Ketika cinta harus terpatahkan oleh maut, hati Ryan dipenuhi oleh rasa kalut. Dia baru menyadari perasaannya dan merasa menyesal setelah kehilangan kekasihnya. Ryan pun membuat permohonan, andai semuanya bisa terulang ....
Keajaiban pun berlaku. Sebuah kecelakaan membuat lelaki itu bisa kembali ke masa lalu. Seperti dejavu, lalu Ryan berpikir jika dirinya harus melakukan sesuatu. Mungkin dia bisa mengubah takdir kematian kekasihnya itu.
Akan tetapi, hal itu tak semudah membalikkan telapak tangan, lalu bagaimanakah kisah perjuangan Ryan untuk mengubah keadaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Hanya Mengingatkan
...----------------...
"Kalau aku bilang jika dia adalah orang jahat, apa kamu akan percaya?" Ryan menjawab pertanyaan Rara dengan balik bertanya. Itu tentang kenapa lelaki itu seperti tidak menyukai sutradara yang sedang dibicarakan sebelumnya.
Rara pun menggeleng sebagai tanggapan. "Aku nggak bisa langsung percaya kalau nggak ada buktinya," tuturnya kemudian.
Ryan pun menghela napas kasar. Ia sudah yakin jika Rara akan berkata demikian. Alibinya tidak mempunyai bukti yang kuat sehingga menyudutkan Danang juga akan percuma. Jatuhnya hanya akan menjadi fitnah saja.
"Ayo, pulang!"
Ryan tak ingin memperpanjang lagi. Dia masih butuh waktu untuk mencari bukti. Selama bukti itu belum dimiliki, sangat sulit untuk membuat Rara percaya dengan apa yang dikatakannya nanti.
Heningnya malam mengiringi gerak langkah keduanya dalam cahaya temaram lampu jalan. Rara dan Ryan hanya saling diam tanpa saling melemparkan kata. Keduanya bahkan berjalan sejajar ke belakang ketika rasa canggung tiba-tiba menyerang.
Hingga Ryan dan Rara sampai ke rumah. Ryan terlebih dahulu mencapai pintu. Lelaki itu hendak membuka benda persegi itu, tetapi urung dan berbalik badan menghadap Rara lagi.
"Ra ...."
"Iya." Rara menoleh ketika namanya dipanggil oleh Ryan. Perempuan itu pun sudah berada di depan pintu rumahnya, tangannya sudah memegang gagang pintu bersiap untuk masuk.
Jarak yang memisahkan keduanya tak lantas menghilangkan rasa canggung yang ada. Tatapan mata mereka cukup membuktikan rasa itu sangat mengganggu. Terlebih Rara yang membuat Ryan marah terlebih dahulu.
"Aku cuma bisa ngingetin kamu aja, kalau kamu nggak hati-hati mengambil langkah, hasilnya pasti akan salah. Aku hanya nggak mau kamu menyesal suatu saat nanti, Ra."
Setelah berkata seperti itu, Ryan pun membuka pintu lalu masuk ke rumahnya, sedangkan Rara masih bergeming sambil mencerna perkataan Ryan tersebut. Sungguh, gadis itu tidak mengerti sama sekali. Semakin keras dia berpikir, otaknya malah semakin pusing.
"Tahu, ah. Nggak ngerti sama kelakuan dia," ucap Rara lalu masuk ke rumahnya juga.
****
Esok harinya, di lokasi syuting wajah Ryan terlihat muram tidak seperti biasanya. Kejadian semalam sungguh membuatnya kepikiran. Dia sampai tidak bisa tidur semalaman, memikirkan apa yang harus dia lakukan terhadap Danang. Ryan tidak pernah menyangka jika pertemuan Rara dengan Danang dahulu ternyata hasil dari perantara. Parahnya, Rara yang menghubungi sendiri perantaranya.
"Dasar gadis keras kepala! Kamu itu memang pantas menyandang julukan 'Si Pantang Menyerah'. Beneran pantang menyerah kalau udah punya keinginan," ucap Ryan bermonolog sendiri. Lelaki itu berbicaralah tentang Rara. Gadis keras kepala, yang dia kenal tidak pernah menyerah untuk mengejar cintanya. Namun, untuk sekarang semuanya sudah diubah oleh Ryan. Jangankan mengejar cinta sejati, untuk bertemu dengan Ryan saja, Rara tidak sudi.
"Hei, lagi santai?"
Tubuh Ryan berjengit kaget ketika seseorang menyapanya dari belakang. Kemudian tersenyum mengembang ketika melihat ternyata Lilis yang melakukan.
"Iya, take aku baru selesai. Nanti ada lagi setelah se jam," sahut Ryan. Pandangannya mengikuti gerakan Lilis yang duduk di kursi kosong di sampingnya.
"Gimana suami kamu? Udah akur, kan? Udah jebol gawang, dong?" tanya Ryan sambil mengusung senyuman menggoda. Sepertinya dia tahu apa yang terjadi semalam dengan sepasang suami-istri tersebut. Pertandingan seru mereka pasti dimenangkan tim suaminya.
"Ih, kamu mah jangan bikin Lilis malu atuh! Kalau kedengeran orang lain gimana?"
Senyum Ryan semakin mengembang saja. Menggoda Lilis membuatnya sejenak lupa dengan masalah Rara.
"Tapi makasih lho, ya. Berkat kamu hubungan Lilis sama suami udah nggak kayak dulu lagi. Sekarang udah resmi suami istri," ucap Lilis sambil tersenyum malu.
Ryan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa melepaskan senyuman di bibir. Dia ikut senang jika temannya juga senang.
"Oh, iya. Miss Dania minta alamat rumah kamu sama Lilis. Lilis boleh kasih tahu dia, nggak?" tambah Lilis lagi.
"Nggak apa-apa, kasih aja!"
"Udah dikasih, sih," ucap Lilis sambil menyengir kuda.
"Ya terus kenapa harus minta izin sama aku lagi. Nggak diizinin juga udah dikasih, kan?" Ryan mencebik dan Lilis semakin melebarkan senyuman.
"Lilis cuma mau ngasih tahu, bukan minta izin. Salah siapa dulu nyuruh miss Dania nanya ke Lilis di mana alamat kontrakan kamu yang baru. Lilis bilang aja kita tetanggaan," kilahnya mencari alasan. Ryan pun tertawa.
"Iya, nggak apa-apa," ucap Ryan setelah tawanya reda, lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Lilis. Dia ingin berkata serius dengan perempuan itu.
...----------------...
...To be continued...
ikut dong 😅😅
euleuhhh pdhl mah buat koleksi we
pen dijewer euhhhh 🤣🤣🤏🏻🤏🏻
mau jalan jalan kemana 😁😅