Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. She's The Perfect Match
Sepasang kaki indah baru saja turun dari pintu kendaraan Jeep Wrangler Rubicon 4 door, dengan disambut seorang lelaki gagah yang berdiri di depannya dengan mengulurkan tangan, menyambut jemarinya untuk saling bertaut.
Di belakangnya turun kedua putra putrinya yang lucu lalu mengikuti mereka dengan pengawalan dua orang bodyguard di masing-masing sisi kedua anak itu.
Namira menunduk saat beberapa pasang mata tertuju padanya, dia belum pernah mengalami tatapan takjub dari orang lain. Seringkali setiap ke tempat seperti ini, hanya tatapan meremehkan yang dia terima.
"Angkat dagumu, Nami. Jangan lewatkan moment seperti ini. Mereka mengagumi kecantikanmu, Amour" Bisik lembut Marcel di telinga Namira membuatnya meremang.
"Mereka melihat anda, Tuan. Anda lah titik fokus mereka" Namira secepatnya tersadar karena siapa dia bisa dipandang takjub oleh berpasang mata di sana.
"Hmm, kamu harus sekolah kepribadian, agar perasaan insecure kamu hilang"
"Tidak perlu, Tuan. Aku bukan Putri Indonesia. Aku hanya seorang janda dua anak, apa anda lupa"
Marcel berhenti dan merangkul pinggang Namira dengan posesif. "Apa aku harus seperti ini agar kamu tidak selalu rendah diri?" Tanyanya sambil menatap Namira dengan lekat.
"Tuan jangan begini, banyak pasang mata yang melihat anda. Reputasi anda bisa rusak karena aku" Namira melonggarkan tangan Marcel yang sudah menempel lengket pada pinggangnya.
Dengan lembut Namira menyelipkan tangannya di sela ketiak Marcel, merangkul lengan kekarnya. "Seperti ini lebih baik, orang-orang bisa melihatku seperti sugar baby yang materialistis nan manja" Dengan gerakan tangan lainnya dia menyelipkan rambut ke telinganya.
"Baiklah, terserah kamu saja"
Marcel mengajak Mira memasuki sebuah outlet product bermerk asal Korea yang berinisial F. Mereka langsung di sambut Branch manager di outlet itu.
"Tuan Marcel, Selamat datang. Setelah sekian lama tidak jumpa. Terima kasih sudah bersedia mampir ke Outlet kami. Banyak produk keluaran terbaru yang dipakai Brand Ambassador kami, Song Hye Kyo. Kami amat tersanjung jika tuan berkenan untuk melihatnya" Ujar BM tersebut.
"Tolong Carikan sepatu model terbaru untuk anak-anakku"
Namira menoleh ke arah Marcel dengan tatapan bingung. Dia tahu berapa harga-harga produk itu. Kenapa sepatu anak-anak saja harus beli yang mahal, pikirnya. Kaki anak kan masih terus bertumbuh. Paling akan dipakai sebentar.
"Tuan, ini terlalu mahal. Biar anak-anak pakai sepatu lamanya saja" bisik Namira dengan suara serendah mungkin.
"Nami, diam lah! Aku sedang mengajarimu bagaimana cara membelanjakan uangku. Duduklah dengan elegan seperti biasanya" Marcel menunjuk sebuah sofa dengan arah matanya.
Namira hanya bisa menurut, dia mengajak anak-anaknya duduk di sofa dengan elegan. Kaki jenjangnya yang terekspos dia tekuk menyamping. Para Pramuniaga membawakan berbagai macam sepatu dan sendal anak model terbaru.
Dengan alat pengukur kaki yang canggih, mereka mengetahui sepatu mana yang cocok dipakai anak-anaknya. Sejujurnya, Mira tidak mengerti model terbaru yang mana. Jangankan untuk mengikuti trend pakaian terkini, seringkali pakaian yang mereka pakai hasil membeli di pasar thrifting terbesar di Jakarta pusat.
"Bagaimana Nyonya, apakah yang ini anda sukai?" Seorang gadis manis menanyakannya dengan lembut.
Namira mengintip harganya yang dibandrol dengan angka dolar, Marcel memperhatikan tingkah Namira yang sedang membelalakkan mata. Lelaki itu hanya mengulum senyuman.
"Yap, model itu! carikan ukuran putraku. Carikan juga sepatu boots tinggi yang bisa menutupi betis indah istriku" Ucapnya
Kedua pipi Namira seketika memanas, terlihat rona merah menghiasi wajahnya.
Seorang pramuniaga membawakan sepatu boots yang dimaksud Marcel. Mereka berjongkok di depan kaki Namira, bersedia memasangkan sepatu pada kaki indah Namira.
"Ohh, tidak perlu seperti ini. Biar saya pasang sendiri" Namira menarik kakinya menjauhi tangan pramuniaga.
"Mohon maaf Nyonya, ini standart pelayanan kami untuk Tuan Marcel" Namira menatap wajah Marcel dengan wajah memelas, dia tidak setuju.
"Biar istriku memasangnya sendiri, kamu boleh berdiri" Ucap Marcel
Namira mengambil sepatu itu lalu memasangnya sendiri. Dia agak kesulitan saat menarik resletingnya. Sehingga Marcel berjongkok di depan Namira dan menarik Zipper sepatu boots tersebut.
"Tu-tuan!" Namira segera menutup mulutnya karena reflek memanggil suaminya 'tuan' di depan para pramuniaga.
"Iya sayang" Jawab Marcel mengalihkan prasangka orang terhadap Namira.
"Maafkan aku sayang, jadi merepotkan mu" Namira dengan keras berteriak dalam hatinya, "Namira ayolah dia sedang bersandiwara di depan orang banyak. kamu harus profesional, Namira!" setengah memaki dirinya sendiri.
"Sayang, apa kamu suka?" tanya Marcel dengan tatapan lembut.
"Emmh, sebentar, boleh aku melihat penampilanku di kaca?"
"Boleh Nyonya, mari kami antar" Namira berdiri, melangkah mendekati kaca besar dan mematut dirinya di kaca.
Dia kembali mendekati Marcel. "S-sayang, a-apa boleh.." Lirihnya. Karena dia lihat harganya membuat jantungnya nyaris mencelos dari tempatnya.
"Sangat cocok dengan dress yang kamu pakai hari ini, ambillah sayang. Dan langsung dipakai, aku tidak suka mata lelaki lain melihat kaki indahmu" Marcel berdiri dan mendekat pada Namira. Membetulkan letak belt di pinggang Namira.
"Nona, berikan dress terbaru untuk istriku" ucap Marcel pada pelayan Outlet.
"Tuan, sudah. Ini sudah terlalu banyak" bisiknya dengan gemas
"Dua hari lagi kita akan kedatangan tamu, kamu harus tampil cantik di rumahku" Jawab Marcel setengah berbisik di belakang telinga Namira.
Namira membayangkan jika dia memakai baju dan sepatu yang dikenakan Aktris idolanya 'Song Hye Kyo' seperti gambar yang terpampang di toko itu.
"Bagaimana anak-anak, kalian sudah dapat yang kalian suka?" tanya Marcel
"Aku terserah mama saja" cicit Wulan dengan wajah takut
Marcel berjongkok di depan Wulan dan Ilyas.
"Sekarang ada papa, jadi terserah papa ya. Ayo ambil yang kalian suka, setelah ini kita ke toko mainan dan toko peralatan balet" Ucap Marcel sambil mengelus rambut kedua anaknya.
Wulan dan Ilyas menatap wajah Namira, dan Namira hanya mengangkat bahunya.
Karena mereka terlihat ragu-ragu Marcel memanggil BM Outlet tersebut, "Ambil sepatu produk terbaru ukuran kedua anakku, masing-masing tiga buah. Lalu baju-baju new arrival untuk mereka, itu jumlahnya bebas"
Branch manager langsung memberi kode pada seluruh karyawannya untuk mengumpulkan semua keluaran terbaru untuk keluarga Marcel.
"Sayang, ayo kita ke toko lain" Marcel memegang lembut lengan ramping Namira. "B-bagaimana dengan belanjaannya?" bisik Namira
"Mereka akan mengantarkannya ke rumah nanti malam" Marcel sudah menyatukan jemarinya pada jemari Namira dan melenggang keluar outlet menuju ke Outlet lainnya.
"Outlet mana yang kemarin menolakmu, sayang" Ucap Marcel
"Aku sudah punya sepatu balet dua buah tuan, satu dari Nyonya Cindra dan satu lagi dari.."
"Buang itu semua, aku belikan yang baru" Marcel menggertak kan gigi gerahamnya
"Maaf jika membuat anda tersinggung" Namira menjaga jarak tubuhnya dari Marcel
"Sayang, aku juga ingin membelikan Kalila dan Hania" Namira menoleh ke arah Marcel
"Tolong pilihkan juga untuk mereka ya, oke" imbuhnya
"Baik, Tuan" Namira tersenyum,
Seketika dia tercengang mengingat beberapa kali Marcel memanggilnya 'Sayang' tanpa bersandiwara di depan orang lain. Dia mengulum senyuman dan mencuri-curi pandang pada Marcel.
"Aku memang ganteng" Marcel melirik Namira dengan wajah angkuhnya
"Cik! Anda narsis sekali" Namira merengut.
Saat mereka mau masuk ke outlet peralatan Ballet, Wulan menarik tangan Namira, "Mama jangan, nanti mereka mengusir kita lagi!"
"Oh ya?! Kalian diusir? Karyawan yang mana?" Tanya Marcel
"T-tidak Tuan, bukan seperti itu" Namira memberi Wulan kode
"Nami, jangan ajari anak-anak berbohong" Tegur Marcel
"Mereka hanya bekerja Tuan, jangan rusak mata pencaharian mereka" Namira menatap mata Marcel dengan memohon
"Hmm" Marcel melangkah dengan mantap ke dalam Outlet.
"Panggilan Reni! Bilang Acel datang!" suara tegas dan meninggi menggema di outlet ballet tersebut.
Tidak berapa lama seorang wanita cantik datang menyambut Marcel dengan wajah gembira
"Aceellll...mimpi apa aku semalam, sepupuku yang sombong ini mampir ke tokoku" mereka cepika cepiki dengan kegembiraan, seperti seorang teman masa kecil.
"Apa kamu sudah bosan kuberi suntikan dana, Ren?!"
"Maksudmu, Cel?" Reni melirik wanita yang ada di belakang Marcel, dia langsung mengerti.
"Sudah aku pecat kemarin, Cel. Kau tahu aku tidak suka menilai orang dari strata sosialnya. Setelah kulihat CCTV kemarin sore, aku langsung memecatnya, sayang. Jangan marah ya, aku butuh kerjasama lagi darimu"
"Siapa dia?, sepupuku tersayang" Reni maju selangkah di depan Namira.
"Namira, Ka"
"Hahaha, jangan panggil aku Kaka, aku terasa tua dek, panggil aku Reni"
"Dia pantas dipanggil nenek, Nami. Cucunya sudah dua orang" Cibir Marcel pada Reni
"Kamu jahat sekali, Cel. Menikah saja aku belum"
"Reni, aku mau buka sanggar kecil dirumah Namira. Tolong siapkan perlengkapan ballet untuk tiga orang murid Namira. Juga untuk Namira. Bisa kamu kirim anak buahmu ke rumahnya besok?" Reni melirik Namira sekilas, lalu mengangguk.
"Baiklah, aku siapkan semua. Namira, kamu berlatih di negara mana sebelumnya" Tanyanya
"Aku berlatih di Prancis, sanggar Ballet Of The Opera National de Bordeaux" Jawab Namira meyakinkan, dia memang pernah belajar di sana sejak kecil hingga berumur lima belas tahun, karena semua anak buah Mamy Hellen harus berlatih olah tubuh, kelenturan dan kekuatan di sana.
Jiwa kepo Reni meronta-ronta ingin mengetahui wanita yang berhasil menaklukan sepupunya yang terlihat dingin ini.
Setau Reni, Pebisnis yang juga Ballerina ternama di bidang ini, belum pernah mendengar ada Ballerina di Indonesia bernama Namira. Reni sangat kenal Ballerina yang berani memiliki sanggar.
"Tahun berapa itu, aku memiliki banyak teman di sana"
"Ren, apa profesimu sudah beralih jadi wartawan?" Tegur Marcel
"Tahun 2006-2016, dengan Coach Miss Ellenor Amour, dia juga yang menyematkan nama di belakangku dengan Mon Amour" Jawaban Namira membuat Marcel tercengang dan takjub pada istrinya, dengan lembut dia memeluk pinggang Istrinya.
"Apa sudah selesai wawancaranya, Ren?" tanya Marcel, dan Reni mengangguk gugup. Dia tahu siapa Ellenor, dan kiprahnya di dunia Ballet juga bisnisnya sangat mendunia.
"Marcel Jangan lepaskan dia, she's the perfect match for you" Ucap Reni dengan kedipan mata.
...💃🩰💃🩰...
Terima kasih untuk like, komen dan subscribenya 🩷