak Calix dingin.
"Begini saja, aku akan membeli apartement di tempat yang sama denganmu. Jadi akan mempermudahkan mu dalam mengkontrol perkembangan ku. Gimana?" tawar Berryl.
"Boleh, kebetulan juga ada satu tempat yang belum berpenghuni. Tapi, kenapa tidak tinggal bersama saja?" Calix menatap mata indah Berryl.
"Aku masih resmi menjadi seorang istri. Terlebih lagi aku mempunyai rencana untuk menggugat cerai suamiku nanti. Aku hanya ingin menghindar dari hal-hal yang akan merugikan ku di persidangan nanti. Contohnya, muncul tuduhan seorang istri hidup seatap dengan pria lain. Aku tidak ingin di permalukan di persidangan nanti." jelas Berryl.
Entah kenapa penjelasan Berryl tentang rencana perceraiannya membuat degup jantung Calix berpacu dengan cepat. "Kau sekarang sudah banyak bicara ya. Aku masih ingat sebulan yang lalu. Kau selalu menunduk jika berbicara denganku, mirip seperti ayam sakit. Sekarang? Mulutmu sudah seperti burung beo!"
Dengan kekuatan bulan gerhana, Berryl ingin menggeplak sekali lagi pria yang sering menggodanya itu. Secepat kilat Calix menghindar, sebelum dia harus kembali ke tukang urut langganan nya karena efek samping pukulan Berryl.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jadi ternyata dia tinggal di Penthouse. batin Berryl saat singgah ke apartement Calix untuk mengurus pembelian tempat tinggal barunya.
Aku kira dia hanya tinggal di apartement biasa jika melihat dari pekerjaannya yang hanya sebagai personal trainer. Siapa dia sebenarnya? Sebenarnya aku juga sejak awal sudah merasa janggal sih ketika kasir di pusat olahraga itu selalu memanggilnya dengan sebutan Tuan. Apa pusat olahraga itu miliknya? Berryl kembali bermonolog dalam hatinya.
Begitu selesai mengurus pembelian dan kepemilikan apartement, Berryl kembali pulang menuju ke rumah Renata.
Setelah makan malam, Berryl sibuk mengemas barang-barang miliknya dan memasukkan nya ke koper besar. Tangan wanita itu berhenti mengemas, ketika menggenggam sebuah bingkai foto. Foto pernikahannya bersama Ibnu, yang di gelar dengan sangat sederhana.
Berryl teringat kembali di mana saat itu, Alby yang menjadi wali nikah menggantikan papanya. Karena orang tuanya tetap bersikeras tidak mau hadir dan kekeuh tidak merestui pernikahan Berryl. Ada rasa sesal yang menyeruak di benaknya.
"Andai aku mendengarkan omongan papa dan mama, mungkin aku gak akan melewati semua hal buruk ini," lirih Berryl.
Berryl menghirup nafas panjang, berusaha menguatkan hatinya yang kembali patah. Tanpa pikir panjang, wanita itu segera membuang foto pernikahannya di tong sampah.
Tok... Tok... Tok...
"Udah siap kemas-kemas, Buk?" tanya Renata yang nongol dari sebalik pintu.
"Dikit lagi, baru pulang lo?" Tanya Berryl saat melihat Renata masih menggunakan seragamnya.
"Iya nih. Gue juga baru sempat baca chat dari lo. Emang harus pindah ya?" tanya Renata.
"Tau ah si Calix!" Berryl mencebikkan bibirnya.
"Enaknya yang udah punya apartemen! Gue masih ngontrak, ha ha. Oh iya, gue udah nemu fakta dari kasus pembullyan lo tiga bulan lalu di kantor! Hehe kelamaan sih gue nyari nya, soalnya itu tiga orang udah pindah dari alamat yang di kasih pak Handoko kemarin," seru Renata.
"Terus terus...! Gue yakin ini sesuai dengan isi kepala gue," desak Berryl.
"Jadi, itu tiga orang kemakan rumor yang disebarkan Kanaya," beber Renata.
"Wuhh! Udah gue duga, emang sialan tu Kanaya!" maki Berryl.
"Kanaya kan di tim pemasaran tuh, di bawah komandonya si Arga lempeng itu. Nah, si ulet keket ini nyebarin rumor kalau dia itu korban pembullyan lo waktu zaman SMA dulu. Katanya lo pernah nyekokin dia pake jus mengkudu busuk," sambung Renata.
"Sadis ... sadis ....!" Berryl menggelengkan kepalanya.
"Kanaya itu benar-benar lihai banget kalau urusan ngarang cerita," timpal Renata.
"Gak ... gak ... gini coy, otak gue tuh masih nge-blank. Orang-orang itu otaknya dangkal atau gimana sih? Kalo gue pernah bully dia, kenapa dia masih ngintilin gue kemana-mana. Apa gak mikir sampai kesana?" sergah Berryl.
"Nah, ini nih ... jadi dia itu bilang lo itu maksa dia buat temenan sama lo, Ryl. Jadi dia itu terpaksa temenan sama lo karena dia takut bakal jadi korban bully lo lagi. Dan lucu nya lagi ...." Renata bertepuk tangan.
"Ape tuh woy?!" seru Berryl tak sabar.
"Dia bilang lo itu jadi manager keuangan pakai jalur orang dalam! Jadi menurut versi dia, seharusnya dia yang jadi manager keuangan, tapi karena koneksi lo kuat, lo ngerebut posisi dia. Gila gak tuh?" gerutu Renata.
"Sarap memang tuh cewek sialan! Itu orang-orang apa gak tau kalau gue sama Ibnu yang bersaing dapatin posisi manager keuangan saat itu?" tanya Berryl dengan matanya yang berkilat.
"Kan mereka baru join setahunan gitu, jadi maybe gak tau cerita aslinya," tukas Renata.
Berryl menghela nafas panjang. "Dia itu kayak Mythomania gak sih."
"Apaan tuh?" tanya Renata bingung.
"Ya gitu, dikit-dikit bohong. Menutupi kesalahan, memutar balikkan fakta. Kadar hormon kortisol dalam otaknya kayak gak seimbang. Lama-lama dia tuh bakal mempercayai kebohongannya sendiri dan gak bisa membedakan mana kebohongan mana kenyataan," jelas Berryl.
"Kita sebut saja otaknya geser ....!" cemooh Renata yang membuat Berryl terkekeh.
"Segitu pengennya ya dia di bully sama gue," gumam Berryl.
"Lo bully aja beneran," usul Renata.
Mendengarkan usulan dari sahabatnya itu, tiba-tiba saja Berryl mendapatkan sebuah ide untuk membalas perbuatan Kanaya.
"Pertemukan gue sama mereka bertiga!"
*
*
*
kyknya ga ada keterangannya... 😁😁