Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Kekasih Hani?
BUGH!
BUGH!
Valdi melayangkan pukulan ke wajah perawat itu. Revaz melempar bantal, matanya mengerjap, Revaz mengambil udara sebanyak-banyaknya. Revaz memegang dadanya yang sesak. Niat hati ingin ikut mengeroyok si perawat yang tega ingin menghabisinya, tapi kepalanya terasanya berat. Revaz kembali berbaring di tempat tidurnya.
Valdi mencengkeram kerah baju perawat itu. Valdi melihat keanehan di mata perawat. Tatapannya kosong, dia terus menatap Valdi.
"Jangan dekati Hani, jangan dekati Hani!" mata perawat itu melotot.
Secara spontan Valdi menepuk kepala perawat itu dan perawat itu jatuh tidak sadarkan diri.
"Kamu bunuh dia?" Revaz panik terduduk di atas tempat tidurnya.
"Sembarangan, dia pingsan. Dia kerasukan setan," Valdi menaruh perawat itu di atas kursi tamu.
"Valdi, apa mungkin orang yang suka sama Hani sekarang jadi setan dan terus mengganggu Hani?"
"Apa ada, setan yang ngirim SMS?" Valdi dengan kesal memandangi Revaz.
"Setan zaman now, mungkin saja," jawab Revaz.
"Aku akan melindunginya Kak,"
"Kakak juga. Ingat Kakak yang pertama bertemu dengannya,"
Valdi dan Revaz saling adu pandang. Tidak disangka Revaz juga menyukai Hani.
"Kita liat siapa yang dipilih Hani," ujar Valdi.
"Pasti Kakak," Revaz dengan kepercayaan dirinya.
Valdi dengan kuat melempar bantal ke arah Revaz. Alhasil wajah Revaz memerah terasa panas. Revaz membalas dengan melempar balik bantal dan tepat mengenai kepala perawat yang ada di kursi tamu.
Perawat pria itu sepenuhnya sadar. Dia memegang kepalanya. Valdi memberikannya minuman mineral. Perawat itu kebingungan mengapa bisa berada di ruangan itu. Sebelumnya perawat itu berada di ruang istirahat khusus perawat.
Setelah mendengarkan cerita Revaz yang berapi-api, perawat itu meminta maaf atas semua perbuatannya. Dia sama sekali tidak sadar akan perbuatannya. Perawat itu bilang dia bermimpi bertemu dengan seorang Dokter dan Dokter itu menyuruhnya menyuntik pasien yang ada di ruangan VVIP 1.
"Lu bukannya menyuntik, tapi mau bikin mati gue!" Revaz sekali lagi memarahi perawat itu.
"Ampun, maaf, saya benar-benar tidak sengaja," perawat itu sampai berlutut di depan Revaz.
Valdi membantu perawat itu berdiri dan keluar dari ruangan Revaz. Valdi sudah memaafkan ketidaksengajaan perawat itu.
"Setelah dipikir-pikir, sebaiknya Kakak menjauhi Hani. Liat, Kak Revaz hampir celaka," kata Valdi.
"Tidak hanya Kak Revaz, semua yang dekat dengan Hani akan merasakan hal yang sama. Orang gila mana yang melakukan hal ini?"
"Yang pasti dia akan gila bila tidak mendapatkan Hani," jawab Valdi.
...----------------...
Beberapa hari kemudian, Hani dan Zaki pindah ke rumah baru mereka. Rumah yang dibelikan Wilan untuk membalas jasa Zaki. Letaknya persis bersebelahan dengan rumah Valdi.
Hani juga menjalani hari-harinya seperti biasa. Hani pergi ke kampus dengan motor baru yang dibelikan Wilan untuknya. Sesampainya di parkiran kampus, Hani dihampiri seorang cowok yang beberapa hari lalu telah menolongnya. Dia adalah Emran yang mengaku kekasih Hani.
"Pagi Hani, kamu sudah baikan?"
"Iya, sudah. Kamu kuliah di sini juga?"
"Iya, aku baru pindah. Ini coklat kesukaan mu," Emran memberikan kotak berwarna pink dengan pita di atasnya.
"Terima kasih," ucap Hani.
Mereka masuk ke dalam kelas bersama. Hani mengenalkan Emran kepada teman-temannya. Ricky yang sengaja menjaga jarak dengan Hani sedikit cemburu melihat Hani dekat dengan anak baru.
Kelas pun di mulai. Teman-teman mahasiswi Hani ribut, karena mereka kedatangan dosen yang paling keren di kampus mereka. Hani penasaran siapa dosen yang di maksud. Ternyata dosen itu adalah Valdi.
Hani berbeda dengan mahasiswi yang lain yang begitu mengidolakan Valdi. Entah karena mereka sering bertemu atau memang Hani hanya menganggap Valdi teman biasa. Hani begitu fokus dengan kuliah yang diberikan Valdi.
Valdi sesekali memperhatikan teman cowok Hani yang begitu perhatian kepada Hani. Sampai kelas berakhir, Valdi masih memperhatikan kedekatan Hani dengam cowok itu.
Mungkinkah dia yang mengaku kekasih Hani? Mengapa Hani terlihat biasa saat bersamanya? Mana mungkin Hani bisa melupakan kekasihnya sendiri? Aneh, Valdi bicara dalam hati.
"Hani," panggil Ricky.
"Iya," jawab Hani.
"Hani, maafin ucapan gue waktu itu," Ricky tertunduk.
"Ya, tidak apa," Hani tersenyum ke arah Ricky.
"Lu siapa?" Ricky menatap Emran.
"Gue Emran, kekasih Hani," jawabnya.
"Tunggu, bukan begitu," Hani berusaha menenangkan Ricky, Tiko, Hilla dan Dina yang menatap kaget ke arahnya.
"Eheeem," Emran berusaha mencairkan ketegangan. "Mungkin terjadi sesuatu kepada Hani sebelum dia pindah ke kota ini. Dia melupakan gue. Gue akan pelan-pelan membantu Hani mengingat gue," Emran menghela napas kecewa.
Setelah melihat kekecewaan Emran, bukannya kasihan Hani ingin menjauh dari Emran. Cowok yang sama sekali tidak pernah ada di dalam memorinya. Memang Hani sempat mengalami kecelakaan pesawat, tapi Hani masih mengingat semua yang telah terjadi sebelum kecelakaan pesawat.
Emran meminta Hani untuk ikut bersamanya. Tanpa persetujuan Hani, Emran menarik tangan Hani dan meninggalkan teman-temannya. Emran membawa Hani untuk duduk di bangku taman seberang perpustakaan. Emran mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya.
"Hani, siapa tau setelah melihat ini, kamu akan ingat,"
Hani membuka buku itu helai demi helai. Terlihat tulisan tangan yang rapi dan juga ada foto-foto Hani. Hani mencoba mengingat karena foto itu tidak pernah Hani lihat sebelumnya. Dilihat dari background tempat dan pakaiannya, itu foto Hani saat duduk di SMA.
"Emran, apa kita dulu satu SMA?"
"Iya, kita 3 tahun selalu bersama. Apa kamu mengingat sesuatu?"
"Maaf, aku masih belum ingat apapun," jawab Hani.
"Pelan-pelan saja," sahut Emran.
Hani melihat Valdi yang berjalan ke arah parkiran. Hani pamit kepada Emran dengan alasan ada tugas kuliah yang ingin dia tanyakan kepada Pak Valdi dosen mereka. Hani dengan sedikit berlari memanggil Valdi.
"Pak Valdi, permisi Pak," Hani memberikan isyarat jari kepada Valdi dengan menunjukan Emran.
Valdi melirik ke arah Emran. Valdi mengerti. Valdi dan Hani seolah membahas sedikit masalah tugas yang dia berikan kepada Hani. Emran perlahan meninggalkan mereka.
"Makasih Kak, aku merasa gak nyaman bersamanya,"
"Apa dia itu kekasih mu?"
"Gak tau Kak. Aku gak ingat apapun. Aku duluan ya. Dahhhhh," Hani melambaikan tangannya.
"Hani tunggu sebentar," Valdi memberikan ponsel kepada Hani.
"Berikan ponselmu. Pakai yang ini. Ingat ini nomor barumu. Jangan sembarang beri nomor kontak, kita masih belum menangkap pelakunya," kata Valdi.
"Ok Kak. Makasih ya," Hani melambaikan tangannya.
Hani memakai helm, Hani meninggalkan kampus. Valdi juga masuk ke dalam mobilnya. Valdi mencek ponsel Hani. Dan lagi-lagi Hani mendapatkan SMS dari nomor yang diprivasi yang bertuliskan :
... 'Hati-hati bawa motornya ya, jangan ngebut'....
"Oh tidak, orang gila itu ada di sini," Valdi segera melajukan mobilnya mencari Hani.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...