Siang itu teringat jelas dalam benakku, dia sangat mempesona di mataku. pemuda itu sangat menarik selain tampan dia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diam yang romantis
Sesampainya di kediaman kami, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajah. Sedangkan beliau nampak mengaji di sofa kamar.
" Masyaallah malunya aku, kenapa sebut- sebut seksi segala. Benar- benar perempuan meresahkan, " ucapku di kamar mandi. Tak berselang lama aku keluar dari kamar mandi entah apa yang ingin kulakukan sampai tidak tahu. hati dan sikapku jadi tidak singkron. Aku jadi rindu kamarku di rumah paman.
"Sedang apa? Sedari tadi mas perhatikan kamu bingung mau ngapain? Ada yang mau disampaikan?" tanya beliau padaku. Aku hanya menggelengkan kepala menandakan tak setuju dengan ucapannya. Namun ketika aku fokus pada hp tiba-tiba saja wajah beliau sudah di hadapanku.
"Apa? Kenapa mesti kaget? Katanya tidak ada apa- apa," ucapnya.
"Mas ini apa sih ... Bikin saya kaget. Mau apa coba deketan gini?" tanyaku dengan sifat kekanakanku yang tiba-tiba muncul.
"Jangankan deketan gini, lebih dari inipun boleh. Bukankah begitu ya istriku?" tanyanya dengan tersenyum.
" Mas apa sih gk gini deh, jangan bikin aku nerveous dan salting. Aku gini-gini masih abg loh mas bisa GR juga," jawabku seringan mungkin.
"iyakah? Bisa ya Gr gitu kayak anak ABG. Gapapalah kan memang masih remaja," jawabnya sambil tertawa kecil. Aku pukul tangannya.
"Mas Iz ... Ini."
" Apa ... Kenapa dengan aku, mau bilang apalagi?" tanyanya.
" Gak ada," jawabku singkat.
Ketika kami sedang asik ngobrol, telpon genggam mas iz bunyi. Dia nampak terdiam saat menatap layar ponselnya yang berbunyi. Dia menatapku dengan penuh tanda tanya. Diapun mengajakku duduk di ranjang kami. setelah aku berada di sampingnya dia mengangkat video call dari seseorang. Aku baru sadar jika itu panggilan dari kakak spontan aku berdiri dan ingin pergi namun tangan beliau mencegahku untuk pergi.
"Jangan pergi ... Kumohon dampingi aku," ucapnya dengan lemas. Akhirnya mau tidak mau aku mendampingi beliau bercakap dengan kakak. Kupakai niqob untuk menghindari rasa gugupku. Beliaupun tak melarangnya karena aku yakin beliau paham kenapa aku begini. Diapun memulai percakapan dengan kakak.
" Assalamualaikum mas iz ..."
" Waalaikumsalam fatimah."
" Mas iz gmn kabarnya?" tanya kakak
" Seperti yang kamu lihat sedang baik tidak kurang satu apapun."
" Maafkan aku mas, tapi percayalah aku akan kembali." ucap kakak lagi
" Baiklah ... Kembalilah kemari untuk keluargamu, kasihanilah pengorbanan mereka.
" Iya mas tentu. Tapi kumohon maafkan aku.
" Tentu saja aku memaafkanmu. Tapi maafkan aku juga."
" Kenapa mas iz minta maaf?" tanya kakak di sana. Aku sudah mulai resah apa yang akan beliau sampaikan.
" Mungkin kita tidak akan bisa bersatu lagi setelah ini fatimah." ucap beliau
" Kenapa mas Iz? aku hanya pergi beberapa saat, aku ingin terlihat pantas untukmu."
" Tapi saat ini aku sudah tak pantas untukmu fatimah."
" Jangan membuatku cemas begini mas?"
" Kenapa harus cemas sekarang, harusnya sebelum kamu pergi itu sudah terpikirkan 1000 kali."
" Mas iz mengertilah ... Aku benar- benar merasa tidak pantas."
" Maka saat ini akulah yang tidak pantas untukmu, terima kasih sudah pernah hadir dalam hidupku. Terima kasih sudah memberikan banyak pelajaran dalam hidup ini. Semoga kelak kamu bahagia dan menemukan pendamping yang lebih baik dariku dr. Fatimah."
" Mas jangan bercanda, jangan membuatku takut dengan ucapanmu."
" Aku sedang tidak bercanda fatimah karena saat ini aku sudah menjadi mahram seseorang, Aku sudah menjadi suami seseorang bahkan saat ini aku sedang berusaha membahagiakan dia yang telah mengorbankan masa depannya untukku. Maafkan aku ... Assalamualaikum."
" Mas ... Benarkah?" tanya kakak namun gus iz hanya mengangguk saja. Aku meneteskan air mataku di dalam kesunyian malam ini.
" Waalaikumsalam ... Semoga bahagia Mas."
" Aamiin ya Robbal Alamin."
Percakapan itupun berakhir dengan tatapan gus izdi padaku. Aku hanya menunduk di depannya, diapun segera menggapaiku dan memelukku dengan erat.
" Maafkan aku mas, seharusnya tidak begini,"ucapku.
"Kumohon jangan menangis wardah, ijinkan aku membahagiakanmu," ucap beliau.
Ini pertama kali beliau memelukku dengan erat tanpa canggung. Dia mengelus punggungku, aku merasa saat ini perlindunganku pindah ketangannya setelah aku dilindungi paman.
" Terima kasih mas, semoga kamu sehat selalu," ucapku lirih sekali. Ternyata ucapan itu terdengar olehnya. Diapun mengecup keningku.
" Aamiin ...."
melelehhh akunya
terhuraaaa
gampang banget Gus iz bilang iloveyou