Zakia (Satu-satunya Cinta)

"Udah kak..Aku udah kenyang.."Zakia mendorong mangkuk yang berisi sup itu. Bukan karena tidak biasa makan makanan Indonesia, Mungkin lidah Zakia yang belum normal. Terlebih makanan rumah sakit memang tidak seenak itu.

Siang tadi Ummi Shafira juga sempat membawakan Zakia makanan. Dan rasanya cukup enak dan sedap. Beda dengan makanan ini.

"Ya sudah, Sekarang minum obat ya.."Zakia menggelengkan kepalanya..

"Kenapa?

"Aku tidak suka obat kak.. Aku benci obat.. "Darrel tersenyum, Sejak kecil adiknya ini memang tidak berubah. Paling bahaya kalau sudah menghadapi Zakia yang sedang sakit. Dia paling anti obat dan harus di paksa.

"Tapi harus di minum dik, Supaya kau cepat sembuh.."Zakia diam. "Mau ya? pelan-pelan pasti bisa kok..

Mau tidak mau Zakia akhirnya mengangguk. Dengan telaten Darrel membantu sang adik yang masih kesulitan dalam bergerak itu. Setelah minum obat, Darrel meminta Zakia agar istirahat kembali.

"Sekarang kamu istirahat ya? Kakak mau keluar dulu.."Pamit Darrel kepada adiknya itu.

"Kakak mau kemana? Beli makanan ya?"Darrel mengangguk, Sebenarnya Ummi juga akan datang kembali dan berkata akan membawa makanan. Akan tetapi, Darrel menolak dengan alasan tidak mau merepotkan.

Waktu sudah lewat jam tujuh malam. Darrel keluar dari kamar Zakia dan meminta tolong kepada perawat untuk menjaga adiknya sebentar. Sang perawat tersebut mengagguk karena memang sudah tugasnya.

Sementara Zakia, Wanita itu berbaring. Matanya menatap langit-langit kamar rawat yang serba putih. Tidak lupa aroma desinfektan yang menyengat.

Perlahan mata itu meredup. Efek obat yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya mulai bekerja membuat Zakia tidak bisa menahan rasa kantuknya lagi.

Zakia akhirnya tertidur, Namun ia masih belum benar-benar terlelap. Telinganya masih samar-samar mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang.

Klek..

Orang itu masuk ke dalam kamar rawatnya. Zakia masih memejamkan matanya, Rasa kantuknya semakin menyerang. Toh mungkin yang datang adalah kakaknya.

Sreeet..

Perlahan terdengar suara kursi yang di tarik. Zakia semakin yakin kalau yang datang adalah Darrel, Kakaknya. Karena kalau perawat, Mungkin sudah sejak tadi telah memeriksa kondisinya.

Sebuah elusan lembut mendarat di kepalanya. Entah mengapa elusan tersebut terasa nyaman dan Zakia ingin merasakannya lebih lama lagi.

Perlahan mata itu terbuka walaupun sayu. Seketika rasa kantuk itu menjadi rasa kaget yang luar biasa.

Bagaimana tidak, Ternyata yang datang bukan kakaknya melainkan seorang pria dewasa yang dia tolong beberapa tahun yang lalu.

Mata itu menelisir, Tak ada Darrel disana. Hanya ada pria ini. Rasa kantuk yang sempat menyerang kini telah hilang bergantikan dengan rasa gugupnya.

"Ka..kamu..Aaaaarrrggg ssttt..

Saking gugupnya, Reflek Zakia bergerak kasar hingga merasakan rasa sakit yang luar biasa di bagian Punggungnya. Jelas saja hal tersebut membuat pria yang tak lain adalah Gus Rafa itu panik dan khawatir setengah mati.

"Kamu tidak apa-apa? Apanya yang sakit? Biar aku panggil dokter ya.."Gus Rafa hendak pergi sayangnya langkah itu terhenti begitu tangan Zakia yang bebas menahan kemeja pria tampan yang banyak menjadi incaran para wanita itu.

"A..aku baik-baik saja.."Ya, Semua ini murni kesalahannya yang terlalu banyak gerak. Sudah cukup, Zakia banyak merepotkan keluarga yang baik hati itu.

Deg

Deg

Deg

Jantung Zakia berdegup tak karuan. Terlebih saat ini Gus Rafa mencondongkan tubuhnya dan membenahi posisi tidurnya agar lebih nyaman. Tidak hanya Zakia saja, Gus Rafa pun sama.

Senakal-nakalnya dia. Gus Rafa tidak pernah tertarik dengan perempuan apalagi menjalin hubungan. Perhatian apalagi, Kecuali dengan dua wanita yang ada dalam hidupnya yaitu Ummi Shafira dan kakaknya Yasmine.

Dan ini adalah pertama kalinya Gus Rafa merasakan yang namanya jatuh cinta. Perhatian yang lembut untuk gadis remaja yang dulu pernah menyelamatkan nyawanya. Dan sekarang, Gadis remaja itu sudah menjadi gadis yang dewasa dan cantik jelita.

"Kenapa?

Gus Rafa menghentikan pergerakannya. Tatapan mata keduanya saling bertemu. Seolah ada yang menghipnotis, Keduanya cukup betah dalam tatapan itu.

"Astagfirullahal Adzim.."Begitu tersadar Gus Rafa segera memalingkan wajahnya dan bersikap seperti biasa.

"Maaf.. Kamu bertanya apa tadi?" Pria itu bertanya demi menghilangkan rasa canggung.

"Kenapa? Kenapa kakak melakukan semua ini padaku?" Sebuah pertanyaan yang sederhana namun sedikit sulit untuk Gus Rafa jawab. Cukup lama mereka berada dalam diam.

"Kenapa kakak terlihat begitu khawatir padaku? Kenapa kakak terlihat seakan-akan takut kehilangan?" Gus Rafa masih diam saja.

Zakia juga sedang menunggu jawaban dari pria ini. Sejak ia sadar, Zakia bertanya-tanya. Kenapa kakak yang dulu ia tolong ini begitu perhatian.

"Kamu ingin tahu jawaban dari pertanyaan mu tadi?" Zakia mengangguk pelan.

"Semua itu, Karena aku mencintaimu Zakia?

Deg!

Jantung Zakia sudah tidak aman sejak tadi. Mendengar pengakuan itu, Detak Jantungnya berdetak lebih cepat lagi.

Ada apa dengannya? Kenapa ia merasa senang mendengarnya. Apa itu artinya rasa cintanya pada Maxime telah hilang? Atau mungkin karena selama menikah dan berumah tangga bersama pria yang ia jadikan dongengnya, Zakia tidak pernah mendengar pernyataan cinta? Maka dari itu, Mendengar pernyataan Cinta dari seseorang pria Zakia merasa senang sekali..

Seumur hidup, Dia tidak pernah merasakan di cintai. Tapi apakah pria ini bersungguh-sungguh? Mengingat selama ini Zakia tidak pernah merasa di cintai oleh siapapun termasuk ayah, Kakak dan Maxime sendiri.

Dia pernah membangun dongengnya sendiri. Hidup berdua dan bahagia bersama teman masa kecilnya, Maxime.

Tapi apa yang terjadi? Justru Maxime sendiri lah yang merusak dongeng itu sendiri. Menghempaskan Zakia hingga ia jatuh ke jurang terlalu dalam.

Lalu tiba-tiba? Seseorang pria mengatakan bahwa dia mencintainya? Rasanya ini begitu mustahil. Bagi Zakia ini semua begitu cepat.

"Kenapa diam hm? Kamu tidak percaya padaku?" Bukan tidak percaya, Tapi apakah Zakia bisa percaya begitu saja sementara kata cinta itu hanya muncul dari sebuah kata-kata.

"Aku tahu, Mungkin kamu masih ragu padaku. Secara tiba-tiba, Tidak ada angin tidak ada hujan aku tiba-tiba menyatakan perasaan ku padamu.. Semua wanita mungkin akan berpikir demikian. Tapi tidak apa-apa, Aku mengerti dan sangat paham.. Terlebih, Ada satu yang menjadi penghalang. Tuhan kita tidak sama..

Zakia kembali menatap Gus Rafa. Ya, Satu hal yang harus dia sadari. Mereka beda keyakinan. Apakah bisa mereka bersatu sedangkan mereka saja berbeda.

"Sekarang kita memang beda.. Dan perlu kamu tahu.."Gus Rafa menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Aku mencintaimu sejak pada pandangan pertama, Sejak delapan tahun lalu. Aku ingin kamu menjadi milikku. Maka dari itu, Bolehkah aku egois? Izinkan aku merebutmu dari Tuhanmu, Zakia....

.

.

.

TBC