🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Tepatnya jam sebelas malam, Stevan sudah berada di depan pintu utama bersama Bulan. Wanita itu dengan dua koper di samping nya terus menunduk masih terus bertanya dalam hati atas perubahan Stevan.
Mereka berdiri di depan pintu menunggu mobil yang akan mengantar Bulan menuju rumah orang tuanya. Bulan tidak memberi tahu ayah ibunya soal ini entah rencana apa yang Bulan rencanakan sampai tidak memberi tahu soal ini pada orang tuanya.
"Antar dia kerumah orang tuanya!" Stevan dengan nada dingin nya memberi perintah pada supir yang akan membawa Bulan pergi.
"Kenapa kau melepaskan aku secara tiba-tiba? Apa aku membuat kesalahan?" lirih Bulan bertanya menatap Stevan.
"Sesuai janjiku, aku akan melepaskan mu setelah aku benar-benar bosan denganmu. Pergilah!"
Setelah mengucapkan itu Stevan melangkah masuk meninggalkan Bulan yang masih setia berdiri di depan pintu.
"Stevan! Tunggu!"
Langkah Stevan terhenti dan berbalik menatap Bulan yang sedang berjalan cepat ke arahnya. Bulan menaiki tangga agar tubuhnya sejajar dengan Stevan lalu bicara.
"Apa selama ini kau benar-benar tidak mencintaiku Tuan Stevan? Sampai kau dengan mudahnya melepaskan aku begitu saja?" tanya Bulan dengan tatapan berkaca-kaca.
"Tidak ada cinta dihati Stevan. Karena Stevan tidak punya hati!" sahutnya dingin.
"Apa kau yakin tidak mempunyai perasaan sedikit pun?"
Stevan akhirnya menatap mata Bulan dihadapannya. Ada desiran aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia sudah menyadari perasaan itu ada, tapi dia tidak ingin perasaan itu semakin dalam dan dirinya dikatakan kalah oleh wanita yang ada dihadapannya itu.
"Jangan banyak drama, Bulan! Sekarang pergilah, kau akan dikawal oleh Boy!" sahut Stevan mengalihkan tatapannya, dia tidak ingin terlihat lemah saat melepaskan Bulan.
"Katakanlah, Stevan. Apa kesalahan ku sampai membuat mu melepaskan aku?" tanya Bulan masih tetap berusaha untuk bertahan sebagai istri dari Stevan.
"Kau tidak salah, dan tidak ada kesalahan! Pergilah, sebelum aku marah dan menyeretmu sampai ke mobil.!"
Stevan benar-benar melangkah pergi meninggalkan Bulan yang masih berdiri menatap punggungnya hingga hilang dari pandangannya. Stevan memilih kamar nya untuk melepaskan kepergian Bulan, karena dari atas balkon kamar miliknya dia bisa melihat mobil yang ditumpangi wanita itu keluar dari gerbang.
Bulan akhirnya menyerah, dia melangkah menuruni tangga menuju pintu utama di mana mobil sudah menunggunya di halaman. Para pelayan yang melihat Stevan sudah masuk ke dalam kamarnya, satu persatu menghampiri Bulan untuk mengucapkan selamat tinggal.
"Hati-hati, Nona. Semoga kita bisa bertenu lagi dilain waktu." ucap kepala pelayan menunduk sopan.
"Selamat tinggal, Nona Bulan. Semoga kita akan berjumpa lagi." balas pelayan yang lain.
"Terimakasih, tolong jaga suamiku ya? Rawat dan usahakan jangan sampai telat makan. Aku pasti akan merindukan kalian. Selamat tinggal, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." sahutnya serentak.
Bulan berjalan menaiki mobilnya. Dia menatap rumah itu sebentar untuk terakhir kalinya. Dan tak sengaja Bulan melihat Stevan ada di atas balkon kamarnya sedang menatap dirinya di bawah.
"Baiklah jika kau ingin aku pergi. Maka aku akan pergi dan tak akan pernah kembali, meski kau berlutut memohon padaku. Aku sudah berusaha semampuku untuk mempertahankan ini semua, tapi kau tetap memilih aku untuk pergi. Selamat tinggal Stevan Jafer Dirgantara. Namamu akan tetap abadi di dalam sini."
Bulan menangis, hatinya begitu terasa sangat ngilu. Stevan sudah tidak menginginkan dia lagi, sekarang saatnya Bulan harus pergi sejauh mungkin dan tidak akan pernah bisa ditemui oleh siapa pun termasuk orang tua nya sendiri. Karena Bulan tidak ingin Stevan mencari dirinya melalui ayah ibunya suatu saat nanti.
Mobil yang ditumpangi Bulan sudah keluar dari gerbang. Stevan hanya bisa menatap lekat mobil miliknya pergi dari rumah.
"Maaf aku melepaskan mu, karena aku tidak ingin kau terjebak dirumah ini selamanya. Aku berharap kau bisa bahagia setelah aku bebaskan."
Stevan berbalik melangkah keluar kamar dan masuk ke dalam kamar Bulan. Saat pintu terbuka, matanya tertuju pada kasur yang biasa Bulan tiduri selama ini.
"Siapa yang menyuruh kalian membersihkan kamar ini.! Jangan pernah mengganti apapun yang ada dikamar ini. Rapikan seperti semula, aku ingin tidur dikamar ini malam ini.!" suara bariton pria mematikan itu memarahi para pelayan yang sedang mengganti sprei dan peralatan lainnya dikamar Bulan.
Mereka kembali memasangkannya seperti semula, setelah selesai mereka bertiga keluar dan menutup pintu kamar kemudian melangkah menuruni tangga dengan langkah cepat karena takut Stevan akan kembali memarahinya.
*
Di perjalanan, Bulan menyuruh supir untuk menuju hotel. Karena dia ingin tidur di hotel malam ini, entah apa rencananya Author tidak tahu. Yang pasti, Bulan ingin menenangkan diri di hotel itu malam ini.
"Kenapa anda ingin tinggal di hotel, Nona?" tanya Boy setelah melihat Bulan keluar dari mobil dihalaman hotel.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin menenangkan diri dulu sebelum kembali kerumah orang tuaku." sahut nya lembut.
Boy mengangguk dan mengantar Bulan ke lobi untuk memesan kamar. Pria itu juga mengantarnya hingga ke kamar yang Bulan pesan.
"Terimakasih Mas Boy, anda sudah mau mengantar saya sampai kesini. Saya titip Stevan, jaga dia baik-baik. Usahakan jangan sampai telat makan." ucapnya setelah berada di depan kamar hotel.
"Baik Nona, anda jangan khawatir. Kabari aku jika anda membutuhkan sesuatu, atau pun jika sedang dalam kesulitan. Dengan senang hati saya akan membantu." sahutnya menunduk.
"Baiklah, terimakasih mas Boy. Selamat malam dan selamat tinggal."
Setelah mengatakan itu Bulan membuka pintu kamar hotel sambil menyeret dua koper miliknya dan kembali menutup pintunya rapat.
Sedangkan Boy masih berdiri disana menatap Bulan hingga hilang dari balik pintu.
"Kau pasti akan menyesal sudah membiarkan nya pergi, Van! Dan setelah ini aku tidak akan lagi membantu mu mencari wanitamu itu. Aku akan membiarkan penyeselan selalu ada di dalam hidupmu selamanya. Kau terlalu kejam untuk nya!" gumam Boy bicara sendiri.
Pria itu kemudian melangkah pergi setelah memastikan Bulan baik-baik saja. Sepanjang langkahnya menaiki lift, Boy menghubungi seseorang yang dia percaya selama ini.
"Ya hallo, aku ingin kau mengawasi seorang wanita!" ucapnya setelah panggilan tersambung.
"Baiklah, siapa wanita yang harus aku awasi ?" tanya pria dibalik telfon.
"Namanya Bulan Aleena Zahrani. Dia malam ini tinggal di hotel X di kamar nomer 108. Awasi dia mulai malam ini sampai dia keluar dan pergi kerumah orang tuanya. Aku merasa wanita itu sedang merancanakan sesuatu." ujarnya panjang lebar.
"Oke.. Siap laksanakan !"
"Hem."
Boy mematikan telfonnya dan melangkah lebar menuju halaman hotel untuk kembali kerumah Stevan. Dia akan menginap dirumah itu untuk mengawasi Stevan.
Dia takut Stevan akan menghancurkan rumahnya dengan memarahi para pelayan yang bekerja disana sebagai pelampiasan atas kemarahannya sudah melepaskan Bulan.
Boy tahu bagaimana sifat Stevan, jika pria itu sudah marah. Maka para pelayan dan para Staf dikantor nya yang akan menjadi sasaran kemarahannya.
...****************...
Bulan hamil..
semoga boy org pertama yg mendapat kabar Bulan hamil
semakin seru nih....
lanjut thor
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih