NovelToon NovelToon
Hijrah Raya Dan Gus Bilal

Hijrah Raya Dan Gus Bilal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa / Bad Boy
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: sha whimsy

" Kamu adalah alasan kenapa aku mengubah diriku, Gus. Dan sekarang, kamu malah mau meninggalkan aku sendirian?" ujar Raya, matanya penuh dengan rasa kecewa dan emosi yang sulit disembunyikan.

Gus Bilal menatapnya dengan lembut, tapi tegas. "Raya, hijrah itu bukan soal aku atau orang lain," ucapnya dengan suara dalam. "Jangan hijrah karena ciptaan-Nya, tetapi hijrahlah karena Pencipta-Nya."

Raya terdiam, tetapi air matanya mulai mengalir. "Tapi kamu yang memotivasi aku, Gus. Tanpa kamu..."

"Ingatlah, Raya," Bilal memotong ucapannya dengan lembut, "Jika hijrahmu hanya karena ciptaan-Nya, suatu saat kau akan goyah. Ketika alasan itu lenyap, kau pun bisa kehilangan arah."

Raya mengusap air matanya, berusaha memahami. "Jadi, aku harus kuat... walau tanpa kamu?"

Gus Bilal tersenyum tipis. "Hijrah itu perjalanan pribadi, Raya. Aku hanya perantara. Tapi tujuanmu harus lebih besar dari sekadar manusia. Tujuanmu harus selalu kembali kepada-Nya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sha whimsy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gara-gara Mangga

Hari ini adalah hari terakhir Raya dan teman-temannya belajar setelah satu minggu. Hari Senin besok adalah hari pertama ujian akhir sekolah.

Seperti biasa, mereka berkumpul di rumah Fatimah, tempat yang sudah menjadi markas belajar mereka selama seminggu terakhir. Di meja, sudah tersusun berbagai cemilan—keripik, kacang, dan beberapa kotak kue yang Fatimah buat sendiri. Ruangan itu dipenuhi dengan suara tawa dan obrolan ringan.

"Ray, lo udah siap belum? Gue takut nggak bisa tidur nanti malem," kata Aqila sambil membuka sebungkus keripik dan mencoleknya ke dalam sambal kacang.

Raya yang sedang mengulang materi matematika hanya mengangkat bahu. "Siap-siap aja, deh. Gue udah belajar, tapi kalau soal susah, ya tinggal nebak aja," jawabnya sambil tertawa. "Mudah-mudahan bisa lulus tanpa stress!"

Laras yang duduk di samping Fatimah mengangguk setuju. "Bener, Ray. Semua pasti lancar kok. Lo kan udah belajar bareng kita dari minggu lalu, semoga jadi lebih paham," kata Laras, menyemangati temannya.

Fatimah, yang sejak tadi serius membaca buku biologi, akhirnya menatap mereka. "Pokoknya, kita harus percaya sama usaha kita. Kalau udah belajar, tinggal serahin aja ke Tuhan. Jangan lupa istirahat yang cukup malam ini, ya. Jangan kebanyakan begadang," kata Fatimah bijak.

Raya tersenyum mendengar kata-kata Fatimah. "Iya, iya, gue ngerti, Fat. Gue juga nggak mau pusing. Tapi... ada satu hal yang bikin gue bingung. Gue takut bakal blank waktu ujian," keluh Raya.

"Ya, namanya ujian pasti ada sedikit rasa gugup," jawab Aqila. "Tapi kita udah usaha semaksimal mungkin. Tenang aja, udah belajar bareng, kita bisa hadapin bareng juga!"

Raya merasa lebih lega setelah mendengar kata-kata temannya. Mereka semua kembali fokus ke buku masing-masing, meski sesekali diselingi tawa dan candaan ringan.

Hari ini, mereka belajar bukan hanya untuk ujian yang akan datang, tapi juga untuk mengingat betapa pentingnya dukungan teman-teman di masa-masa sulit seperti ini.

Tiba-tiba, pintu rumah Fatimah terbuka dan Bilal muncul dengan senyum lebar, membawa beberapa es balon di tangannya. "Pada mau nggak?" tanyanya sambil menunjukkan es balon yang masih utuh dan berwarna cerah.

"Mauuu!" kata mereka kompak, langsung bersorak melihat es balon yang sudah jadi incaran.

"Ambil satu-satu," kata Bilal membagikan es itu ke adiknya dan teman-teman Fatimah.

"Bagus-bagus, kalian pada semangat ya?" lanjut Bilal, sambil menyerahkan es balon ke Aqila, Laras, dan Raya. "Gimana belajar kalian? Ada yang udah siap buat ujian besok?"

Aqila langsung menyahut sambil menyendok es balon, "Udah lumayan lah, tapi ya gitu, ada beberapa soal yang bikin pusing. Punya trik nggak, Kak?"

Laras ikut menimpali, "Iya, Kak, aku juga agak bingung sama matematika. Mungkin es balon ini bisa bikin otak kita lebih segar buat mikir."

Fatimah yang baru saja selesai mengambil es balonnya tersenyum. "Kalian jangan terlalu khawatir, ujian pasti bisa dilalui asal fokus dan persiapan. Kak Bilal juga pernah bilang, ujian itu cuma soal kesiapan."

Bilal mengangguk setuju. "Iya, bener banget. Jangan terlalu stres. Kalau otak udah penuh, lebih baik istirahat sebentar. Yang penting, percaya diri."

Raya tersenyum mendengar kata-kata Kak Bilal. "Makanya, kita semua butuh es balon ini buat menyegarkan pikiran. Terima kasih, Kak!"

Mereka pun melanjutkan makan es balon sambil ngobrol ringan, Raya diam diam mencuri pandang ke arah Bilal.

Setiap kali matanya bertemu dengan mata Bilal, ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya, berusaha menutupi rasa gugup yang tiba-tiba muncul. Meski di luar Raya tampak santai, hatinya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Bilal yang sedang asyik mengobrol dengan Laras dan Aqila, sesekali melirik ke arah Raya. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Raya, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Entah kenapa, Bilal merasa senang saja setiap kali melihat Raya. Meskipun mereka tak mengobrol banyak, hanya berada di satu ruangan, dia merasa nyaman. Ada rasa hangat yang mengalir setiap kali matanya bertemu dengan mata Raya, meskipun Raya cenderung mengalihkan pandangannya dengan cepat.

Bilal tak tahu apa yang membuatnya merasa seperti itu. Mungkin karena kebersamaan yang sederhana, atau mungkin ada sesuatu dalam diri Raya yang membuatnya merasa dekat, bahkan tanpa perlu banyak kata-kata. Terkadang, hanya berada di dekat orang yang membuat hati tenang sudah cukup untuk membuatnya merasa bahagia.

Saat melihat Raya tertawa ringan bersama teman-temannya, ia merasa ada sesuatu yang membuatnya lebih betah, meskipun hanya sebagai penonton dalam percakapan mereka. Sederhana saja, dia merasa senang karena Raya ada di sana.

Melihat Bilal, muncul ide jahil di benak Raya.

"Aku sayang Kak Bilal," kata Raya tiba-tiba, pelan, dan hanya Bilal yang mendengarnya.

Raya melihat ekspresi Bilal yang terkejut, dan hatinya sedikit merasa puas dengan reaksinya. Dia tahu, kalimat yang ia ucapkan barusan sebenarnya hanya bercanda. Tapi melihat Bilal yang tampak sedikit bingung membuatnya merasa geli.

"Apa?" tanya Bilal lagi, memastikan apakah dia mendengar dengan benar.

Raya tersenyum nakal, menahan tawa, dan menjawab, "Iya, kita kan sahabat, Kak. Jadi wajar dong kalau kita saling sayang. Sahabat sejati itu harus saling mendukung dan peduli, kan?"

Bilal tertawa pelan, meskipun dalam hatinya ada perasaan campur aduk. "Iya, benar juga sih... Sahabat sejati," jawabnya, namun nada suaranya terdengar sedikit ragu.

Dia menyadari bahwa Raya mungkin sedang menggoda atau mengembalikan kata-katanya yang pernah dia ucapkan. Namun, entah kenapa, dia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar "sahabat" yang terucap. Perasaan itu membuatnya sedikit tak nyaman, bahkan meskipun itu hanya sebuah lelucon.

Dia mengalihkan pandangannya dan tertawa ringan, mencoba menghilangkan perasaan aneh yang baru muncul itu. Tapi di dalam hatinya, dia tak bisa menghindari pertanyaan yang tiba-tiba muncul: Apakah yang disebut sahabat itu benar-benar hanya sahabat?

Bilal terdiam sejenak, matanya menatap kosong ke depan. Ia ingat bahwa minggu depan ia akan melangsungkan lamaran dengan Naila, namun ada perasaan tidak nyaman yang mengganjal di hatinya. Ia mulai berpikir, apakah ia harus menceritakan hal itu kepada Raya, yang notabene adalah sahabat dekatnya, atau sebaiknya menunggu setelah Raya selesai ujian?

Di satu sisi, ia merasa seperti ada beban yang harus dibagikan kepada Raya, mengingat kedekatan mereka. Tapi di sisi lain, ia juga tidak ingin menambah beban di hati Raya, apalagi saat ini Raya sedang fokus dengan ujian yang sudah di depan mata.

"Apakah dia akan mengerti?" pikir Bilal. "Apakah dia akan kecewa atau bahkan marah?"

Ia menghela napas panjang, mencoba meyakinkan diri. Mungkin, yang terbaik adalah memberitahukan Raya setelah ujian selesai, saat keadaan sedikit lebih tenang. Bilal berharap bisa menjaga persahabatan mereka, meskipun perasaan itu semakin berat untuk dipendam.

Bilal merasa semakin tertekan. Ia mulai merenung, mengingat bagaimana Raya sering kali memperlakukannya dengan cara yang berbeda. Ada sesuatu dalam tatapan mata Raya yang membuatnya berpikir bahwa mungkin Raya menyimpan perasaan lebih dari sekadar persahabatan kepadanya.

"Apakah dia sudah sadar dengan perasaannya?" pikir Bilal. "Apakah dia benar-benar hanya melihatku sebagai sahabat, atau aku yang salah paham?"

Bilal memijat pelipisnya, berpikir keras. Ia tahu kalau Raya adalah sosok yang sangat tertutup dan jarang menunjukkan perasaannya secara langsung, tetapi cara Raya berbicara dan sikapnya kadang membuatnya merasa ragu. Bagaimana jika selama ini dia tanpa sadar sudah memberi harapan pada Raya?

Minggu depan adalah momen yang sangat penting bagi Bilal, namun ia tak bisa menahan rasa cemas itu. Ia takut jika menyampaikan kabar tentang lamaran dengan Naila, Raya akan merasa terluka atau bahkan menjauh. Namun, di sisi lain, ia juga tahu bahwa kejujuran adalah hal yang paling penting dalam persahabatan mereka.

"Apa yang harus aku lakukan ya Allah..?" Bilal bergumam, semakin bingung.

Sudah jenuh dengan belajar, tiba-tiba Aqila melihat pohon mangga di halaman rumah Fatimah.

“Itu mangga yang mengkal-mengkal boleh diambil nggak?” tanyanya.

“Boleh, ambil aja,” jawab Fatimah.

“Wah, pasti enak tuh! Metis yuk!” ajak Laras bersemangat.

“Tapi harus pakai apa ngambil nya ya,” kata Fatimah sambil tersenyum kecil.

“Nih, Raya aja yang manjat, ya kan, Ray?” ucap Aqila sambil menaikkan alisnya ke arah Raya.

"Ih, kenapa gue yang disuruh manjat? Lo aja sana, yang punya ide!" balas Raya sambil pura-pura cemberut.

Aqila tertawa kecil sambil menjawab, "Yah, lo kan yang paling tinggi di sini, Ray! Jadi, lebih gampang buat lo ambil tuh mangga."

Raya menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. "Ya udah, tapi kalian tangkapin kalau jatuh, ya! Jangan sampai sia-sia."

Dengan cekatan, Raya mulai memanjat pohon mangga itu, sementara teman-temannya bersiap di bawah, menunggu mangga-mangga mengkal yang siap dipetik. Mereka tertawa sambil memandangi Raya yang sesekali mengeluh saat tersandung dahan atau terkena daun.

Di sela-sela kegembiraan itu, Bilal kembali memperhatikan Raya dari jauh. Ada sesuatu yang berbeda dalam cara ia memandang Raya kali ini—mungkin karena menyadari bahwa minggu depan akan menjadi titik balik besar dalam hidupnya. Perasaan yang rumit terus mengganggu pikirannya, namun ia tetap menahan diri untuk tidak merusak suasana kebersamaan yang hangat itu.

"Rayaaa! Jangan ambil yang kecil, yang gedean dong!" teriak Aqila sambil tertawa, memandangi Raya yang terlihat serius memilih mangga.

Raya melirik ke bawah dengan tatapan penuh ejekan. "Lo pikir gampang, ya? Nih, tuh ambil sendiri kalau mau yang gede!" katanya sambil menjatuhkan satu mangga dari atas pohon. Teman-temannya langsung bersorak gembira, berebut menangkap buah itu.

Namun, tanpa sengaja mangga yang Raya jatuhkan mengenai kepala Bilal, yang baru saja keluar dari rumah sambil membawa minuman untuk mereka. Bilal terkejut dan sedikit meringis sambil mengusap kepalanya.

"Eh, aduh! Maaf, Kak Bilal!" Raya langsung turun dari pohon dengan wajah panik, khawatir kalau Bilal akan marah. Namun, karena terburu-buru, kakinya tersangkut di salah satu ranting, membuatnya hilang keseimbangan dan terjatuh ke bawah.

Dengan sigap, Bilal menangkap tubuh Raya sebelum sempat menyentuh tanah. Terkejut, Raya terdiam sejenak di pelukan sahabatnya itu. Mata mereka saling bertemu, dan keduanya terlibat dalam tatapan yang dalam.

"Ehem," Fatimah berdehem, mencoba menyadarkan kakaknya dan temannya itu dari momen canggung tersebut.

Raya buru-buru melepaskan diri sambil tersipu, sementara Bilal hanya tersenyum tipis, berusaha bersikap tenang. "Lain kali hati-hati, Ray. Kalau butuh bantuan, tinggal bilang," ujarnya dengan nada lembut.

Raya mengangguk, menghindari tatapan teman-temannya yang tersenyum penuh arti.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!