Untuk membalaskan dendam Hansel memilih Aileen menjadi istri.
Dan Aileen yang tidak tahu apa-apa menganggap Hansel sebagai dewa penolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOC BAB 15 - Havana Braile
Setelah mengganti baju kerjanya kini Hansel duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya, kursi itu menghadap keluar berhadapan dengan dinding kaca.
Membuatnya bisa melihat gedung-gedung tinggi lain yang berdampingan dengan Apartemen Braile Kingdom.
Duduk di sana Hansel langsung menghubungi sang adik yang kini berada di negara lain, Havana Braile.
Dia ingin meminta adiknya itu untuk pulang.
Tak berselang lama setelah terdengar suara tur tut tut, panggilan itu pun akhirnya terjawab.
"Halo Kak!" sahut Havana dengan antusias, di sana saat ini dia sedang berkumpul dengan teman-teman di sebuah club malam.
Mendapati telepon sang kakak Havana langsung berlari keluar mencari tempat sepi.
"Hem, apa yang kamu lakukan?"
"Tidak ada, hanya di apartemen."
"Jangan bohong."
"Tidak."
"Jangan bohong."
"Baiklah, main bersama teman-teman ku."
"Besok pulang lah."
"Ish tidak mau! aku malas bertemu papa dan istru barunya itu!"
"Aku akan segera menikah."
Deg! Havana tidak langsung menjawab, hanya merasakan hatinya yang terkejut.
Mendadak sendu karena akan kehilangan sang kakak.
"Kakak serius?" tanya Havana akhurnya dan kini suaranya terdengar lirih, tidak seantusias tadi.
"Hem, karena itu pulang lah. Aku ingin kamu menyaksikan pernikahan ini."
Di ujung sana Havana menangis, padahal beberapa menit lalu dia berjoget dan tertawa keras bersama teman-temannya.
"Siapa wanita itu?" tanya Havana dengan suaranya yang bergetar.
Hansel tahu adik kesayangannya sedang menangis.
"Dia masih terlalu muda untuk disebut wanita."
"Apa maksudmu Kak?"
"Karena itu pulang lah, nanti aku jelaskan semuanya."
"Apa kak Hansel tidak mencintai wanita itu? ini perjodohan ya?"
Hansel hanya diam, membuat Havana langsung membenarkan sendiri tebakannya.
"Astaga, aku tidak mau pulang! aku tidak sudi melihat banyak wanita jahat!" kesal Havana pula, diam menghapus air matanya dengan kasar.
"Dia bukan wanita jahat, aku justru ingin kamu melindungi dia."
"Apa maksudmu sih Kak? Aku tidak paham."
"Karena itu pulang lah."
Havana mencebik.
"Kalau begitu minta Denis untuk menjemputku."
"Baiklah."
Panggilan itu terputus dan Hansel membuang nafasnya pelan. Sebelum dia membawa Aileen pulang ke rumah utama keluarga Braile, dia pastikan Havana sudah kembali.
Hansel tidak ingin Aileen nanti akan mendapatkan perlakuan buruk dari Angeline andai dia tidak berada di rumah, maka menempatkan Havana disisi istrinya itu adalah keputusan yang tepat.
Lama meninggalkan rumah membuat Hansel tidak lagi mempercayai para pelayan di rumah itu.
Hansel melirik jam di pergelangan tangannya, melihat jika saat ini sudah hampir jam 3 sore. Dia pun memutuskan keluar untuk menemui Aileen, meminta gadis itu bersiap karena sebentar lagi Siska akan datang.
Pertama masuk ke dalam kamar tadi Hansel langsung menghubungi sekretarisnya itu untuk datang kemari di jam 3 sore dan menemani Aileen berbelanja.
Saat Hansel keluar tepat pula dengan suara bell apartemen yang berdenting, dia membuka pintu dan melihat Siska berdiri disana.
"Masuk lah, aku akan memanggil Aileen."
"Baik Tuan," jawab Siska, seraya menundukkan kepalanya memberi hormat.
Setelahnya Hansel langsung menuju kamar sang calon istri, mengetuk pintu namun tidak mendapat kan jawaban, coba memutar kenop pintu dan ternyata tidak dikunci.
Hansel masuk dan melihat Aileen yang tertidur di atas ranjang, meringkuk dengan wajahnya yang tidak tenang.
Hansel pun membuang nafasnya dengan kasar, sangat yakin jika Aileen kembali mimpi buruk.
"Aileen, bangun!" ucap Hansel, dengan suara yang cukup tinggi.
Dan langsung membuat Aileen tersadar, di keningnya sudah banyak keringat dingin.
"Paman," lirih Aileen, dia meremat kedua tangannya kuat. Menahan ketakutannya sendiri dan tidak lagi sembarangan memeluk Hansel.
Tapi kini dengan sendirinya Hansel malah menarik Aileen untuk dia peluk.
"Tenang lah," ucap Hansel coba menenangkan, ikut merasakan pula bergemuruhnya detak jantung Aileen dari pelukan ini.
Aileen membalas pelukan itu, karena Hansel yang memulai dia berpikir bahwa Hansel memberinya izin untuk dijadikan tempat berlindung.
Aileen pun menyembunyikan wajahnya di dada bidang Hansel, dada yang terasa begitu hangat dan nyaman.