Kecelakaan satu tahun yang lalu, telah mengakibatkan kaki kiri Arsy menjadi cacat, Arsy seorang ibu satu anak ini telah di selingkuhi oleh suaminya dengan wanita lain.
"Mas, apa salahku sampai kamu tega mengkhianatiku?"tanyanya sampai menangis tersedu.
"aku sudah bosan dan muak hidup dengan wanita cacat sepertimu, kau sudah tak mampu melayaniku di atas ranjang, sebaiknya kita bercerai saja!" Jawabnya tanpa memperdulikan perasaan Arsy yang masih berstatus istri sah nya.
Suatu ketika Arsy dipertemukan dengan seorang pria paruh baya dalam kondisi sekarat, Arsy menyelamatkan nyawanya, siapa sangka pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu, sebut saja Tuan Handoko menjadikan Arsy sebagai putri angkatnya.
Dan putra dari Tuan Handoko, yakni Galaksi Pramudya rupanya diam-diam menaruh hati kepada Arsy, meskipun di awal pertemuan mereka, Gala begitu membencinya.
Mampukah Arsy merubah takdir hidupnya dan menerima Galaksi sebagai pendampingnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi kue Mochi
Aluna melangkah pelan menuju arah warung tenda, namun sayangnya keadaan warung masih penuh oleh pembeli yang sedari tadi datang secara membludak, Bu Sanusi dan juga Arsy sampai di buat kewalahan, bahkan Adnan juga ikut turun tangan, dan membantu memasukan bungkusan nasi uduk dan juga kue mochi kedalam kantong kresek.
Aluna sudah tak sabar ingin segera mencicipi makanan yang sepertinya cukup menarik perhatiannya.
"Wah, kalau pengunjungnya ramai, otomatis makanan yang di jual di warung ini pasti enak dan juga lezat!" Aluna sambil membayangkan makanan favoritnya ada di depan mata.
Sampai pada akhirnya ia berada diantara para pembeli yang masih berdesakan, tubuh mungilnya hampir terhimpit tubuh orang dewasa, beruntungnya Adnan melihatnya dan bergegas menolongnya diantara kerumunan para pembeli.
"Sebaiknya kamu jangan mengantri di situ, nanti tubuhmu malah bisa terinjak-injak!" ucap Adnan seraya meraih pergelangan tangan Aluna.
Sedangkan Aluna, ia tak berkata apapun, ia hanya mengangguk patuh atas perintah dari Adnan.
sampai akhirnya Aluna di ajak oleh Adnan masuk kedalam warung, Aluna mencium aroma masakan serta aroma kue yang menusuk indra penciumannya.
Lalu netranya beralih ke arah atas meja kayu, dimana di dalam sebuah kotak box berwarna bening, terdapat empat butir kue mochi, namun sayangnya wanita paruh baya mengambil kue tersebut dan memasukkannya kedalam kantong plastik.
"Wah, ini mochi yang terakhir ya Bu, bagi yang tidak kebagian, mohon maaf sekali, insha Allah besok kami bawakan kue Mochi yang lebih banyak lagi!" Ujar Bu Sanusi merasa tidak enak kepada para pelanggan setianya yang terlihat kecewa.
"Yah... Bagaimana ini? Padahal tadi aku cobain satu butir, beuhhhh....enak banget loh!" ujar salah satu pembeli.
Mereka pun saling bersahutan membicarakan kue mochi buatan Arsy yang sangat lezat.
Arsy sampai tak bisa berkata apapun, ia merasa sangat senang sekali karena tak menyangka dagangannya telah ludes dalam kurun waktu kurang dari satu jam.
"Nak Arsy, besok bikin kue mochi nya lebih banyak lagi ya, kalau bisa bikin lima box sekalian, kamu tenang saja, nanti ibu bantu, ok!" Bu Sanusi sampai terlihat sumringah karena nasi uduk miliknya pun sedikit lagi hampir ludes diborong para pembeli.
Sedangkan Aluna, ia tampak sedih karena tak mendapatkan kue yang ia inginkan.
Arsy sempat melirik sekilas Aluna dengan ekor matanya, kemudian ia datang menghampiri.
"Adik kecil, kenapa kamu murung? Adnan, apakah adik kecil ini adalah teman mu?" Arsy mengalihkan pandangannya ke arah putranya.
"Barusan aku yang membawanya kesini Bun, soalnya tadi sempat terhimpit diantara para pembeli yang kebanyakan orang dewasa!" Adnan mencoba memberikan penjelasan kepada ibunya.
Kemudian Arsy kembali bertanya kepada Aluna.
"Adik manis, kalau boleh tahu siapa namamu? dan mengapa kau bisa berada di sini?" tanyanya dengan lembut.
Kemudian Aluna menjawab pertanyaan dari Arsy, ia pun tersenyum manis kearahnya.
"Namaku Aluna Handoko, aku datang kesini karena ingin membeli kue mochi di dalam kotak itu, tante! Tapi keburu habis!" Aluna sampai memasang wajahnya yang murung.
Otomatis Arsy tak tega melihatnya, tak lama Adnan datang menghampiri sembari membawa kantong kresek berwarna bening, dimana di dalamnya terdapat dua buah kue Mochi yang tadi sengaja di sisihkan oleh ibunya untuknya.
"Kamu ambilah kue mochi ini, kebetulan aku sudah sering memakan kue ini, karena Bundaku sering membuatnya untuk dijual dan juga beberapa orang yang memesannya, karena kue Mochi buatan Bunda ku paling enak sedunia! " Adnan malah memuji ibunya, sehingga membuat hidung Arsy menjadi kembang kempis dibuatnya.
Sedangkan Aluna yang mendapatkan kue favoritnya tanpa harus membelinya secara online dan kebanyakan rasanya tidak sesuai dengan lidahnya, pada akhirnya ia merasa senang dan juga tak sabar untuk segera mencicipinya.
Bu Sanusi masih sibuk dengan pelanggannya sehingga ia tidak begitu memperhatikan mereka bertiga.
Sedangkan Arsy, ia sendiri menjadi penasaran akan pendapat gadis kecil soal rasa kue Mochi buatannya, apalagi saat melihat Aluna dari segi penampilannya, sepertinya gadis kecil ini berasal dari kalangan orang berada.
Perlahan Aluna membuka kue mochi tersebut yang masih terbungkus plastik dan juga kertas kue, dari aromanya, ia sudah sangat yakin kalau kue mochi ini pasti sangat lezat, dan benar saja, baru saja satu gigit ia menyantap kue mochi, kedua matanya berbinar seketika.
"Wah, ini kue mochi paling enak yang pernah aku makan!" pada akhirnya Aluna melahap habis kue mochi tersebut dan masih menyisakan satu buah yang rencananya ingin ia berikan kepada kakeknya yang saat ini masih menunggunya di kursi taman.
"Oh iya Tante, berapa harga dua buah kue mochi ini?" tanyanya sembari meraih sesuatu dari saku celananya.
"Tidak usah di bayar, kue mochi itu gratis buat kamu!" Arsy sampai mengusap lembut kepalanya, dan entah kenapa Aluna begitu senang diperlakukan seperti itu, ia jadi teringat akan mendiang ibunya yang telah pergi meninggalkan sejak dua tahun lamanya.
"Terimakasih tante!" seketika air matanya terjatuh dan Aluna buru-buru menghapus jejak air matanya, ia pun bergegas pergi tanpa berani menoleh.
Aluna kembali menangis karena ia teringat akan mendiang ibunya yang begitu ia sayangi dan rindukan, apalagi saat ia mencicipi kue mochi buatan dari Arsy, justru malah mengingatkan dirinya akan kue mochi buatan ibunya, rasanya begitu mirip, ditambah sikap Arsy yang tadi telah mengusap kepalanya, membuat Aluna semakin tidak bisa membendung air matanya.
Sang kakek khawatir karena melihat cucunya melangkah ke arahnya dengan dipenuhi linangan air mata.
Sambil beranjak dari tempat duduknya, sang kakek menghampiri Aluna
"Luna, kamu kenapa? Apakah kau bertemu dengan orang jahat? Apa mereka telah menindas mu?" tanyanya khawatir.
"Aluna tidak apa-apa kek, sebaiknya kita pulang, oh iya kek! Ini aku bawakan kue mochi untuk kakek! " Aluna sampai mengasongkan satu buah kue mochi dalam kantong kresek berwarna putih kepada kakeknya.
Kakek Dimitri sampai menatap tak percaya, setahunya kue mochi adalah makanan kesukaannya.
Sang Kakek akhirnya memutuskan untuk segera pulang karena cuaca hari ini sudah semakin terik.
Aluna sendiri sudah mulai merasakan lelah, selama dalam perjalanan, tiba-tiba saja kepalanya mengalami pusing dan juga mual-mual, bahkan Aluna sampai muntah di dalam mobil.
Kakek Dimitri dibuat panik, karena tiba-tiba saja Aluna mengeluhkan perutnya sakit.
"Kek, perutku sakit kek!" Aluna terus saja memegangi perutnya yang melilit.
Sang kakek segera memerintahkan sopir untuk segera membawa mereka pergi ke Rumah Sakit, wajah Aluna sudah terlihat pucat, sang kakek sampai di buat cemas dan khawatir.
Setibanya di Rumah Sakit, Aluna bergegas di bawa ke ruang IGD, sedangkan Tuan Dimitri buru-buru menghubungi putranya
"Hallo Pah, Aluna dan Papah kapan pulang? Ini sudah hampir jam sepuluh siang, kalian ini membuatku cemas saja!" ujarnya sedikit mengomel karena kesal
Tuan Dimitri sampai gugup untuk mengatakan apa yang telah terjadi dengan cucunya.
"Gala, Aluna... Ehhhh... Putrimu masuk Rumah Sakit!"
Deg!
" Apa! Kok bisa?" Gala sampai terbelalak tak percaya, tenggorokannya serasa tercekat. Pada akhirnya ia memutuskan untuk segera pergi menuju Rumah Sakit.
Bersambung...