Ketika seorang perempuan tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang baru seumur jagung, Humairah rela berbagi suami demi mempertahankan seorang pria yang ia cintai agar tetap berada dalam mahligai yang sama.
Aisyah Humairah menerima perjodohan demi balas budi pada orangtua angkatnya, namun siapa sangka pria yang mampu membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat itu ternyata tidaklah seperti dalam bayangannya.
Alif Zayyan Pratama, menerima Humairah sebagai istri pertamanya demi orangtua meski tidak cinta, obsesi terhadap kekasihnya tidak bisa dihilangkan begitu saja hingga ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk menikahi Siti Aisyah sebagai istri keduanya.
Akankah Alif adil pada dua
Aisyahnya? atau mungkin diantara dua Aisyah, siapa yang tidak bisa bertahan dalam hubungan segitiga itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Humairah menatap punggung suaminya yang berjalan perlahan menjauh darinya yang berdiri di ambang pintu kamar.
Alif memutuskan pulang setelah mendapat telepon dari istri keduanya Aisyah bahwa perempuan itu telah pulang dari luar kota dan sekarang meminta Alif menjemputnya di bandara.
Lama Humairah mematung sampai Alif benar-benar telah pergi dari rumahnya, ia mundur pelan lalu berbalik badan berjalan menuju cermin rias yang terbuat dari furniture kayu jati di kamarnya.
Humairah menatap wajahnya di sana, lalu berpendar pada tubuhnya saat ini yang sedang memakai pakaian tidur terbuka membentuk lekuk tubuhnya yang tampak sempurna.
Bagaimana ia tidak bersedih jika seperti ini, Alif belum juga berada di sana selama dua puluh empat jam, hanya datang sore tadi namun malam ini baru juga jam sembilan Alif telah pergi lagi meninggalkannya demi Aisyah.
Airmatanya jatuh, luruh sudah pertahanan Humairah. Ia melayani Alif dengan baik saat pria itu pulang kemari padahal ia sudah sangat lama tidak mengunjungi istri pertamanya, Humairah mengira ia dan Alif akan menikmati malam intim berdua seperti hayalannya beberapa saat lalu.
Memakai pakaian tidur yang seksi, menggerai rambutnya yang sebahu, memakai parfum agar suaminya merasa senang, tapi semua itu kini menjadi sia-sia saat Alif menerima telepon dari seorang wanita yang menjadi madu dalam rumah tangganya yang baru berjalan dua bulan.
Benar saja Alif lagi-lagi memilih Aisyah daripada Humairah.
"Seharusnya aku tahu, tidak ada yang benar-benar adil di dalam sebuah pernikahan yang melibatkan banyak hati seperti yang ku jalani saat ini," gumam Humairah seraya mengelap airmatanya.
"Kau mengingkari janjimu mas Alif, kau bahkan belum satu malampun tidur denganku sejak menikahinya. Aku rasa keadaan ini tidak lebih baik daripada menjadi seorang janda muda."
Humairah menetralisir perasaannya dengan mencuci wajah, setelah itu ia lalu memilih untuk membuka laptopnya melanjutkan tugas skripsi yang lumayan terbengkalai beberapa hari ini karena sibuk dengan les piano yang sedang asyik Humairah dalami.
*****
Keesokan harinya Humairah kembali pada rutinitasnya sebagai mahasiswa magang di kantor Alif.
Baru saja akan masuk ke ruangan Humairah dibuat kaget oleh beberapa seniornya yang memberi sambutan lewat sebuah lagu selamat ulang tahun untuk Humairah.
Perempuan yang memakai bross pemberian suaminya sebagai oleh-oleh dari bulan madu di Italia waktu itu tepat ia sematkan di dadanya sebelah kiri. Sambil menutup mulut karena kaget namun Humairah sungguh senang diberi kejutan pagi ini.
"Selamat ulang tahun Mairah sayang, maaf terlambat dua hari...." ucap Lola yang muncul dari balik pintu dengan kue tart berlilin dengan angka 21 di atasnya, tampak pula Aji memegang balon berwarna emas berbentuk love di tangannya.
"Ya ampun, aku terharu....." hanya kata ini yang mampu keluar dari mulut mungil Humairah.
Mereka merayakan hari bahagia itu dengan makan kue bersama, Humairah banyak mendapatkan tangkai mawar bermacam warna dari para senior yang menyukai Humairah dalam membantu mereka menyelesaikan tugas kantor selama perempuan itu magang.
"Jika bisa, setelah lulus nanti kau akan bekerja di kantor ini saja Humairah, kita akan menjadi rekan kerja yang baik, terimakasih banyak kau sangat membantu selama magang," ucap salah satu senior di ruangan khusus dimana Humairah ditempatkan.
Wanita yang mereka kira masih gadis itu hanya bisa membalasnya dengan rasa terimakasih terlebih ia banyak mendapatkan ilmu setelah terjun ke lapangan kerja seperti saat ini, senior-senior di sana ramah dan membimbing dengan baik padanya selama ini.
"Aku sedih mengingat sebentar lagi magang ini akan berakhir," tukas Lola tiba-tiba sedih padahal mereka tengah bersenang-senang menikmati kue sebagai perayaan sahabatnya yang berulang tahun kemarin.
"Asal jangan hubungan kita saja yang berakhir," jawab Aji mengecup kepala kekasihnya itu.
Lola membungkam mulut Aji dengan kue, "Ini kantor, kau tidak punya malu menciumku di tengah para senior? Huh..."
"Maaf," sambung Aji polos.
Humairah memikirkan perkataan salah satu senior bahwa setelah lulus mereka ingin ia melamar pekerjaan di kantor ini, namun jauh daripada itu teringat pula Humairah pada sebuah tawaran dari dosen pembimbing skripsinya bahwa namanya dimasukkan pada kuota beasiswa untuk melanjutkan kuliah S2 di luar negeri tahun ini jika Humairah bisa menyelesaikan skripsi tepat waktu tentunya.
"Aku bahkan belum tahu nasibku seperti apa kedepannya," jawab Humairah dengan nada ambigu mengingat ia tidak lagi bisa memutuskan segalanya seorang diri baik untuk bekerja atau melanjutkan kuliah nantinya, Humairah sudah jadi seorang istri meski tidak dianggap sekalipun ia akan tetap meminta izin Alif soal keputusan setelah lulus nanti.
Humairah ke toilet, matanya begitu penasaran pada sebuah ruangan yang ia lewati yaitu ruangan sang suami Alif.
Tidak ada tanda-tanda ia akan bertemu suaminya, ruangan itu tertutup rapat. Sampai pada ia sudah hampir sampai kembali pada ruangan magangnya kakinya berhenti melangkah.
Segera Humairah membungkuk hormat pada seorang pria yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang wanita cantik, ia bersikap seperti itu disaat karyawan lain juga melakukan hal yang sama ketika akan melewati bos mereka. Alif dan istrinya Aisyah.
Alif tampak canggung saat bertemu tatap dengan istri pertamanya saat ini terlebih saat ia menyadari Aisyah tengah bergelayut manja padanya bahkan sejak tadi.
"Sayang ayo!" rengek Aisyah menarik tangan suaminya agar segera berlalu dari Humairah saat ini.
"Humairah? Kau mau kemana?" Tanya Alif ragu,ia tidak menghiraukan perkataan Aisyah.
"Maaf pak Alif, saya dari toilet mau ke ruangan saya magang," jawab Humairah sopan.
"Sayang, ayo aku tidak punya banyak waktu....!" ajak Aisyah lagi, bahkan wanita itu tidak menyapa madunya sedikitpun.
Humairah merasa tersinggung, maka darinya ia kembali melanjutkan langkahnya melewati Alif.
"Baiklah," jawab Alif pada Humairah yang semakin membuat perempuan yang mendengarnya itu menjadi nyeri.
Dan sialnya lagi Humairah mendapat perintah dari seniornya untuk meletakkan map berisi berkas yang harus ditanda tangani oleh suaminya di ruangan Alif tentunya.
Meski enggan, namun Humairah tetap melakukannya tentu agar jangan ada yang curiga bahwa sebenarnya ia begitu malas akan berhadapan dengan wanita yang menjadi madu pahit dalam kisah cintanya saat ini.
Benar saja baru akan masuk ke ruangan Alif saja Humairah harus menelan ludah saat matanya melihat sang suami tengah berciuman dengan istri keduanya itu. Istri cantik berprofesi sebagai dokter dari keluarga kaya raya, sangat jauh jika dibandingkan dengan nasib Humairah sebelumnya.
"Maaf, aku mengganggu."
Suara Humairah memutuskan tautan bibir Alif dan Aisyah. Keduanya menoleh, Alif tampak malu ia mengusap lehernya yang tidak gatal.
"Masuklah, kenapa di ambang pintu!" perintah Aisyah dengan nada kesal.
Humairah mendekat.
"Maaf aku hanya disuruh mengantarkan map ini oleh ibu Tasya," ucap Humairah lalu meletakkan map di atas meja kerja Alif, ia melirik sebuah bra di kursi suaminya.
Nyeri tapi tidak sedang terluka, ini perasaan Humairah saat mengira bahwa Alif dan madunya mungkin akan bercinta di kantor siang bolong seperti ini atau mungkin mereka telah selesai melakukannya siapa yang tahu.
Namun bra wanita itu diyakini Humairah milik Aisyah saat matanya sengaja mencari pembenaran pada kemeja Aisyah yang tampak sekali tidak memakai bra saat ini.
"Maaf jika aku mengganggu, sebaiknya pintu ruangan ini dikunci, bagaimana jika ada yang melihatnya," entah terdorong oleh apa Humairah berani mengatakan hal ini.
"Maaf, kami terlalu bersemangat," jawab Aisyah seolah sedang pamer kebenaran bahwa mereka telah bercinta sebelum Humairah masuk.
Wanita itu menempel pada suaminya, seakan menyembunyikan dadanya yang tidak memakai bra di sana. Alif sungguh berubah merah wajahnya, ia malu pada Humairah.
"Sayang, ini sudah waktunya aku kembali ke rumah sakit. Aku akan pergi sekarang, kita bisa lanjutkan nanti di rumah. Aku mencintaimu," ucap Aisyah seraya mengecup bibir Alif dengan sengaja, ia benar-benar pamer sekarang di hadapan istri pertama sang suami.
Wanita itu lalu memungut bra nya di kursi Alif dan berlalu ke kamar mandi.
Alif menatap Humairah canggung, namun tidak Humairah.
"Sekarang aku benar-benar tahu posisi ku bagimu mas Alif, aku tahu pula batas diantara kita. Maaf aku tidak berniat mengganggu, aku akan keluar sekarang," ucap Humairah menatap Alif dengan mata beningnya, mata penuh kecewa, siapa yang tidak cemburu jika memergoki suami sendiri sedang bermesraan dengan wanita lain, wanita yang jauh lebih berharga darinya, wanita beruntung yang memiliki hati suaminya.
*****
Ini novel dengan tema yang sama, poligami.
Lagi musim ya.... ayok deh baca juga karya mak onlen saya "Mama Reni" dalam kisah Zeya dan Albirru "noda merah pernikahan" dijamin bawang semua tiap partnya.