Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lin Momo Yang Menggemaskan
Setelah puas menjelajahi rumah baru mereka, Lin Momo akhirnya merebahkan diri di atas tempat tidur. Ia menatap langit-langit dengan ekspresi campur aduk.
"Oh tidak… Kenapa aku begitu bahagia hanya dengan ini saja?" gumamnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan.
Tadi ia begitu senang melihat TV, radio, telepon rumah, dan kasur pegas empuk ini. Tapi sekarang, ketika pikirannya mulai jernih, ia merasa ada yang aneh.
"Bukankah dulu aku memiliki barang-barang yang jauh lebih mewah dari ini? Aku pernah tinggal di apartemen mewah, menggunakan perabotan mahal, tidur di atas kasur kualitas terbaik, bahkan aku bisa membeli apa pun yang kuinginkan dengan mudah…"
Lin Momo mengerang dan berguling ke sisi lain.
"Ah, tidak… Semua itu sudah berakhir! Kenapa aku harus senang dengan ini semua?! Aaaaaah!!" Ia menjerit kecil sambil menutupi wajahnya dengan bantal.
Yan Zhi, yang sedang membereskan barang-barang mereka di lemari, tiba-tiba berhenti dan menoleh. Ia melihat Lin Momo yang tadinya sangat bahagia kini berubah murung.
Alisnya berkerut.
"Ada apa denganmu?" tanyanya hati-hati.
Lin Momo tidak menjawab, hanya berguling ke sisi lain lagi dan menghela napas panjang.
Yan Zhi semakin bingung. Baru saja wanita ini melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil, sekarang dia malah terlihat seperti seseorang yang baru saja kehilangan segalanya.
"Apakah dia sakit?" pikirnya. Ia mengingat kata-kata ayahnya dulu bahwa perempuan terkadang memiliki hari-hari di mana emosi mereka tidak stabil.
Yan Zhi menatap Lin Momo dengan waspada. "Apakah ini yang dimaksud ayah? Apakah perempuan benar-benar memiliki perubahan emosi secepat ini?"
Akhirnya, Yan Zhi mendekati tempat tidur dan duduk di tepiannya. "Lin Momo, kau baik-baik saja?"
Lin Momo mengangkat bantal dari wajahnya dan melirik Yan Zhi dengan mata sayu. "Aku baik-baik saja… Hanya saja…"
"Hanya saja apa?" Yan Zhi menunggu.
Lin Momo menghela napas lagi. "Aku hanya merasa aneh… Kenapa aku bisa begitu bahagia hanya dengan ini semua? Padahal dulu aku memiliki kehidupan yang lebih mewah dari ini…"
Yan Zhi menatapnya dalam diam.
Lin Momo tersenyum miris. "Aku tidak tahu… Aku hanya merasa aneh… Seolah-olah aku telah kehilangan sesuatu yang sangat besar dalam hidupku, tapi di saat yang sama aku juga merasa senang… Aku bahkan tidak tahu apakah aku harus bahagia atau bersedih."
Yan Zhi berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "Mungkin karena kau mulai menerima kehidupan barumu."
Lin Momo terdiam.
Yan Zhi melanjutkan, "Tidak peduli seberapa indah kehidupanmu dulu, saat ini inilah yang kau miliki. Kau mungkin merasa kehilangan, tapi kau juga menemukan sesuatu yang baru. Jadi, mungkin itu sebabnya hatimu merasakan kebahagiaan yang aneh."
Lin Momo menatap Yan Zhi, lalu tersenyum kecil. "Kau benar… Mungkin aku hanya perlu menerima semuanya."
Yan Zhi mengangguk. "Kalau begitu ayo, kita bisa mulai menata barang-barang."
Lin Momo menghela napas panjang lalu bangkit dari tempat tidur. "Baiklah! Aku harus berhenti terlalu banyak berpikir!"
Yan Zhi tersenyum kecil. "Itu lebih baik."
Dengan begitu, Lin Momo kembali menemukan semangatnya dan mereka mulai menata rumah baru mereka bersama-sama.
Lin Momo duduk di sofa dengan tubuh lelah. Ia meregangkan lengannya dan menghela napas panjang.
"Ah, capeknya..." keluhnya sambil menepuk-nepuk bahunya sendiri.
Yan Zhi, yang sejak tadi memperhatikannya, berjalan mendekat dan memberikan segelas air.
"Minumlah," katanya singkat.
Lin Momo menerima gelas itu dengan senyum kecil. "Terima kasih."
Ia segera meneguk air itu dengan lahap.
Setelah beberapa saat hening, Yan Zhi akhirnya bertanya, "Bukankah kau akan merias adik dari istri direktur?"
Lin Momo menurunkan gelasnya dan menatap Yan Zhi dengan bingung. "Iya, memangnya kenapa kau bertanya?"
Yan Zhi mengangkat alis. "Kapan acara itu?"
Lin Momo menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Besok. Kau tidak diundang?" tanyanya dengan santai.
"Bukankah seluruh pekerja pabrik diundang?" lanjut Lin Momo bertanya.
Yan Zhi mengangguk pelan. "Iya, aku diundang. Tapi..."
"Gawat, jika sampai aku datang. Bukankah aku akan ketahuan?" ucap Yan Zhi dalam hati.
"Tapi apa?" Lin Momo menatapnya dengan penasaran.
"Aku ada kerjaan lain," jawab Yan Zhi singkat.
Lin Momo mengerutkan dahi. "Aaah, begitu..." gumamnya.
Ia tidak bertanya lebih lanjut, tapi dalam hati merasa sedikit heran.
Seharusnya, acara itu cukup penting karena diselenggarakan oleh istri direktur. Semua pekerja pasti hadir, termasuk para atasan.
Tapi Lin Momo tidak ingin terlalu memikirkan hal itu. Ia menaruh gelas kosong di meja dan meregangkan tubuhnya lagi. "Kalau begitu, aku harus tidur cepat malam ini supaya besok tidak bangun kesiangan."
Yan Zhi hanya mengangguk. "Baiklah. Aku akan membereskan beberapa hal sebelum tidur."
Lin Momo tersenyum kecil. "Jangan terlalu lama begadang, nanti wajahmu kusut dan tak setampan biasanya."
Yan Zhi meliriknya sekilas lalu menghela napas. "Kau ini... cepatlah tidur."
Lin Momo tertawa kecil, lalu bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar.
Yan Zhi selesai dengan pekerjaannya dan akhirnya menuju kamar. Saat membuka pintu, ia melihat Lin Momo yang tertidur dalam posisi yang sangat tidak elok.
"Astaga..." gumamnya pelan, sambil menahan tawa.
Kepala Lin Momo hampir tergantung di tepi ranjang, sementara kakinya berada di atas tempat tidur dengan posisi yang tidak beraturan. Napasnya teratur, tapi tidurnya benar-benar berantakan.
Yan Zhi tersenyum kecil.
"Istriku Lucu sekali..." bisiknya dalam hati.
Tanpa ragu, ia mendekat dan dengan hati-hati mengangkat tubuh istrinya. Ia membenarkan posisi tidur Lin Momo, memastikan kepalanya berada di atas bantal dengan nyaman. Setelah itu, ia menarik selimut dan menyelimutinya dengan lembut.
Sebelum beranjak pergi, Yan Zhi sekali lagi menatap wajah istrinya. Pipinya yang lembut, bibirnya yang sedikit terbuka, dan napasnya yang tenang membuatnya terlihat begitu damai.
Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ada keinginan aneh yang muncul di dalam dirinya.
"Ingin mencium lagi..." pikirnya tanpa sadar.
Tangan Yan Zhi bergerak perlahan, mengusap pipi Lin Momo dengan lembut.
"Kau ini benar-benar menggemaskan..." bisiknya.
Saat itu, Lin Momo bergerak sedikit. Ia menggeliat dan mengubah posisinya menjadi menyamping, wajahnya kini tepat menghadap Yan Zhi.
Yan Zhi menelan ludah. Jarak mereka semakin dekat.
Seakan kehilangan kendali, ia menundukkan kepala dan mengecup bibir Lin Momo dengan lembut.
Namun yang tak ia duga, Lin Momo tiba-tiba melingkarkan tangannya di lehernya dan membalas ciumannya. Bibir mereka bertaut dengan lembut, semakin dalam seiring waktu.
"Dia bangun?" pikir Yan Zhi kaget, tapi tidak menghentikan ciuman itu.
Lin Momo bahkan semakin menariknya lebih dekat, membuat Yan Zhi tanpa sadar naik ke atas ranjang. Kini ia berada di atas Lin Momo, tubuhnya sedikit menindihnya.
Mereka terus berciuman hingga beberapa menit berlalu. Tiba-tiba, tangan Lin Momo terlepas dari leher Yan Zhi.
Yan Zhi perlahan membuka matanya, menatap wajah Lin Momo yang masih terpejam. Napasnya tetap tenang, tidak ada tanda-tanda ia terbangun.
Yan Zhi membelalakkan mata. "Jangan bilang... Dia dari tadi tidur?"
Ia menatap Lin Momo dengan tidak percaya.
Baru saja ia berpikir istrinya sadar dan membalas ciumannya dengan penuh gairah, ternyata Lin Momo hanya sedang tertidur dan mengira itu bagian dari mimpinya?
Yan Zhi terdiam sejenak, lalu menepuk keningnya sendiri.
"Astaga... Apa yang baru saja kulakukan?"
Yan Zhi masih menatap Lin Momo dengan perasaan campur aduk. Wajah istrinya tampak begitu tenang, bibirnya yang tadi ia cium masih sedikit terbuka, seolah masih terhanyut dalam mimpinya.
Ia menarik napas panjang dan mengembuskan udara dengan pelan. "Jadi... Dia tidur sepanjang waktu?" pikirnya sambil tersenyum miris.
Perlahan, ia menyingkir dari atas tubuh Lin Momo, kembali membenarkan posisi tidur istrinya agar lebih nyaman. Ia menatapnya sebentar, lalu tanpa sadar jemarinya menyentuh rambut Lin Momo, menyibakkannya agar tidak menutupi wajahnya.
"Tidurlah yang nyenyak..." bisiknya pelan.
Setelah memastikan Lin Momo tertidur dengan nyaman, Yan Zhi pun berbaring di sisi lain ranjang. Ia menarik selimut hingga menutupi tubuhnya dan mencoba memejamkan mata.
Namun, pikirannya masih dipenuhi kejadian tadi. Hatinya berdebar tak menentu. Ia menyentuh bibirnya sendiri, seolah masih merasakan kehangatan bibir Lin Momo.
"Apa yang akan dia lakukan kalau tahu kejadian tadi?" pikirnya sambil tersenyum kecil.
Setelah beberapa saat, kantuk mulai menyerangnya. Yan Zhi akhirnya menenangkan pikirannya dan membiarkan dirinya tertidur, ditemani suara napas teratur dari Lin Momo di sampingnya.
mau ketemu menantu dan mertua teh drama aja 🤦🏼
akhirnya timbul kesalah pahaman kan kasian momo kena impeknya kecewa aja ma yang zie 😏laki g tegas
gassskeun...
lanjut..
tinggal siap2 menunggu ibu mertua datang aja mo..