setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Pagi harinya Zahira membuka mata dan mendapati sebelah nya sudah kosong. Lalu mengubah posisinya menjadi terlentang. Zahira menatap langit-langit kamar nya dengan pandangan kosong.
Semacam dia memiliki sebuah ingatan yang janggal. Membuat Zahira kembali mengingat kejadian semalam.
Wanita itu merasa memimpikan sesuatu yang indah. Dia berfikir semua perkataan yang Amran berikan semalam adalah sebuah mimpi. Termasuk kata-kata manis mengenai akan menjauhi Amel.
Zahira menarik nafas panjang, andai saja semua itu bukanlah sebuah mimpi mungkin Zahira akan mempertimbangkan untuk berdamai dengan Amran.
Lamunan itu terhenti dikarenakan suara ponselnya. Ada pesan masuk. Zahira bangkit lalu membukanya. Ternyata dari Rani yang menanyakan kabarnya.
Semua perhatian itu pasti karena semalam dia bersedia pulang bersama dengan Amran. Rani pasti sangat senang karena Zahira tau, ibunya tidak mendukungnya meminta cerai.
Namun ada sesuatu yang menarik penglihatan nya. Di jari manisnya terdapat sebuah cincin kawin miliknya.
Hal ini sontak membuat Zahira kembali mempertanyakan kejadian semalam itu mimpi atau bukan.
Samar-samar terlintas beberapa ingatan bahwa Amran memang memakaikan cincin kawin di jarinya sesaat setelah dia menerima ajakan Amran berdamai.
" apa semalam bukan mimpi?" lirih Zahira sambil terus menatap ke arah jari manisnya.
Tak ingin berlama-lama mempertanyakan hal ini, Zahira langsung menuruni ranjang dan bersiap untuk pergi.
Saat semuanya selesai, wanita itu turun ke lantai bawah. Pelayan segera menawarkan sarapan. Di rasa tidak akan ruginya, toh Amran pasti juga sudah berangkat ke kantor. Dia tidak akan bertemu dengannya di sini.
Akhirnya Zahira bersedia sarapan.
" nyonya, kami sangat senang sekali bisa melihat anda kembali" salah satu pelayan memberanikan diri berbicara dengan Zahira.
" setelah ini aku tetap akan pergi dari kediaman ini" timpal Zahira dengan senyum tipis.
" Tuan mengatakan jika nyonya bersedia berdamai. Bahkan saat ini sedang mengurus pengobatan adik anda"
Zahira mengernyitkan keningnya. Ini mengartikan jika semua perkataan Amran semalam adalah nyata. Dia berjanji tidak akan menemui Amel lagi dan mereka akan memulai kehidupan baru.
" Tuan juga berpesan jika mulai sekarang harus menyiapkan bahan makanan yang berkualitas karena nyonya sedang program hamil" lanjut pelayan itu membuat dada Zahira semakin berdebar-debar.
Senyuman senang langsung terukir di wajah wanita itu.
" suruh sopir bersiap ke rumah sakit " ucap Zahira cepat. Dia lebih baik menemui Amran secara langsung dan memastikannya sendiri.
" baik nyonya" pelayan itu melenggang pergi dengan segera.
Zahira memegang dadanya yang masih bergetar. Jadi benar Amran akan melepaskan Amel demi dirinya. Lalu tangan itu berpindah ke area perutnya.
Sudah lama sekali Zahira menginginkan bayi di rahimnya. Sejak menikah Amran selalu mengingatkan untuk rajin meminum obat agar dirinya tidak hamil.
Dengan dalih belum siap, Zahira yang penurut tentu saja tidak berani membantah. lalu semalam Amran dengan penuh perhatian nya menginginkan anak darinya. Sungguh Zahira merasa begitu tak percaya.
Di dalam mobil rolls royce hitam, Zahira tidak sabar bertemu dengan Amran. Dan menanyakan langsung pada suaminya.
begitu sampai, tujuan utamanya adalah bangsal Arfan. namun belum juga sampai di bangsal. Dari kejauhan terlihat Amran yang sedang berbincang dengan Dokter Bam di lorong rumah sakit.
Zahira seketika mempercepat langkahnya.
" Dokter, bagaimana keadaan Arfan? " tanya Zahira memotong pembicaraannya.
Amran langsung menoleh dan menatap ke arah istrinya. Tangannya dengan cepat merangkul pinggang Zahira dan memanggilnya pelan " Zahira, kau sudah datang.. "
Zahira mengangguk dan kembali menatap ke arah Dokter Bam.
" saudara Arfan memiliki perkembangan yang bagus. Semuanya normal dan tinggal menunggu pendonor saja maka beberapa waktu lagi akan bisa dilakukan transplantasi "
Sungguh kabar ini adalah kabar baik yang di tunggu Zahira sejak lama. Dengan penuh syukur Zahira menatap Amran yang juga ikut tersenyum senang. Lelehan air matanya tak kuasa terbendung.
" terima dokter, terima kasih banyak " Zahira menjabat tangan Dokter Bam sedikit lebih lama dan erat.
setelah Dokter Bam pergi, bukannya masuk ke bangsal. Zahira mengajak Amran pergi ke taman rumah sakit. Wanita itu sedang meminta kejelasan apa benar yang dia dengar semalam bukanlah sebuah mimpi.
" kenapa kamu mengajakku kemari?" tanya Amran setelah mereka duduk berdampingan di kursi taman.
Zahira menunjukkan jarinya yang terdapat cincin sambil bertanya. " semalam apa kamu yang memakaikan cincin ini?"
" tentu saja. Apa kamu tidak ingat? "
" kurasa setelah bercerai benda ini... "
" tunggu, bukankah semalam semua masalah sudah selesai. Kita tidak lagi membicarakan perceraian Zahira. Apa kamu melupakan nya juga?" Amran terdengar tidak terima. Dia ingat betul Zahira mengangguk saat dia menawarkan perdamaian.
Zahira menatap wajah Amran yang tidak terima. Dia menatapnya agak lama dan tanpa bicara apapun.
membuat Amran ikut terdiam menunggu jawaban dari istrinya.
" aku hampir mempercayai jika semua perkataan mu adalah mimpi. Selama ini kamu tidak pernah berbicara begitu lembut padaku, Amran. Lalu semalam.."
Amran memegang tangan Zahira dengan lembut lalu membawa nya ke dadanya.
" semua itu adalah benar Zahira. Aku ingin kita memulai kembali pernikahan ini. Kali ini aku tidak akan mengecewakan kamu lagi" Balas Amran penuh dengan keyakinan.
Lelaki itu entah belajar dari mana bersikap begitu romantis seperti ini. Dia hanya mengikuti insting nya demi meluluhkan hati Zahira. Sejak mengetahui kelemahan Zahira, lelaki itu akan mengunakan alasan yang sama untuk menaklukkan Zahira.
" kamu tidak sedang berbohongkan Amran?"
" tidak Zahira "
Lebih tepatnya ' tidak salah' . Amran memainkan peran nya dengan sangat baik tidak ada cela.
Kembali lagi lelehan air mata Zahira keluar lagi. hari ini begitu banyak hal baik yang terjadi di kehidupan Zahira. Wanita itu lalu memeluk Amran dengan penuh suka cita. Rumah tangga terselamatkan sementara.
Setelah saling memaafkan, Amran menerima telpon sedang Zahira masih menemani Arfan dan Rani di dalam Bangsal.
" Pak Amran, saat ini Nona Amel mengalami serangan lagi. Dan kasus pak Remon mulai masuk ke persidangan." ucap Sekertaris Erisa dari sebrang.
Amran menarik nafas panjang, barusaja dia berbaikan dengan Zahira. tidak mungkin dia meninggalkan wanita itu secepatnya ini.
" kau tangani dulu masalah Amel. dan untuk Remon aku akan menghubungi pengacaranya setelah ini"
Meskipun hatinya masih tidak tenang karena dia belum bisa memutuskan hubungan dengan Amel. Amran tetap harus menyembunyikan hal ini dari Zahira. Setidaknya beberapa hari ini dia harus menampilkan bahwa dia tidak berhubungan lagi dengan urusan Amel.
" hari sudah siang, biarkan Arfan beristirahat terlebih dahulu. " Amran berniat untuk segera kembali.
" iya, Amran benar. Kalian pulanglah" Rani ikut menimpali.
Akhirnya pasangan itu kembali ke Villa Renaldi.
Hari ini Amran memang sengaja pergi ke kantor setelah makan siang bersama dengan Zahira. Dia menghindari beberapa urusan yang berkaitan dengan Remon.
Meskipun tidak tulus merayu Zahira, Amran memang ikut senang Zahira bisa kembali menjadi nyonya Renaldi kembali.
Hanya Zahira yang bisa membuat Amran begitu menikmati malamnya. Tidak salah, Zahira memang wanita cantik dengan tubuh yang menarik.