Beberapa bab dalam tahap REVISI
Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Pergilah dari Hadapanku
Farhan menggandeng tangan Rania dan berjalan beriringan. Namun wanita itu merasa tidak suka.
"Lepaskan! Aku bisa jalan sendiri!" pinta Rania.
Farhan menoleh ke arahnya.
"Kau tidak bisa melawanku di sini, Rania. Pilihanmu hanya menurut padaku!" gertak Farhan.
Rania terperangah. Apakah ia akan kembali diperlakukan buruk oleh Farhan di tempat yang bahkan tidak bisa melarikan diri ini?
Ketika masuk, wanita itu merasa tertegun karena terdapat banyak pelayan yang menunggu kedatangan mereka. Farhan pun menggandeng tangan Rania hingga masuk ke dalam kamar.
Kamar tersebut sangat besar dan indah, dengan interior yang minimalis, namun elegan. Sesuai dengan kepribadian Farhan.
"Ini kamarmu," ujar Farhan melepaskan tangan Rania.
"Lalu kau akan tidur dimana?" tanya Rania.
"Aku akan tidur di sini bersamamu," jawab Farhan lalu berjalan menuju tempat tidur.
Rania terperanjat. Ia masih belum melupakan bagaimana Farhan menyiksanya di malam pertama pernikahan. Bahkan baru saja Farhan mendominasi sikapnya pada Rania.
Ia tak mau penyiksaan itu terjadi kembali. Apalagi Farhan hanya menginginkan anak yang dikandungnya, bukan menginginkan dirinya. Tapi apa yang harus ia lakukan?
"Tidak! Aku tidak mau tidur satu ruangan denganmu," tolak Rania.
"Rania, jangan keras kepala," sahut Farhan.
"Aku tidak mau! Carikan aku kamar yang lain!" pinta Rania.
"Kau tidak mempunyai pilihan Rania," jawab Farhan.
Mendengar itu, Rania merasa sangat frustasi. Ia pun mencari cara agar tidak tidur bersama Farhan.
Ia berjalan ke tepi jendela, dan melihat ke luarnya lalu mengukur seberapa tinggi tempat itu jika ia melompat. Pikirannya sangat buntu. Sepertinya melompat lebih baik.
"Cukup tinggi," batin nya.
Farhan yang menyadari sikap aneh Rania pun beranjak dari tempat tidur dan hendak menghampiri wanita tersebut.
"Berhenti!" teriak Rania begitu ia tahu Farhan sedang mendekatinya.
"Jangan mendekat! Atau aku akan lompat!" ancam Rania.
"Rania, apa yang kau lakukan?" tanya Farhan dengan terkejut.
"Aku bilang jangan mendekat Farhan!"
"Baiklah, baik. Aku tidak akan mendekatimu, tapi tinggalkan tempat itu."
"Dengar Farhan, selama kita tinggal bersama kau tidak boleh menyentuhku sedikitpun. Kau juga tidak boleh mendekatiku kecuali aku mengizinkan, apa kau bisa berjanji?" tanya Rania.
Farhan tidak langsung menjawab Rania. Ia tak suka kesepakatan yang ditawarkan wanita itu. Suami dan istri, bukankah seharusnya memang tidur di ranjang yang sama?
Melihat Farhan yang hanya diam, Rania pun gusar.
"Farhan, kalau kau tidak mau berjanji, aku akan lompat dari sini. Kau tahu ada dua nyawa yang akan mati!" ancam Rania.
"Baiklah baik. Aku akan mengikuti permintaan darimu. Sekarang kau jauhi tempat itu," pinta Farhan.
"Aku tidak ingin melihatmu, pergilah dari hadapanku," tegas Rania.
Farhan pun menurutinya. Ia meninggalkan kamar itu dan menutup pintunya. Rania terduduk di tepi jendela dengan bersandar pada dinding. Ia pun menangis sendiri.
"Mengapa jadi seperti ini? Aku bahkan tidak membawa ponselku. Bagaimana caraku meminta mama, papa atau Randi menjemput ku?" gumam Rania dalam tangisannya.
"Mengapa aku harus bertemu dengan manusia sepertinya Tuhan? Aku sangat membencinya, tapi kenapa justru saat ini aku tinggal bersamanya?"
Rania terus menangis hingga dada dan kepalanya terasa sakit. Ia pun akhirnya tertidur akibat terlalu lama menangis. Rania tergeletak pulas di lantai tepi jendela. Ia sama sekali belum beranjak dari tempat itu sejak kepergian Farhan.
Tak lama kemudian, terdapat pelayan yang masuk ke kamar Rania. Namun ia terkejut melihat istri dari majikannya tertidur di lantai seperti itu. Pelayan itu pun bergegas mencari keberadaan Farhan.
"Tuan, maaf," sapa pelayan itu.
"Ada apa?" tanya Farhan.
"Nyonya Rania, nyonya tertidur di tepi jendela Tuan," ucap pelayan itu.
Mendengar itu Farhan bergegas menuju kamar Rania. Ia menghampiri istrinya itu tanpa suara. Farhan pun menggendong Rania secara perlahan agar wanita itu tidak bangun.
Diletakkannya Rania di atas tempat tidur. Namun tanpa sengaja ia melihat pakaian yang dikenakan istrinya basah, ia pun segera memeriksa wajahnya.
Terdapat sisa airmata yang mengering di wajah cantiknya. Dengan lembut, Farhan menghapus sisa airmata itu. Kemudian ia memanggil pelayan yang tadi untuk membantu menggantikan pakaian Rania.
"Gantikan pakaian yang nyaman untuknya. Pakaikan pakaian yang hangat," perintah Farhan.
"Baik Tuan," jawab pelayan itu kemudian segera melaksanakan perintah.
Ketika pelayan itu ingin membuka pakaian Rania, Farhan pun pergi meninggalkan kamar itu. Ia ingin menepati janji nya pada wanita tersebut.
Setelah pelayan selesai mengganti pakaian Rania, ia pun memberitahu kepada Farhan. Sehingga Farhan kembali masuk ke dalam kamar. Ia duduk di tepi ranjang, tempat Rania berbaring.
Ia mengusap wajah cantik istrinya dengan lembut.
"Mengapa kau selalu menangis dan histeris setiap bersamaku? Mengapa kau tidak bisa setenang ini jika tersadar dari tidur mu Rania?" gumam Farhan.
Lalu Farhan pun menyentuh perut Rania. Karena hanya saat wanita itu tertidur ia dapat melakukannya. Ia mengusap-usap perut Rania yang masih terlihat rata.
"Terima kasih telah hadir di rahim istriku. Bersikap baiklah di sana, jangan menyusahkan ibumu," ucap Farhan lalu mencium perut Rania.
Kemudian Farhan meninggalkan Rania yang masih tertidur pulas itu. Hingga beberapa jam kemudian, wanita itu pun bangun dari tidurnya dengan tubuh yang pegal-pegal.
Ia melihat jendela, hari sudah hampir sore. Ia pun duduk di tempat tidur kemudian mengusap-usap kepalanya yang sedikit pusing. Namun ia terkejut melihat pakaiannya telah berganti.
"Apa ini? Mengapa pakaianku berbeda? Dan bukankah aku tadi ada di sana?" gumam Rania dengan menunjuk tepi jendela.
"Apakah Farhan yang memindahkan aku? Dan, apakah dia juga yang menggantikan pakaianku?" Rania bertanya sendiri dalam hatinya.
"Aku harus menemuinya, aku harus menanyakan ini secara langsung," ucapnya lalu beranjak dari tempat tidur.
jodih nya..
😀😀😀❤❤❤❤