Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Asing
Langit sudah terang, sinar matahari mulai mengintip diantara celah tirai yang tak tertutup dan tepatnya cahaya itu menyilaukan Luci yang masih tertidur hingga ia terbangun.
Luci membuka mata, tepat didepannya William yang masih terlelap namun tetap setia memeluk pinggang Luci erat. hingga Luci dengan perlahan menyingkirkan tangan itu dari pinggangnya, namun gagal tiba-tiba saja William menarik tangan Luci dan akhirnya ia jatuh kembali dalam pelukan William.
"Semalam kau memintaku untuk tidak melepas pelukanku, tapi pagi ini kau pergi begitu saja? tidak sopan." William mendekap Luci erat, hingga Luci hampir tak bisa bernapas.
"Aaah maafkan aku, tapi pelukanmu terlalu erat aku tak bisa bernapas." Luci meronta-ronta berharap William dapat melepaskannya.
setelah mengecup pucuk kepala Luci, William pun dengan berat hati melepaskan dekapannya pada Luci. Luci begitu lega terlihat dengan ia bisa menarik dan membuang napasnya dengan bebas.
Luci membuka seluruh tirai, kemudian ia melihat betapa cantiknya lautan dipandang dari ketinggian. bahkan hari ini ombak terlihat begitu tenang.
"Mau bermain pasir?" tanya William sembari memberikan secangkir teh hangat.
Luci menggelengkan kepala, "Sebaiknya kita pulang cepat, besok kau akan bekerja. Lagi pula aku sudah senang dan merasa puas dengan melihatnya saja."
"Baiklah, Ayo kita bersiap. Aku berjanji akan mengajakmu ketempat yang jauh lebih indah lain waktu." William menatap Luci dengan penuh cinta.
"Aku berharap kau tidak ingkar janji, Daddy."
mereka berpelukan sejenak, kemudian bergegas mandi dan bersiap untuk sarapan setelah itu mereka akan kembali kekota. jika mereka pulang terlalu siang dikhawatirkan jalanan jauh lebih macet dari kemarin.
Dijalan mereka nampak bercerita tentang banyak hal, melayangkan celotehan garing antara anak muda dan orang tua meskipun tak lucu tetapi mereka saling menertawakan kekonyolan mereka, bahkan Luci baru kali ini melihat William tertawa lepas, karena biasanya pria itu hanya tersenyum kecil.
Tidak terasa perjalanan mereka hampir berakhir, William memutuskan untuk tidak langsung pergi ke apartemen melainkan datang kerumahnya terlebih dahulu mengingat jika sudah hampir dua minggu ia tidak pulang kesana.
"Aku akan mengajakmu kerumahku." ungkap William pada Luci.
"Rumahmu? Apa kau memiliki tempat tinggal selain apartemen yang kita tinggali?" Tanya Luci penasaran.
"Tentu saja, apartemen itu tempat aku istirahat dan hanya beberapa saja orang yang tau dan kau adalah salah satu orang yang beruntung." ungkap William.
"Aku tidak seberuntung itu, karena aku terlihat sebagai sesuatu yg kau rahasiakan." Luci menekuk wajahnya.
"Maka dari itu, hari ini aku akan mengajakmu datang kerumah utamaku agar semua tau jika aku kini sedang bersama wanita cantik. Aku memintamu untuk tinggal disana karena aku tak ingin ada seseorang yang mengganggu mu."
Luci tak jadi marah, ia mengerti maksud dan tujuan William padanya selama ini. Selain itu tak selayaknya juga Luci marah pada William, pria yang telah menolong dirinya dan mengurusnya kini.
"Kita sudah sampai." ucap William.
dari sejak memasuki pagar, hingga tepat berada di depan pintu rumah William, Luci tak berhenti takjub bagaimana bisa pria yang sedang bersamanya memiliki istana semewah ini.
Dua orang pria bergegas menghampiri mobil mereka, satu orang membukakan pintu untuk William dan satu lagi membukakan pintu untuk Luci. Selain itu, saat mereka turun orang-orang membungkukkan tubuhnya kepada mereka hal itupun dilakukan oleh Luci namun tiba-tiba William mencegahnya dan memita Luci untuk tetap berjalan tegak.
"Selamat datang tuan, sudah lama anda tidak pulang." ucap seorang wanita tua, dan tentunya jauh lebih tua dari William.
"Apakah keadaan rumah aman?" tanya William tanpa menjawab pertanyaan sebelumnya.
"Emhh sebenarnya ada seseorang yang sedang menunggu anda tuan."
William mengerutkan keningnya, ia tak tau siapa orang yang lancang datang kerumahnya tanpa memiliki janji dengannya.
"Ah ya, kenalkan dia Luci. wanita yang perlu kalian layani seperti kalian melayaniku. Luci ini Ema kepala asisten rumah tangga disini."
"Selamat datang Nyonya Luci, anda begitu cantik. Jika anda membutuhkan apapun katakan saja kepada kami tak perlu sungkan." Ema menyambut Luci dengan hangat.
"Terima kasih, senang bertemu dengan kalian. panggil saja aku Luci."
Sedang asik berbincang, tiba-tiba seorang wanita asing datang. tubuhnya tinggi semampai, rambutnya merah terang mirip sekali dengan rambut Ariel salah satu karakter princess disney, dan tentu saja ia sangat cantik hidung yang runcing dengan warna kulit sedikit coklat semakin menambah nilai plus baginya.
Wajah William mengeras, ia diam tak berkutik saat wanita itu memeluk nya dan mencium pipi kiri serta pipi kanannya.
"Akhirnya kau datang, sudah dua hari aku pulang pergi hanya untuk menemuimu." omongnya dengan nada manja.
"Apa yang sedang kau lakukan disini? huh?" William nampak ketus.
"Tentu saja aku merindukanmu." jawab wanita itu semakin manja.
seluruh asisten rumah tangga yang berada disana mulai bubar meninggalkan situasi yang canggung ini, bahkan Luci sedari tadi hanya berdiri sembari melihat pertunjukan yang membuat matanya sakit.
William melepaskan tangan yang sedang merangkulnya, "Pergi dari rumahku!" William menunjukan jarinya kearah pintu.
"Hmmm, sejak kapan kau bersikap begitu kasar kepadaku?" wanita itu mengelus wajah William hingga kedadanya. "Bukankah dulu kau berjanji akan selalu denganku apapun yang terjadi."
William diam, melihat hal itu semakin membuat Luci bingung mengapa pria itu tidak bersikap kasar atau membentak wanita yang Luci rasa tidak sopan itu. Jika saja nyali Luci lebih besar ingin sekali ia mendorong wanita asing itu sembari mengumpat padanya.
"Oh... apa kau bersikap dingin padaku karena kau sedang bersama gadis kecil ini?" Wanita itu berjalan mendekat kearah Luci.
"Apa yang sedang kau lalukan Maria? Jangan ganggu dia!" William meninggikan suaranya.
"Ternyata seleramu dari dulu tak berubah ya, kau gemar mengoleksi gadis-gadis muda yang nantinya bisa kau jadikan budak." Maria tertawa terbahak-bahak.
Luci tak mengerti apa yang dikatan oleh wanita itu, bahkan William bukannya melerai hanya diam dan kini membuang wajahnya sembari nampak gusar.
Maria menjauhi Luci, kembali mendekati William bergelayutan manja didepan Luci. Bahkan kini Luci sudah kesal namun ia sadar diri tak bisa melakukan apapun.
"Luci pulang lah lebih dulu, aku harus menyelesaikan urusan terlebih dahulu." William menyuruh Luci pulang lebih dulu entah dia sedang mengusirnya secara halus.
"Ta..tapi kau berjanji akan pulang denganku Daddy." Luci menolak untuk pergi ketika seorang pria berkaca mata hitam menarik dirinya.
"Daddy? panggilan yang sangat menggemaskan." Maria nampak meledek Luci dengan tertawa geli.
"Antarkan dia pulang!" Suara William tiba-tiba begitu dingin dan terdengar sangat menyeramkan.
Luci tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya merasa kecewa kepada William setelah apa yang ia perbuat kepadanya selama ini dan siapa sebenarnya wanita berambut merah itu??