Kimberly adalah seorang pengantin yang memasuki altar pernikahannya, namun terkejut di atas altar itu sudah ada adik angkatnya bersama calon suaminya yang telah bertukar cincin.
"Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dann,,, terpaksa hari ini kami,,," ucapan adik angkat Kimberly yang menggantikannya menikah, sungguh di luar dugaan!
Ternyata selama ini, semua orang telah menipunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Berkas nomor 17, kirimkan ke Ramon
Tok tok tok...
"Masuk," kata Kimberly pada orang yang mengetuk pintu ruang kerja nya.
Clek!
Pintu terbuka memperlihatkan Marwah yang memasuki ruangan sambil membawa dokumen dan sebuah undangan di tangannya.
"Ini dokumen yang dititipkan tuan muda untukmu, sementara ini undangan reuni yang dikirim ke kantor," ucap Marwah meletakkan dokumen beserta undangan di atas meja membuat Kimberly langsung memeriksa undangan itu.
"Undangan reuni?" Kimberly mengerutkan keningnya, memang setiap tahun dia selalu mendapatkan undangan tersebut kecuali selama 3 tahun terakhir.
Tetapi setiap kali mendapatkan undangan itu, Kimberly akan mengabaikannya karena dia tidak senang dengan perkumpulan yang diadakan seperti itu, biasanya lebih dekat dengan ajang pamer barang-barang mewah dan pekerjaan.
"Apa saya buang saja?" Marwah bertanya ketika melihat raut wajah Kimberly yang tampak tidak senang dengan undangan tersebut.
"Ya, buang saja," kata Kimberly memberikan kembali undangan itu pada Marwah.
Dia pun mengambil dokumen di sampingnya, dan melihat bahwa dokumen tersebut berisi informasi awesome entertainment dan poin-poin apa saja yang penting untuk dibawa ke rapat perusahaan yang akan diadakan dalam beberapa hari kedepan.
Kimberly tersenyum membacanya, lalu menyingkirkannya ke samping dan menatap Marwah, "Bisakah kau memesankan aku pakaian kerja yang baru untuk ku pakai minggu depan ke awesome entertainment?" Tanya Kimberly yang ingin tampil lebih baik di hari itu, dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia tidak lagi menjadi tawanan keluarga itu yang bisa dimanfaatkan sesuka Hati.
"Tentu saja bisa!" Marwah bersemangat, "aku pasti akan menyiapkan yang terbaiknya, dan kupastikan itu dari brand mewah. Mau sekaligus dengan penata rias?" Tanya Marwah.
Kimberly berpikir sesaat sebelum menganggukkan kepalanya dan menyerahkan sebuah kartu kredit, "pakai ini, dan belikan kopi untuk semua orang," ucap Kimberly.
"Terima kasih banyak," kata Marwah menerima kartu kredit tersebut dan berlalu meninggalkan ruang kerja Kimberly, dia bersemangat.
Maka pada hari itu, Kimberly menyelesaikan pekerjaannya dan pulang tepat waktu bersama dengan karyawan lainnya.
Namun ketika dia tiba di parkiran dan hendak menaiki mobilnya, sebuah langkah kaki dari belakang membuat Kimberly menoleh dan mendapati Berlian muncul dengan kacamata hitam dan masker hitam.
"Wah,,, Kau tampak hebat di perusahaan ini ya," kata Berlian sambil membuka maskernya dan menatap Kimberly dengan sebuah senyuman mengejek.
"Apa yang kau inginkan?" Kimberly bertanya dengan penuh kewaspadaan sambil melirik orang-orang sekantornya yang tampak lalu lalang menuju mobil mereka.
Untungnya dia memarkirkan mobil di sudut yang cukup tersembunyi sehingga tidak banyak yang melihat ke arah mereka.
"Kenapa kau ketus begitu? Aku datang kemari untuk menyerahkan ini," Berlian mengeluarkan sebuah undangan yang membuat mata Kimberly menyipit.
Itu adalah undangan yang sama dengan undangan yang telah dia buang sebelumnya karena tidak ada niat untuk mengikuti acara reuni sekolah yang membosankan itu.
"Tidak perlu, aku tidak berniat untuk ikut," ucap Kimberly sambil berbalik membuka pintu mobilnya, hendak masuk ke dalam mobil ketika lengannya tiba-tiba dicekal oleh Berlian.
"Tiara akan datang!" Ucap Berlian membuat Kimberly seketika berbalik menatap Berlian.
Tiara adalah teman sebangkunya dulu, dan meski mereka hanya bersama satu semester, tetapi kenangan yang mereka ciptakan cukup banyak dan menyenangkan. Tiara adalah satu-satunya orang yang dianggap kembali sebagai teman di sekolahnya dulu karena seluruh teman-temannya di sekolah lebih condong menyukai Berlian dan lebih banyak mengabaikannya. Tetapi sayangnya setelah kepindahan Tiara ke luar negeri, mereka hilang kontak dan tidak pernah berhubungan lagi.
Dan sekarang Tiara yang sudah lama tidak bertemu dengannya akan kembali?
"Datanglah, bukankah kau hanya menyukai dia di sekolah itu?" Kata Berlian meletakkan undangan tersebut di tangan Kimberly sebelum berdiri dengan kedua tangan dilipat di dada.
"Aku juga ingatkan padamu, sekali lagi kau mengatakan sesuatu yang aneh di depan Ramon, Aku tidak akan tinggal diam! Aku bisa membongkar masa lalu kelam mu itu jika kau menginginkannya!" Tegas Berlian membuat tangan Kimberly seketika lebih erat memegang undangan di tangannya.
Masa lalu...
Meski begitu, Kimberly tidak mengatakan apapun dan hanya masuk ke dalam mobil, segera menutup pintu mobil dan menyalakan mesin kendaraan secara terburu-buru.
Kimberly pun memundurkan mobilnya dan meninggalkan Berlian yang kembali memakai maskernya.
"Heh! Aku tahu kelemahanmu," ucap Berlian mengeluarkan ponselnya, segera mengirim pesan pada nomor Kimberly yang sempat ia dapatkan lewat koneksinya.
"Jangan menghalangiku masuk ke World corporation jika kau tidak ingin rahasia itu terbongkar!" Tulis Berlian pada pesan tersebut sebelum mengirimkannya pada Kimberly.
Kimberly yang berada dalam mobil menyetir dengan tangan gemeter pun akhirnya tidak tahan lagi, dia membelokkan mobilnya ke lantai bawah parkiran dan kembali memarkirnya di sebuah sudut parkiran yang tenang.
Kimberly lalu mengambil obat dari dalam tasnya dan segera memakan obat tersebut sebelum menyandarkan kepalanya di setir mobil.
Seketika sesuatu di masa lampau langsung merasuki pikirannya membuat keringat dingin kembali mengalir deras di sekujur tubuhnya.
Itu adalah masa kelamnya ketika mereka hampir lulus dari bangku SMA.
Sebuah pesta perayaan kelulusan menjadi tempat di mana dia pertama kali mencicipi alkohol setelah genap berumur 17 tahun.
Namun yang terjadi pada saat itu ialah ketika pagi-pagi dia terbangun, dia sudah berada di sebuah kamar hotel tanpa pakaian sama sekali.
Selain itu, pakaian lelaki juga bertebaran di kamar tempat dia terbangun menjelaskan apa yang telah terjadi semalaman.
"Tidak,,, tidak! Itu tidak benar!" Tubuh Kimberly semakin gemetar, dan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya menjadi semakin banyak membuat basa pakaiannya.
Obat yang baru saja ia konsumsi sepertinya tidak mempan untuk meredakan ketakutan yang telah menumpuk dalam hatinya.
Kimberly pun kembali mengingat kejadian 3 tahun yang lalu ketika dia benar-benar dikhianati oleh pria yang ia percayai selama bertahun-tahun hidup dan adik angkat yang dia perlakukan seperti adik kandungnya sendiri.
"Tidak! Tidak!!" Kimberly menggelengkan kepalanya ditutup dengan benturan kesetir mobil membuat tekniknya mencetak rona kemerahan di sana.
Clek!
Tiba-tiba pintu mobilnya terbuka membuat semarak aroma familiar meresap ke hidung Kimberly.
Seketika Kimberly merasa lebih baik saat tubuhnya terangkat dan didudukkan di atas pangkuan sang pria.
Air mata mengalir deras di pipi sambil memeluk sang suami dengan suara gemetar berkata, "ti,, tidak! Aku,,, tidak melakukannya! Sungguhh...!"
"Aku percaya, kau tidak mungkin melakukannya. Sekarang tenanglah, aku ada di sini, aku selalu percaya istriku adalah orang yang baik dan tulus hatinya," kata Steven sambil mengelus seluruh punggung sang istri.
Dia telah mendengar kabar dari asistennya bahwa dia melihat Kimberly bersama seorang perempuan yang menggunakan kacamata hitam dan tampaknya memiliki sedikit persiteruan.
Hal itu membuat Steven langsung berlari mencari sang istri, dan mendapati mobil istrinya telah berpindah parkiran.
Setidaknya dia belum terlambat.
"Aku takut sekali,,," Kimberly berkumam dalam pelukan Steven ketika dia memikirkan masa lalu itu akan dibongkar oleh Berlian.
"Aku ada di sini, jangan takut," ucap Steven.
Air mata terus berderai dari mata Kimberly membuat kemeja sang suami menjadi basah dan dingin.
Cukup lama Kimberly berada dalam traumanya dan rasa tertekannya sampai akhirnya perempuan itu dicuri oleh kantuk dan kelelahannya sepanjang hari hingga terlelap dalam pelukan sang suami.
Mendengar deru nafas Kimberly yang sudah teratur, Steven pun memperbaiki rambut sang istri yang telah menempel di wajahnya.
Seketika tatapannya menjadi dingin melihat keadaan istrinya yang begitu menyedihkan, terutama melihat bekas kemerahan pada kening sang istri yang merupakan cetakan setir mobil.
Seluruh pakaian Kimberly juga telah basah oleh keringat dan ikut membasahi pakaian Steven.
Steven berdiam diri cukup lama untuk memastikan istrinya benar-benar lelap dalam tidur lalu memindahkan sang istri ke kursi penumpang di sebelahnya.
Steven pun mengambil handuk kering yang diletakkan di kursi penumpang belakang Lalu membersihkan istrinya dan tak lupa pula memang ganti pakaian Kimberly agar pakaian yang basah itu tidak mengganggu tidur pulas sang istri.
Setelah selesai, pria itu mengambil ponsel dari sakunya dan segera menelpon sang asisten.
"Ya, Tuan," jawab sang asisten dari seberang telepon.
"Berkas nomor 17 itu, kirimkan pada Ramon!" Perintah Steven sebelum menutup panggilan teleponnya dan menyimpan teleponnya dengan sorot mata sedingin es kristal.