Tiga tahun menjalin hubungan pernikahan, Gempita mengetahui kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita yang lebih muda.
Dalam situasi seperti ini, ia menghadapi kebingungan. Satu alasan yang tidak bisa diungkap. Apakah bercerai atau mendiamkan perbuatan Melvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belanja
Mendengar lagu yang dinyanyikan Cal terasa mengingatkan Gempita pada masa lalu. Ia kira tidak bisa menggapai pria tampan ini, tetapi Cal lah yang lebih dulu mendekat.
Berawal dari teman, berwujud pacaran, itu menurut Gempi. Beda dengan anggapan Cal yang tidak percaya cinta. Kebersamaan ini hanya atas dasar kenyamanan saja.
Yang Gempita tahu kalau hampir semua lagu dari Walker High ditulis oleh Cal. Apa ini kisah cinta dari hidup sang vokalis? Gempi tidak ingin merasa kalau dirinya yang diceritakan oleh Cal. Apalah ia dulu dan sekarang, sama-sama tidak dianggap.
"Jangan terlalu fokus menatapnya." Sifa sengaja menabrak punggung Gempi agar sahabatnya ini sadar.
"Kamu membuat gosip," kata Gempi, yang sudah mendengar tentang kunjungan Cal ke Night Club.
"Berita itu?" Sifa malah tertawa. "Aku malah menyuruhmu datang ke sana, tapi kamu malah tidak mau. Memangnya perlu izin dari si Melvin?"
Gempi dan Sifa menonton di tempat khusus. Ternyata insiden kemarin tidak mempengaruhi Cal sama sekali. Perfomanya tetap memukau dan penonton dibawa senang.
"Dia masih suamiku."
"Tanpa kamu bilang, aku juga tahu. Dia memang suamimu. Kamu enggak niat buat balas, tuh, Melvin? Mumpung ada Cal loh." Sifa menaikturunkan alisnya.
"Kamu bicara apa, sih?" Gempi malu sendiri dibuatnya.
"Terserah. Kalau aku jadi kamu, aku bakal balas Melvin. Dia asik sama perempuan lain. Lah, kamu, jangan mau kalah."
"Jangan nambahin dosa, deh."
"Yang kamu lakuin dulu juga dosa. Kita semuanya berdosa."
Gempita cuma menggeleng dan kembali melanjutkan acara menontonya. Musik berhenti sejenak, Cal terlihat minum dan menyeka keringat dengan handuk kecil.
Yang menjadi teriakan penonton wanita adalah mereka yang menginginkan handuk bekas itu dan Cal dengan senang hati melemparnya.
"Itu menjijikan," kata Gempi.
"Halah! Dulu kamu paling senang berkeringat dengan Cal."
"Ayolah!" Gempi tidak ingin membahas Cal, tetapi Sifa malah memancing.
"Eh, dulu kamu pernah bilang Cal itu hot. Ngomong-ngomong, kamu suka permainan Cal atau Melvin?"
"Sama saja menurutku."
Baik Cal dan Melvin sama-sama punya yang namanya kesenangan dalam hal beradu ranjang. Tidak cukup sekali, tetapi dua sampai tiga kali dalam semalam.
Gempi saja heran, kenapa ia bisa mendapat suami yang berengseknya sama persis seperti Cal. Ah, ada perbedaan sedikit. Setidaknya, Cal dulu tidak pernah dekat dengan wanita lain, meski hanya having fun saja. Berbeda dari Melvin yang berkhianat.
"Halo Everyone! Single ini khusus aku tulis untuk seseorang. Dia pergi begitu saja setelah apa yang kami lalui," kata Cal.
Penonton bersorak, bertepuk tangan karena lagu ini tengah hits. Banyak yang menantikan Cal untuk menyanyikannya.
"Aku begitu muda waktu itu." Cal tertawa. "Apa kalian siap?"
"Siap!"
"Musik!" teriak Cal.
Lain hal dengan Gempi dan Sifa. Keduanya sama-sama memendam amarah. Ya, lagu ini ditulis dengan makna tersirat di dalamnya. Sepasang kekasih yang terbakar gairah, lalu salah satunya pergi.
"Apa lagu ini tentang dirimu?" tanya Sifa.
"Mana kutahu."
"Dasar, Cal. Dia playing victim. Dia malah membuat dirimu berada di posisi yang salah. Bagus, Gempi. Sudah seharusnya kamu pergi meninggalkan dia."
"Heh, bukannya kamu yang tadi menyuruhku untuk bersama Cal?"
"Haish!" Sifa mengembuskan napas panjang. "Cal ini, ya, definisi kalau dekat bikin sakit, kalau jauh bikin kangen."
Gempita tertawa mendengarnya. Yang dikatakan Sifa ada benarnya karena memang perasaan itulah yang ia rasakan selama ini. Jauh dikenang, tetapi dekat dibenci.
"Aku mau pulang."
"Loh, enggak sampai selesai?" kata Sifa.
Gempi menggeleng. "Sebelum macet."
Sifa pun mengiakan, ia pulang bersama Gempi sebelum antrian dari penonton yang berdesakan akan pulang setelah konser berakhir.
Masih ada sehari lagi untuk Walker High konser di Jakarta dan kesempatan Cal bertemu Gempi juga banyak jika keduanya menghendaki.
Sayangnya, salah satu dari kedua insan itu menolak. Apalagi Gempi yang pagi harinya didatangi oleh ibu mertuanya.
"Tumben sekali Mama datang." Gempi tersenyum.
"Mama telepon Melvin, katanya kamu lagi sibuk nyiapin konser. Selamat, ya, Sayang." Deswita memberi sebuket bunga mawar pink untuk keberhasilan menantunya.
"Makasih, Ma. Bunganya indah." Buket bunga yang luar biasa cantik. Tapi, jika tidak hati-hati, maka durinya bisa menusuk kulit.
"Kamu sibuk hari ini?" Deswita bertanya penuh harap. Terlihat dari sorot matanya.
"Enggak, sih. Tapi ...."
"Bagus! Mama cuma perlu beberapa jam aja. Temenin Mama belanja, ya, Sayang."
Gempita mengangguk. "Iya, deh, Ma. Gempi ganti baju dulu."
Kalau sudah begini, Gempita tidak akan bisa menolaknya. Memang siang ini pekerjaan tidak terlalu banyak dan Lusi bisa menghandle. Nanti malam saja, ia ke konser untuk melihat situasi.
Dengan diantar sopir Deswita, keduanya mengunjungi pusat perbelanjaan yang baru saja buka. Masih sepi, lebih nyaman dalam memilih.
Deswita membawa Gempi menuju toko perhiasan berlian. Meminta bantuan Gempi memilih perhiasan yang bagus.
"Sayang, gimana menurutmu?" Deswita menunjukkan set perhiasan.
"Ini untuk Mama? Kayaknya enggak cocok, deh."
"Bukan, tapi untuk anaknya teman Mama. Putrinya akan menikah."
Gempita tersenyum. Pengartiannya jelas berbeda. Deswita mengajaknya berbelanja keperluan pernikahan untuk dihadiahkan kepada Nindi.
Bukan hanya satu set perhiasan, tetapi sepasang cincin pernikahan yang ternyata sudah dipesan jauh-jauh hari.
"Apa enggak berlebihan, Ma?"
"Pas Melvin menikah, mereka juga memberi hadiah ini."
"Oh, ya? Perhiasan yang mana?"
Kena! Terlihat Deswita kaget karena tidak ada kerabatnya yang memberi perhiasan berlian sebagai hadiah. Apalagi sampai satu set.
"Mungkin kamu lupa. Pokoknya ada. Udah, yuk, kita lanjut lagi pilih."
Ternyata bukan hanya perhiasan, tetapi beberapa pakaian, make up serta tas dan sepatu. Setelah semua terpenuhi, Gempita dan Deswita pulang.
"Mama enggak mampir dulu?" Gempita menawarkan saat mobil mertuanya telah berada di depan rumah.
"Lain kali saja."
"Oh, ya, kapan acara pernikahannya?"
"Bulan depan." Deswita tersenyum.
"Oh, ya, Ma. Akhir-akhir ini, Melvin sibuk. Ini saja pergi keluar kota. Apa mungkin dia punya wanita lain?"
"Astaga, Gempi! Melvin bukan pria begitu."
"Semoga saja tidak menurun dari Papa."
"Maksudmu apa? Kamu nyindir Mama?" Deswita melotot.
"Kok, Mama marah? Mama, kan, menikah pada saat Papa sudah jadi duda." Gempita tersenyum. "Sudah, ya, Ma. Gempi masuk dulu. Mama hati-hati di jalan." Gempita memberi pelukan terakhir, lalu keluar dari mobil. Ia melambaikan tangan dan kendaraan putih itu pun berlalu.
Bukan cerita baru bagi Gempita karena sudah tahu semua. Melvin adalah anak dari istri kedua. Meski, ayah Melvin menceraikan istri pertama, tetapi hubungan itu diawali dengan perselingkuhan.
"Menantu kurang ajar!" Deswita kesal. "Apa jangan-jangan Melvin sudah ketahuan? Enggak bisa, nih. Harus telepon Melvin."