Umar yang menikahi sekarang gadis karena insiden yang dialami keduanya, kisah cinta rumit keduanya karena ternyata sang Istri memiliki orang yang dia cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran Ukasyah
Shifa mendekati mereka semua, mereka yang menyadari keberadaan Shifa pun menyambutnya terutama sang mertua dan juga tante Nazwa.
"Kamu sudah datang nak". Shofiyah bergegas menghampiri sang menantu.
Shifa mengulurkan tangannya untuk menyalimi sang mertua dengan senyum tipis, dan beralih pada tante suaminya.
"Maaf Shifa telat ummi, umma". Ucap Shifa dengan sopan.
" Tidak apa nak, kami mengerti, kamu sudah makan siang?? Tanya Shofiyah dengan penuh perhatian.
"Sudah ummi, tadi dijalan".
"Nak Umar, tolong bawah barang istrimu ke kamar untuk dibereskan, dan hadirkan dia istirahat sejenak". Umma Nazwa meminta Umar mengambil barangnya.
"Ah iya Astaghfirullah, ummi baru sadar jika Shifa membawa 2 koper". Shofiyah salah tingkah karena lupa.
"Iya umma". Umar bergegas untuk mengambil koper sang istri dan tersenyum.
"Mau Istirahat dulu, atau masih mau disini?? tanya Umar kepada sang istri.
"Aku istirahat dulu kak, agak capek, tidak apa-apa kan ummi, umma?? ". Tanyanya meminta izin
"Tidak apa-apa sayang, kamu istirahat aja dulu toh lamarannya juga sore hari, Iyakan dek??". Tanya Shofiyah pada sang adik
" Iya nak, ummi kamu benar, lamarannya sore hari jadi istirahat saja dulu, sambil menunggu sore nanti, setelah ashar kita berangkat karena tempatnya hanya 15 menit dari sini". Ucap Nazwa terrsenyum kepada menantu sang kakak.
"Terima kasih pengertiannya Ummi, umma, kalau begitu aku masuk dulu". Shifa meninggalkan mereka semua untuk menuju kamarnya bersama Umar sang suami.
Sesampainya dikamar, Umar membawa barang-barang mereka sedangkan Shifa berada disampingnya
"Bagaimana segalanya, apa aman?? Tanya Umar penasaran.
"Aman, Aku yakin mereka akan menelpon sebentar lagi ". Senyum jahat Shifa perlihatkan.
Umar menggelengkan kepalanya melihat ekspresi istrinya itu, dia bukannya takut malah gemas ingin mencubit istri nya tapi dia urungkan karena mereka masih belum dekat, dia akan berusaha dan perlahan meluluhkan hati dingin istrinya dan menggantinya dengan cintanya.
Benar saja, baru dia ucapkan seperti itu, Rayhan sudah menelponnya . Dia mengangkat telponnya dan me loudspeaker handphone nya karena dia tahu Rayhan pasti akan mengamuk
"Apa yang kau lakukan apda rumahku Shifa". Teriak Rayhan dengan sangat keras.
" Aku menjualnya, toh itu rumahku bukan rumahmu asal kau tahu". Jawabnya dengan enteng.
"Tapi kemana semua barang-barang kami Yanga da dirumah itu perempuan sialan".
" Oh itu, ada dikontrakan yang tidak jauh dari rumah keluargamu". Ucapnya dengan cuek,
"Kenapa tidak membawa barang-barang kami kerumah keluargaku, bukankah kau bisa masuk ke sana?? Tanyanya berusaha melembutkan ucapannya. Dia tidak mau Shifa menghentikan kiriman uangnya kepada mereka.
"Sudah aku jual, seluruh barang-barang kalian yang berada dirumah keluargamu sudah aku pindahkan kerumah kontrakan dan uang yang kamu terima adalah sisa uang yang ku potong dari uang yang selama ini kau ambil dari ku".
"Perempuan sialan, apa yang kau lakukan dengan rumah ibuku, kenapa kau jual, itu bukan hakmu". Teriak Rayhan menggelegar ditelpon.
"Akun hanya mengambil uangku yang kau ambil dengan jaminan surat rumahmu, dimana letak salahku, toh kamu mengambil uangku dan aku mengambilnya kembali, lagian yah, aku bukan kau yang hanya tahu memeras orang tanpa mengembalikannya, aku hanya mengambil dan mengganti uangku dan sisanya ku kembalikan".
"Dasar kurang ajar, akan kulaporkan kau kepolisi biar kau dipe jara sekalian". teriaknya dengan emosi.
"Terserah saja, lakukan apa yang kau suka, aku punya bukti semua transfer yang aku lakukan ke rekeningku selama ini, jadi silahkan saja bawah ke pengadilan, aku juga akan menggugat mu karena memeras ku". Ucap Shifa dengan tenang.
Umar hanya diam mendengar kan perdebatan mereka melalui handphone itu, dia membereskan barangnya agar lebih mudah karena mereka akan berlibur 2 hari di sini .
"Dasar anak kurang ajar, aku akan mencari karena telah berani menjual rumahku". Umpat ibu Rana dengan sangat kasar.
"Silahkan saja, aku punya riwayat transfer dan riwayat Chat kalian untuk bukti jika kalian selama ini hanya memanfaatkan dan juga memeras ku, mari kita lihat siapa yang akan masuk penjara dan asal kalian tahu, suamiku punya sepupu pengacara, polisi dan juga tentara, silahkan saja". Ucap Shifa dan langsung mematikan telponnya.
"Keliahtannya mereka akan mencari kita karena perkara rumahnya itu?? ".
"Bodoh amat, aku tidak peduli toh aku mengembalikannya sesuai dengan uangnya jadi untuk apalagi, lagian aku memiliki banyak bukti".
Umar menganggukkan kepalanya tanda mengerti. mereka memang harus diberi pelajaran akrena seenaknya memperlakukan orang seperti itu.
"Istirahat lah dek, kita akan berangkat sore sebentar". Ucap Umar mengelus kepala sang istri.
Shifa yang merasakan itu terkesiap, tapi tidak menepis tangan Umar seperti yang biasa dia lakukan jika Umar mengelus kepalanya.
"Aku akan keluar dulu, kamu bisa istirahat disini, baitlah dirimu nyaman jangan terlalu banyak berpikir, ingat kamu tidak sendiri jikv terjadi sesuatu beritahu aku, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu".
"Terima kasih kak". Ucap Shifa tersenyum
" Sama-sama". Ucap Umar sambil keluar dari kamar mereka.
Sore harinya seperti rencana mereka, setelah sholat mereka semua pun berangkat ke kediaman kelayraga calon istri Ukasyah.
Acara itu berjalan dengan penuh hikmah dan suka cita karena mereka akan memiliki menantu dokter. Mas kawin dan hari pernikahan pun telah dipersiapkan dan ternyata acara akan diadakan di dua tempat yaitu Makassar dan Jakarta.
"Akhirnya dek, kamu punya menantu juga". Ucap Shofiyah memeluk sang adik.
"Abah mereka pasti bangga dan senang melihat anaknya akan menikah setelah ini kak". Ucap Nazwa memeluk sang kakak.
Dia sangat berterima kasih karena masa terpuruknya sampai bahagianya, sang kakak selalu menemani dan membantunya. Sejak kecil sang kakak memang selalu menjaga dan membantunya bagaimanapun keadaannya.
"Kamu benar dek, kita hanya bisa mendoakan mereka yang sudah tiada, kita selalu berharap jika kita bisa menyaksikan anak-anak kita bahagia dalam menjalankan kehidupan mereka tapi yang menentukan adalah takdir Allah".
"Terima kasih ummi karena Ummi ada untuk kami sekeluarga begitupun dengan anak-anak ummi". Kini Ukasyah menangis memeluk sang tante dengan sayang,
Dia dan adik-adik nya tumbuh bersama sang tante dan juga sepupunya, itulah sebabnya mereka sangat dekat satu sama lain selayaknya saudara bukan sepupu.
"Kamu saudara kami kak Ukasyah, tidak perlu sungkan seperti itu, kita tumbuh bersama, kita akan terus saling membantu bagaimanapun keadaannya". Ucap Ammar menepuk pundak sang kakak sepupunya itu.
Shifa tersenyum tipis melihat betapa harmonisnya keluarga suaminya itu, pantas saja sang ayah sangat memaksanya untuk menerima pinangan keluarga mereka.
Setelah itu mereka semua makan malam bersama setelah mereka menunaikan sholat berjamaah. Dan pulang ke Villa yang telah mereka sewa untuk mereka sekeluarga.
Kalau boleh kasih masukan dikit, Umar nyelamatin si wanita yang mau bundir di jembatan atau dimana lah. Si wanita depresi karena cowoknya. Karena kasihan dan ingin mengayomi takut kejadian terulang, Umar ngelamar wanita itu. Nah.. di situ tuh.. baru jalan cerita lika-liku ketulusan Umar menyadarkan isterinya sembari mencoba meraih hatinya. Maaf ya mbak, aku sok-sokan ngasih saran segala. Moga sehat dan sukse selalu. Semangat!