Boqin Changing, Pendekar No 1 yang berhasil kembali ke masa lalunya dengan bantuan sebuah bola ajaib.
Ada banyak peristiwa buruk masa lalunya yang ingin dia ubah. Apakah Boqin Changing berhasil menjalankan misinya? Ataukah suratan takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dia ubah sampai kapanpun?
Simak petualangan Sang Pendekar Dewa saat kembali ke masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melatih Fisik
"Betulkah begitu, Saudara Chang? Kamu benar-benar tidak takut padanya?" tanya Yuo San dengan wajah masih pucat, namun tatapannya mulai berbinar. Ada rasa heran sekaligus kagum di matanya ketika melihat sosok yang baru saja menolongnya dari genggaman Ruo dan dua pengikutnya.
Boqin Changing hanya tersenyum tipis. "Hahaha, mengapa harus takut kepadanya? Ruo bukan siapa-siapa bagiku."
Nada suaranya tenang, bahkan terdengar meremehkan. Hal itu membuat Yuo San semakin terpukau. Ia tahu Ruo adalah pembuat onar di sekte, seorang pemuda bertubuh kekar yang kerap merundung murid-murid lemah. Namun, di depan bocah ini, Ruo justru dibuat bertekuk lutut dengan hanya satu cekikan.
Mereka berdua pun tertawa kecil bersama, meski tawa itu lebih seperti pelepas ketegangan setelah perkelahian singkat yang menegangkan.
"Kalau begitu," ucap Yuo San setelah menenangkan dirinya, "mulai sekarang panggil saja aku Saudara San. Aku juga akan memanggilmu Saudara Chang. Jangan terlalu kaku, kita sesama murid sekte, bukan?"
Boqin Changing hanya mengangguk pelan. Dalam hatinya ia tersenyum getir. Andai Yuo San tahu dirinya hanyalah bocah berusia tujuh tahun, tentu pemuda itu tidak akan memintanya untuk memanggil ‘saudara’. Namun, Boqin Changing tidak berniat menjelaskan. Biarlah semua orang mengira dirinya sebaya dengan para murid lain.
"Saudara Chang, aku pamit dulu. Terima kasih atas bantuanmu hari ini. Aku sungguh berutang budi padamu," kata Yuo San sambil menundukkan kepala hormat.
"Tidak masalah, Saudara San. Jika ada masalah lain, jangan ragu untuk mencariku," jawab Boqin Changing dengan senyum tenang.
Setelah itu, Yuo San pergi meninggalkan halaman rumah Guru Tian, masih dengan langkah yang agak pincang namun penuh semangat baru. Sedangkan Boqin Changing kembali ke dalam rumah, melanjutkan latihannya yang sempat tertunda. Sesekali ia bermeditasi sambil menggenggam rumput naga, menyerap energi spiritual dari tanaman liar itu. Dia bertekad mempercepat kultivasinya agar segera menembus ranah Pendekar Raja. Ranah yang akan membuka jalan baginya menuju rencana besar berikutnya.
Sore harinya, Wang Tian akhirnya pulang. Dari wajahnya terlihat jelas ia menghabiskan banyak waktu di aula misi, mungkin juga bertemu dengan tetua sekte lainnya. Begitu masuk ke rumah, ia langsung melepas pedangnya dan menghela napas panjang.
"Chang’er, hari ini melelahkan sekali," ucapnya sambil duduk di kursi kayu.
Boqin Changing menyambutnya dengan secangkir teh hangat. "Guru, minumlah dulu. Sepertinya guru sudah bekerja keras hari ini."
Wang Tian tersenyum tipis menerima teh itu. Dalam hati ia merasa hangat. Sejak kedatangan murid kecil ini, rumahnya yang dulu sepi kini terasa hidup.
Malam itu mereka makan malam bersama. Obrolan mereka ringan, membicarakan kegiatan masing-masing. Boqin Changing hanya berkata ia seharian membersihkan halaman dan sedikit berlatih, tanpa menyebutkan insiden dengan Ruo. Ia tidak ingin gurunya khawatir atau mencampuri urusan kecil itu.
Setelah makan, Wang Tian tiba-tiba berkata, "Chang’er, mungkin ini agak tergesa-gesa. Tapi… jika kamu bersedia, besok kita bisa mulai berlatih sungguh-sungguh."
Mata Boqin Changing berbinar. "Benarkah guru? Kalau begitu mari kita lakukan! Aku sudah menantikannya."
Wang Tian terkekeh kecil. "Hohoho, semangat sekali dirimu ini."
...*****...
Keesokan paginya, halaman rumah sederhana itu berubah menjadi arena latihan. Wang Tian berdiri dengan tangan di belakang, sementara Boqin Changing berdiri tegap menantikan instruksi.
"Chang’er," ucap Wang Tian, "coba tunjukkan dulu jenis beladiri yang sudah kamu kuasai. Aku ingin melihat sejauh mana pemahaman dan kekuatanmu."
"Baik, guru."
Tanpa ragu, Boqin Changing melepaskan kekuatannya lalu mengeksekusi beberapa jurus tangan kosong. Pukulan-pukulan kerasnya menghancurkan batu besar di halaman, sementara tendangannya meninggalkan bekas dalam di tanah. Setelah itu, ia memperlihatkan jurus lain yang lazim dipelajari murid-murid sekte di ranah lebih tinggi. Boqin Changing benar-benar menunjukkan kekuatan aslinya.
Wang Tian terdiam, mulutnya sedikit terbuka. Ia bisa merasakan, meski Boqin Changing baru menampakkan ranah pendekar menengah, kekuatannya sudah setara bahkan melebihi banyak pendekar ahli.
"Luar biasa, Chang’er… kemampuanmu sungguh menakjubkan. Guru benar-benar kagum," katanya dengan nada campur aduk antara gembira dan tidak percaya diri.
Boqin Changing hanya membungkuk hormat.
"Terima kasih, guru, atas pujiannya."
Merasa kewajibannya sebagai guru, Wang Tian akhirnya mulai menurunkan ilmu beladiri khas sekte mereka, sebuah jurus tangan kosong Sekte Dua Pedang Petir. Ia memperagakan beberapa gerakan dasar, lalu meminta Boqin Changing menirukannya.
Yang terjadi setelah itu membuatnya terperanjat.
Sekali melihat, Boqin Changing langsung bisa menirukan gerakan dengan sempurna. Tidak hanya sempurna, gerakannya bahkan lebih halus, lebih alami, seolah memang diciptakan untuk tubuhnya.
"Tidak mungkin… ini tidak mungkin…" Wang Tian mengambil posisi duduk di atas batu besar. Keringat dingin menetes di dahinya.
Ia mencoba mengajarkan jurus lain, hasilnya sama. Murid kecil itu bisa menirukan sekaligus menyempurnakan. Sesuatu yang mustahil bahkan bagi murid paling jenius yang pernah ia lihat.
"Anak ini luar biasa… dia bisa menguasai seluruh jurus hanya dengan sekali percobaan…" gumam Wang Tian dengan gemetar.
Hari itu, pelajaran yang semestinya berlangsung seminggu penuh diselesaikan Boqin Changing hanya dalam waktu satu hari.
"Chang’er," akhirnya Wang Tian berkata dengan suara lelah, "hari sudah sore. Kita cukupkan sampai di sini. Mulai besok, yang kamu butuhkan bukan lagi jurus baru, melainkan latihan fisik. Itu akan menjadi pondasi paling penting bagi perkembangan seni beladirimu."
"Baik, guru." jawab Boqin Changing dengan penuh hormat.
Guru Tian kemudian berjalan meninggalkan Boqin Changing menuju ke rumahnya. Mentalnya agak berantakan melihat muridnya mampu menguasai jurus tangan kosong yang dia pelajari bertahun-tahun dengan lebih baik. Namun di sisi lain ada perasaan bangga, dirinya bisa mempunyai murid sehebat Boqin Changing.
Malam harinya setelah makan malam, pasangan guru murid ini beristirahat masing-masing di kamar. Seperti biasa sebelum tidur Boqin Changing akan menyerap rumput naga terlebih dahulu. Dia berharap bisa secepatnya mencapai ranah pendekar raja agar bisa mencari kembali bola pemanggil.
...******...
Esok harinya, latihan benar-benar dimulai. Wang Tian mengajak Boqin Changing berlari menuju lembah terdekat, tanpa bantuan jurus meringankan tubuh. Di punggung kecil itu, ia memasangkan beban berat.
Awalnya hanya 20 kilogram. Tapi setiap minggu, beban itu bertambah. 30… 50… 70 kilogram. Hingga tiga bulan kemudian, Boqin Changing sudah terbiasa berlari dengan beban lebih dari 100 kilogram di punggungnya.
Orang-orang yang melihat latihan itu bergidik ngeri. Tidak ada satupun murid sekte yang pernah dilatih sekeras itu. Namun bocah kecil itu tidak pernah mengeluh. Bahkan ketika diberi kesempatan untuk berhenti, ia justru meminta beban ditambah.
"Jika aku sudah tidak sanggup, aku akan menyerah sendiri." katanya tegas pada gurunya.
Selain berlari, Boqin Changing juga sesekali berlatih jurus tangan kosong sambil membawa beban itu. Meski gerakannya sedikit melambat, tekniknya tetap sempurna.
Patriak Zhou sendiri beberapa kali turun tangan mengawasi. Para tetua sekte dan murid lain pun ikut menyaksikan. Nama Boqin Changing mulai menyebar di antara murid-murid.
Ketika usia dan bakatnya terbongkar, seluruh sekte gempar. Tidak ada yang bisa membayangkan seorang anak tujuh tahun memiliki kekuatan semacam itu. Bagi mereka, Boqin Changing adalah jenius sejati. Mutiara langka yang akan mengangkat nama Sekte Dua Pedang Petir ke puncak kejayaan di masa depan..
Di sisi lain, Boqin Changing hanya terus berlatih, tanpa sedikit pun terbuai oleh pujian. Dalam hatinya, ia tahu semua ini hanyalah awal. Tujuannya jauh lebih besar daripada sekadar menjadi jenius sekte. Ia ingin menapaki kembali jalannya yang dulu, jalan seorang penguasa sejati di alam ini.