Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15. Aku Serahkan Semuanya Padamu.
Hyuna menatap Aksa dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin laki-laki itu menikahi Laura hanya karena permintaan ibunya? Apakah semua itu masuk akal?
"Kau tau sendiri jika selama ini kita sudah berusaha untuk punya anak, Mas. Tapi Allah belum memberikannya, lalu aku harus bagaimana lagi, hah?"
Hyuna benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana mungkin mereka memaksanya untuk punya anak sementara anak itu pemberian dari Tuhan? Apa mereka menggapnya sebagai Tuhan yang bisa menciptakan anak sendiri?
"Aku mengerti, Dek. Itu sebabnya Mas menikahi Laura supaya ibu tidak menekanmu tentang anak lagi, Mas hanya tidak tega melihatmu."
Hyuna menggelengkan kepalanya. "Kau pikir itu jalan keluar, Mas? Apa kau sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaanku?" Dia menatap Aksa dengan nyalang.
Aksa terdiam. Awalnya dia terkejut saat mendengar perintah sang ibu untuk menikahi Laura, walaupun hubungannya dengan wanita itu sudah sangat dekat. Sampai akhirnya dia setuju karena Laura berjanji tidak akan mengganggu Hyuna saat menjadi istri keduanya.
"Tidak akan ada yang berubah, Hyuna. Aku masih tetap mencintaimu dan akan selalu bersamamu,"
"Berhenti mengatakan hal yang tidak masuk akal, Mas! Kau pikir semua ini masih tetap sama, hah? Kau mendukan cintaku dan menikah dengan wanita lain, lalu di bagian mana yang kau katakan masih tetap sama?" teriak Hyuna membuat Aksa tersentak kaget.
Aksa terdiam karena tidak mau semakin membuat Hyuna murka, sementara Hyuna sendiri mencoba untuk mengendalikan diri dan menahan segala rasa sakit yang kian menusuk hati.
"Sekarang pergilah bersama dengan wanita itu, Mas. Kau sudah punya hubungan yang baru, maka hubungan lama yang terjalin akan segera terhapus,"
"Itu tidak perlu, Mbak."
Hyun dan Aksa tersentak kaget saat mendengar suara seseorang. Sontak mereka melihat ke arah kanan dan tampaklah Laura dan Mona sudah berada di rumah itu.
"Kau, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aksa dengan tajam. Urusannya dan Hyuna saja belum selesai, tetapi wanita itu datang dan pasti akan semakin membuat keributan.
"Kenapa kau bertanya seperti itu, Aksa? Sekarang Laura adalah istrimu, sudah pasti dia akan tinggal di sini bersamamu."
Deg.
Hati Hyuna kian perih saat mendengar apa yang mertuanya katakan. Apakah dia benar-benar sudah tidak dianggap lagi oleh mereka? Kenapa tidak ada sedikit saja hati nurani mereka untuknya?
"Maaf menyela, Ibu."
Mona langsung menatap Hyuna dengan sinis, begitu juga dengan Laura yang tersenyum palsu seolah mencoba untuk akrab kepada madunya itu.
"Apa Ibu tidak bisa melihat keberadaanku di sini? Atau memang Ibu tidak mau melihatku?" ucap Hyuna dengan tajam membuat Mona menatap geram.
"Ap maksudmu, hah? Apa kau pikir hanya kau yang bisa tinggal di rumah ini?"
Hyuna menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak. Aku tidak masalah jika ibu atau Riska dan Ruby tinggal di sini. Hanya saja tidak untuk dia." Hyuna menunjuk tepat ke arah Laura membuat wanita itu menggertakkan giginya.
"Heh, kau bilang apa?" Mona tergelak dengan apa yang Hyuna katakan. "Kau tau jika Laura sudah menikah dengan Aksa dan menjadi istrinya, sudah pasti dia akan tinggal di rumah ini bersama dengan suaminya. Dan jangan lupa, kau hanya menumpang di rumah anakku, Hyuna. Kau tidak berhak untuk mengatur apapun juga."
"Cukup, Bu. Ibu sudah sangat keterlaluan!" bentak Aksa membuat ibunya itu tersentak kaget.
Hyuna sendiri mengepalkan tangannya dengan mata memerah. Bagaimana mungkin mertuanya itu mengatakan jika dia menumpang di rumah Aksa, sementara dia ikut berjuang untuk membangun rumah ini? Dia bahkan rela kerja banting tulang siang dan malam untuk membantu perekonomian keluarga, agar masa depan mereka lebih baik lagi.
"Kau menggentak ibu, Aksa?" Mona menatap Aksa dengan mata berkaca-kaca, sampai akhirnya air mata jatuh juga membasahi wajah.
"Itu karena ibu sudah keterlaluan dengan Hyuna. Rumah ini juga miliknya, Bu. Kami sama-sama-"
"Cukup!"
Mona berteriak dengan kuat membuat suaranya menggema di tempat itu. "Pokoknya ibu tidak mau tau. Saat Ini Laura sudah menjadi istrimu, jadi dia harus tinggal bersamamu."
Hyuna mengusap dadanya yang berdenyut sakit. Bibirnya tersenyum miris, dengan mata berkabut penuh luka. Sebenarnya apa lagi yang dia lakukan di rumah ini? Apa lagi yang mau dia harapkan? Apa dia masih mengharapkan Aksa, atau berharap rumah tangganya kembali baik-baik saja setelah apa yang terjadi?
Tidak, jawabannya adalah tidak ada lagi yag bisa Hyuna harapkan. Baik Aksa, maupun rumah tangganya. Karena jika sudah ada pihak ketiga dalam sebuah pernikahan, maka hanya akan ada luka yang akan menyakiti semua orang. Terutama dia yang sudah banyak berkorban, tentu saja rasa sakit akan menjadi makanan setiap hari yang nantinya dia rasakan.
"Dia boleh tinggal di sini asal Hyuna memberi izin, jika tidak maka dia harus tinggal di tempat lain," ucap Aksa dengan penuh penekanan.
"Itu tidak perlu." Hyuna mengibaskan tangannya membuat semua orang menatapnya dengan heran. "Maaf jika tadi aku melarangmu, Laura. Aku lupa jika kau adalah tuan rumah yang baru di tempat ini."
"Hyuna, kau-"
Hyuna mengangkat tangannya membuat ucapan Aksa terpaksa berhenti. "Selamat datang di rumah ini, Laura. Silahkan jika kau ingin tinggal, karena aku sudah tidak berminat lagi tinggal di tempat ini."
Aksa langsung menarik tangan Hyuna saat mendengarnya. "Apa maksudmu, Hyuna? Kau, kau akan pergi?" Dia menatap dengan tidak percaya.
"Tentu saja, Mas. Untuk apa aku tinggal di rumah yang sudah menjadi milik orang lain?" Hyuna mencoba untuk bicara seceria mungkin, dia tidak mau mereka melihat lukanya yang kain menganga lebar.
"Apa maksudmu, Hyuna? Ini rumahmu, ini adalah milikmu,"
"Tidak. Tidak ada lagi yang menjadi milikku sekarang."
Hyuna menepis tangan Aksa lalu mengibaskan tangannya itu seolah-olah habis terkena sesuatu yang kotor.
"Aku tidak punya apapun lagi. Baik suami dan juga rumah, baik cinta dan juga kesetiaan. Semua sudah hilang saat kau mengucap janji suci pernikahan dengan Laura di hadapan Tuhan, jadi untuk apa lagi aku bertahan dalam buaian angan semata? Karena tidak akan ada lagi bahagia yang menyapaku untuk semua ini."
•
•
•
Tbc.