Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Berikutnya Di Villa
"Aku ingin kita bersatu lagi Mika dan berbaikan kembali. Aku menyesal atas apa yang telah aku perbuat waktu itu." Zaki memohon pada Mika yang masih fokus menatap kobaran api unggunnya.
"Yakin?" Tanya Mika sedikit menoleh kearah Zaki.
"Yakin Mika, aku benar-benar serius ingin memperbaikinya." Zaki terus memohon pada Mika.
Mika menghembuskan napasnya dengan panjang.
Malam ini memang ia harus mengambil keputusan.
Karena ia berusaha untuk menerima tentang perjodohan dengan Ali, namun ternyata Ali malah memilih Janice untuk di jadikannya pasangan hidup.
"Lihat nanti ya, aku belum bisa kasih jawaban malam ini. Yang jelas aku sudah maafkan kamu. Aku harap ucapan kamu tentang nggak akan mengulanginya, memang benar-benar dari hati kamu." Jelas Mika kembali.
"Iya nggak apa-apa Mika, aku tunggu jawaban kamu." Sahut Zaki dengan sedikit lega.
Semoga apa yang menjadi keinginannya untuk bersatu kembali dengan Mika, segera Mika kabulkan.
"Ya sudah, aku istirahat dulu ya, sudah malam juga. Nanti kita obrolin lagi kalau aku sudah sampai Jakarta." Ucap Mika yang langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Oke Mik." Jeda. "Bolehkah aku memelukmu Mik? Aku kangen banget sama kamu." Zaki langsung mendekat ke tubuh Mika.
Mika mengangguk dengan pelan tanda mengiyakan.
Akhirnya malam ini Zaki dapat memeluk Mika kembali dengan hangat.
Ali yang sedang memantau dari jauh tampak gusar, ia tidak ingin Mika jatuh ke pelukan Zaki kembali.
Karena kejadian tempo hari yang membuat Mika hilang harga diri dan masa depannya.
"Sudah kak, nggak enak kalau dilihat sama teman-temanku." Mika melepaskan pelukan dari Zaki.
Zaki pun melepaskan pelukannya, dan melemparkan senyuman manisnya kepada Mika. Mika pun membalasnya.
"Aku masuk ya." Ucap Mika.
"Iya tidur yang nyenyak ya, Mik." Sahut Zaki.
Mika mengangguk dan masuk kedalam Villa serta menguncinya.
Ia langsung masuk kedalam kamar yang sekamar dengan Diva.
Zaki pun kembali dan masuk kedalam Villa nya.
Ali memperhatikan dari jauh temannya itu memasuki Villa yang tidak jauh dari Villa nya.
*
Ting!
Ponsel Zaki bunyi tanda pesan. Saat dilihat ternyata dari Alexa.
(Alexa: Enak ya dingin-dingin begini bisa berpelukan. Jadi pingin)
Zaki yang membaca pesan dari Alexa langsung membalas pesan nya.
(Zaki: Jangan mancing-mancing deh. Nanti kewalahan lagi)
(Alexa: Hahahaa siapa takut? Cuacanya juga mendukung banget nih. Kakak kan nggak tahan dingin)
(Zaki: Hmmm, jangan ngeledek ya)
(Alexa: Memang iya kan? Nggak tahan dingin. Enaknya ya main hangat-hangatan)
(Zaki: Yakin mau?)
(Alexa: Ayo boleh, tapi tunggu semua tidur dulu ya, kakak Villa nomor berapa?)
(Zaki: Nomor 7)
(Alexa: Okay, dibuka saja kunci pintu nya. Biar aku langsung masuk nanti)
Alexa memang benar-benar cari perkara.
Dalam keadaan begini masih saja membuat masalah menantang Zaki untuk berbuat hal - hal yang tidak diinginkan.
Ali masih bersantai di gazebo depan Villa nya.
Villa Ali bernomor 2 jadi untuk melihat situasi sangat akan terlihat samar-samar.
Selang beberapa menit, penghuni Villa nomor 10 telah tertidur dengan pulas. Yang berisikan Mika dan kawan-kawan.
Alexa menyelinap keluar dari Villa nya.
Ali yang sedang fokus memainkan ponselnya sedang mengirim pesan dengan Janice langsung terkejut melihat Alexa keluar dari Villa.
Alexa mengendap-endap berjalan menuju Villa bernomor 7.
Ali terus memperhatikan nya.
Muncul dalam benaknya dan bertanda tanya Alexa mengapa berjalan ke arah kamar Zaki?
"Dia ngapain jalan ke arah kamar Zaki?" Gumam Ali tampak penasaran. Ia terus memantau Alexa.
Alexa masuk kedalam villa bernomor 7 dan segera menutup pintu serta mengunci nya.
Ali memantau selama lima belas menit, dua puluh menit dan pada menit ke tiga puluh Ali penasaran langsung berjalan menuju Villa dimana di dalam nya ada Zaki dan Alexa.
Ia mengintip dari jendela bagian depan namun tidak terlihat aktivitas antara Alexa dan Zaki.
Ali bertanya-tanya sedang dimana mereka berdua ini.
Apa jangan-jangan mereka ada di kamar?
Ali berjalan memutar lalu kini berada pada sisi samping villa Zaki.
Dari balik jendela ada sedikit celah tirai tipis yang bisa menebus aktifitas didalam nya.
Ali memperhatikan sedang apa mereka berdua.
Sontak, Ali terkejut ketika melihat tubuh Zaki berada diatas tubuh Alexa yang sedang menindihnya dengan menggenjot tubuh Alexa.
Mata Ali melotot dengan mata membulat besar.
Segera ia meraih ponselnya yang berada di dalam saku celananya.
Dari balik tirai yang sedikit tersingkap Ali mendokumentasikan aksi bejat Zaki dan Alexa.
"Ahhhhhh." Desah keduanya yang sangat jelas terdengar pada indera pendengaran Ali.
Cukup hanya durasi lima menit Ali memvideokan aksi keduanya untuk menjadi bukti akuratnya.
Kemudian ia berjalan mundur dan segera masuk ke dalam Villa nya.
Ia langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur dan masih terbayang sangat jelas aksi antara Zaki dan Alexa.
"Ternyata mereka selingkuh dibelakang Mika, awas kalian. Tunggu tanggal mainnya!!" Gumam Ali dengan sewot.
Mulai sekarang ia akan berusaha untuk menjauhkan Mika dari Zaki.
Jangan sampai Mika benar menjadi pasangan hidup Zaki.
Zaki bukan lelaki yang baik untuk Mika.
***
Ting!
Ponsel Mika bunyi ada pesan dari Ali.
(Ali: Mika, kamu pulang kapan?)
Tanya Ali pada Mika.
Mika yang sedang memasak mie instan langsung membalas pesan dari sepupunya.
(Mika: Besok)
(Ali: Kamu lagi apa?)
(Mika: Lagi masak mie)
(Ali: Ohh oke, kalau mau pulang kabari ya. Takutnya aku lagi pergi. Soalnya kunci rumah aku bawa)
(Mika: Iya)
Hari sudah petang. Zidan dan Juna mulai menyalakan api unggun untuk penghangat malam hari.
Ini adalah malam ketiga, dan mereka besok sudah harus kembali ke Jakarta.
Sedangkan untuk Zaki sudah pulang pada pagi hari karena ia ada dinas dadakan.
Untuk Ali masih tetap stay karena untungnya ia sudah izin selama beberapa hari.
Malam ini Ali masih memantau aktifitas Mika dan kawan-kawan.
Terlihat dari pandangan Ali, mereka sedang membakar jagung dan barbequean.
Mika begitu senang liburan dengan teman-temannya.
Namun ia tidak mengetahui bahwa salah satu temannya telah berkhianat.
Andai Mika tahu, pasti Mika akan sangat benci dan menjauhinya.
Ali memperhatikan mereka dengan menyeruput secangkir kopi.
Terlihat semuanya bernyanyi-nyanyi dengan riang.
Hingga malam sampai pukul jam dua belas.
Satu persatu masuk kedalam karena tidak tahan dengan hawa dingin.
Dimulai dari Amira yang tidak bisa menahan kantuknya.
Lalu disusulah Diva karena memang cuaca teramat dingin.
"Mik, kamu nggak ngantuk?" Tanya Alexa sambil minum teh panas.
"Duluan saja Lex, aku masih mau di depan api unggun." Sahut Mika.
"Sebentar lagi deh menghabiskan teh dulu baru aku masuk." Jawab Alexa.
"Lex, semalam Lo kemana?" Tanya Juna mulai curiga karena semalem sekilas ia melihat Alexa keluar dari Villa.
"Semalam? Nggak kemana-kemana. Ada kok di kamar!" Sahut Alexa mulai panik.
"Gue lihat sendiri, Lo keluar Villa. Cuma karena Gue mengantuk dan kedinginan makanya Gue nggak ikuti Lo." Jelas Juna.
Zidan dan Mika saling berpandangan melihat Alexa.
Karena Alexa terlihat sedang menutupi sesuatu.
"Lexa tidur sambil jalan kali Jun." Sahut Mika agar pembicaraan nya selesai.
"Iya kali tuh, kan ada tuh orang kalau tidur suka sambil jalan." Timpa Zidan.
"Iya mungkin aku tidur sambil jalan, soalnya aku nggak merasa. Hehehe.." Jawab Alexa sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Iya kali ya." Imbuh Juna.
"Ya sudah aku masuk dulu ya, sudah mulai mengantuk nih." Alexa mengalihkan pembicaraan nya dan menghindar agar tidak ada lagi pertanyaan yang membuatnya ambigu.
"Okay Lex, aku nanti saja. Masih mau hangatkan badan." Sahut Mika kemudian.
"Gue juga dah, mau sekalian packing buat besok check out. Biar nggak terburu-buru." Juna juga menambahkan dan segera berdiri lalu masuk ke dalam kamarnya.
Tinggalah Mika dan Zidan yang masih di depan api unggun.
Zidan merapatkan tubuhnya dengan jaketnya, karena cuaca sangat dingin.
Ia menggeserkan tubuhnya mendekat ke Mika.
"Kamu sudah packing Mik?" Tanya Zidan memulai pembicaraan.
"Belum kak, besok pagi saja." Jawab Mika yang masih memainkan kayu bakar untuk ia lempar ke dalam api.
"Hmmm.. Semalem cowok kamu kok tahu kalau kamu disini?" Tanya Zidan.
"Nggak tahu tuh siapa yang kasih tahu. Tiba-tiba saja datang kesini." Sahut Mika dengan enggan membahas Zaki.
"Mungkin dia melacak dari nomor kamu kali Mik."
"Entahlah kak, aku juga nggak tahu." Pandangan Mika tetap menatap ke arah api dan tampak melamun.
"Mika." Panggil Zidan.
Mika langsung menoleh.
"Iya kak." Sahutnya.
"Hmmm boleh aku jujur tentang hatiku?" Ucap Zidan dengan perlahan supaya Mika tidak kaget.
"Kenapa?" Tanya Mika.
"Aku sayang sama kamu Mik, mau kah kamu menjadi pacarku?"