cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Tidak masalah, justru aku senang zidan ada disini" jawab lian tersenyum bangga.
***
"tok tok tok" terdengar suara pintu rumah lian diketuk.
"Ya, tunggu sebentar" jawab lian kemudian melangkah menuju pintu untuk membukanya.
"Assalamualaikum" ucap pak hari santai.
"Waalaikum salam, mari masuk" jawab lian.
"Kau sedang masak ya?, Aku mencium aroma masakan yang sedap dari luar" ucap pak hari kemudian melepas sepatunya dan berganti memakai sandal rumahan yang berada di rumah lian.
"Oh iya, Alhamdulillah kalau begitu, aku baru saja menggoreng cabai, kau sudah bilang kalau masakanku sedap saja, sepertinya ada masalah dengan penciuman orang dari luar" ucap lian.
"Mungkin tetangga mu ini sudah kelaparan, apa kamu perlu bantuan?" Tanya pak hari.
"Tidak, ini hampir selesai" tolak lian, tidak ingin merepotkan pak hari yang terlihat lelah setelah seharian bekerja, pasalnya saat ini lian hanya tinggal memindahkan sambal ke wadah yang cocok.
"Yasudah kalau begitu, aku lihat saja cara kerjamu" ucap pak hari sambil sesekali mengomentari apa yang lian lakukan saat memasak sembari tangannya mengambil beberapa lembar uang dari dompet nya .
"Ini aku letakkan dulu" ucap lian mengantar satu mangkok sup ayam ke meja makan.
"Lian ini untukmu, ini biaya makan untuk bulan ini" ucap pak hari memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan pada lian.
"Terimakasih, letakkan di sini saja tanganku, banyak minyak" ucap lian meminta agar pak hari meletakkan uang itu disakunya.
"Benarkah, kamu tidak menghitungnya lebih dulu, bagaimana Kalau uang yang aku memberikan ini kurang tidak seperti biasanya?" ucap pak hari menegaskan.
"Kamu tidak seharusnya memberitahukan hal itu padaku, dan bila itu terjadi, maka
sudah kupastikan aku akan membuatkanmu sayur sup setiap hari selama satu bulan, tanpa lauk dan juga tanpa sambal" ucap lian dengan memberikan sedikit tekanan.
"Aku ingin lihat seberapa tega kamu melakukan itu padaku" ucap pak hari sambil memasukkan uang tersebut pada salah satu saku dibaju lian.
"Assalamualaikum, ayah kami pulang" ucap para remaja serentak, mereka bergantian memasuki rumah, kemudian masing-masing dari mereka melepas sepatunya.
"Ada ayah" ucap jihan pada pak hari yang sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri.
"Waalaikum salam, kalian sudah pulang" jawab pak hari.
"Selamat siang ayah" ucap zidan pada pak hari yang juga sudah menganggap beliau adalah orang tuanya.
"Subhanallah, generasi penerus pulang sekolah bersama, ayo cepat ganti sepatunya setelah itu cuci tangan dan kita makan bersama" ucap pak hari antuasias menyambut putra putri mereka.
"Iya ayah, wah nampaknya ada begitu banyak makanan, kebetulan aku juga sudah lapar" ucap jihan yang melihat ada banyak menu yang tersaji di meja makan.
"Ini pasti hari spesial, kebetulan aku juga ada kejutan buat kalian semua, tunggu sebentar ya, aku ke kamar dulu" ucap jihan bergegas masuk dalam kamar hendak memeriksa sesuatu.
Begitu juga zidan masuk dalam kamar untuk meletakkan tas, kemudian keluar untuk mencuci tangan terlebih dahulu setelah itu bergabung dengan lainya di meja makan.
Sementara rangga setelah melepaskan sepatu langsung mencuci tangan dan bergabung di meja makan.
"Jihan kamu punya kejutan apa aku, cepat beritahu aku sudah tidak sabar mendengarnya" ucap zidan dengan lantang.
" Zidan bibimu intan tadi datang, dia membawakan banyak telur bebek untukmu, dan kita semua" ucap lian sambil menata pirang di atas meja, menberikan pelayanan terbaik pada anggota keluarganya terutama pada pak hari.
"Sekarang dimana bibi ayah" ucap zidan bertanya.
"Sudah pulang, dia tidak tahu, kalau hari ini kamu sekolah" jawab lian.
"Syukurlah kalau begitu, kalau bertemu aku tidak tahu harus berkata apa, padanya" ucap zidan sambil membantu ayahnya menyiapkan sendok di piring masing-masing.
"Anak ini, bibimu sangat merindukanmu" ucap lian lagi.
"Bibimu ini orang baik, dia pasti bercerita banyak hal tentangmu seperti zidan jangan bertengkar dengan jihan, zidan kamu berbuat baik pada ayah lian, dia terus mengatakan itu aku sampai mengingatnya" ucap pak hari sambil tersenyum.
Zidan terkekeh mendengarnya, pasalnya saat zidan bertemu dengan bibinya ada banyak nasehat yang disampaikan untuk zidan dan nasehat itu adalah nasehat yang sama seperti sebelumnya.
"Kenapa kamu tadi masuk ke kamar jihan, apa yang kamu lakukan" tanya zidan pada rangga, saat ayah hari pergi untuk mencuci tangan, sementara ayah lian masih berkutik di dapur.
"Bukan apa-apa" jawab rangga.
"Jihan cepat makanan sudah siap, kita semua menunggumu" panggil lian sambil meletakkan sambal goreng hati ampela ke meja.
"Ya, ayah aku segera datang" jihan keluar dari kamar dan langsung menuju dapur untuk mencuci tangan terlebuh dahulu sebelum bergabung dengan yang lain, ia datang dengan wajah bahagia.
"Kamu terlihat bahagia sekali hari ini, ada kejutan apa untuk kami semua?" Tanya lian sambil tertawa kecil.
Jihan tersenyum bahagia.
"Apa kamu mendapat teman baru disekolah?" Tebak lian.
Jihan terus saja tersenyum bahagia, tidak bisa mengekpresikan kebahagianya dengan kata-kata.
"Lian, lihatlah keluarga besar kita, nampak bahagian saat berkumpul seperti ini" ucap pak hari.
"Iya, penuh dengan kebahagiaan" ucap bu kiki menimpali.
"Ketika, kami memutuskan untuk membesarkan kalian bertiga, semua orang dilingkungan ini meragukan kami, bagaimana bisa dua orang ayah bisa melakukanya?, Untungnya ada nenek yang selalu siapa membantu kita semua, dan lihatlah betapa hebatnya kami sekarang, kalian bisa tumbuh besar sekarang, aku tidak perlu mengkhawatirkan rangga saat aku bekerja, aku juga tidak merasa khawatir dengan apa yang terjadi dirumah, terimakasih lian, terimakasih bu" sahut pak hari.
Disaat para orang tua tengah berbincang para remaja tengah asik menikmati makanan dengan lahapnya.
"Hari kapan kamu mau mencari istri lagi, bagaimana kalau memperkenalkanmu dengan anak temanku" tanya bu kiki.
"Bu, aku bahagia dengan hidupku, aku mau fokus bekerja, dan berkumpul dengan keluarga seperti saat ini, itu sudah cukup bagiku" ucap pak hari santai.
"Tidak bisa begitu, kamu harus tetap mencari seorang wanita, untuk mengurusmu dan menjadi pendamping di masa tua nanti" ucap lian sambil terkekeh.
"Ehem" Jihan berdehem kemudian berdiri hendak memberikan pengumuman yang menurutnya itu adalah hal penting.
"Aku sudah selesai makan, kini saatnya aku memberitahukan pada kalian semua" ucap jihan dengan penuh rasa percaya diri.
Semua terdiam, menanti apa yang akan diberitahukan jihan pada anggota keluarganya.
"Baiklah, sepertinya aku sudah tidak sabar ingin memberitahukan pada kalian semua, aku jihan amelia, sudah mulai datang bulan hari ini, tepatnya tadi pagi" ucap jihan tanpa dosa.
Wajahnya terlihat bahagia saat mengumumkan pada semuanya.
Jihan memandang satu persatu wajah keluarganya semua tampak diam dan tercengang mendengarnya.
Lian menunduk karena merasa malu dengan apa yang diucapkan putrinya, begitu juga dengan bu kiki sebagai sesama perempuan, hal tersebut tidak seharusnya diberitahukan ditempat umum, apalagi saat berada dimeja makan seperti saat ini.
Jihan memandang satu persatu wajah keluarganya semua tampak tercengang mendengarnya.
"Kenapa kalian semua diam, itu merupakan kabar bagus bukan?" ucap jihan dengan ekpresi terkejut tidak ada yang merespon ucapanya.
Ditunggu komentarnya.