Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekamar
Pulang sekolah Airin ingin mampir ke kedai langganannya.
Dia ingin membeli martabak mini kesukaannya. Karena selama ini dia selalu pergi kesana jika selesai sekolah.
Tapi sekarang dia bingung untuk pergi kesana. Karena dirinya saat ini sedang pulang bersama Assandi.
Dia takut untuk meminta tolong Assandi mengantarnya mampir membeli martabak.
Karena pasti suaminya tidak mau dan akan marah kepadanya. Airin tidak ingin membuat perubahan mood Assandi menjadi buruk.
Sudah cukup hanya perasaannya saja yang buruk. Dia tidak ingin suaminya merasakannya.
Tin...
Tin...
Tin...
Assandi membunyikan klakson mobilnya agar dibukakan pintu gerbang.
Mereka sudah tiba di rumah Kakek Leo dan segera keluar menuju kamar masing-masing.
Saat mereka akan memasuki kamar masing-masing. Suara kakeknya membuat mereka beruda terkejut.
Karena sang kakek sudah duduk manis di kursi pepustakaan dengan pintu terbuka lebar.
Sehingga bisa melihat siapa yang datang dan naik ke atas tangga.
Kakek Leo menatap tajam Airin dan Assandi, "Kenapa kalian masuk ke kamar terpisah?"
Airin dan Assandi terkejut, mereka lupa jika kakeknya belum tahu bahwa selama ini mereka tidak pernah se kamar.
"Kenapa diam saja?"
Airin dan Assandi saling menatap, mereka bingung harus menjawab apa dengan kakeknya.
Kakek Leo berjalan menghampiri mereka, "Jangan dikira kakek tidak tau ya, kalau kalian di rumah sana juga tidak pernah sekamar."
"Em, ma-maaf kek. Bukannya tidak pernah, kebetulan kemarin Airin sedang sakit. Aku tidak ingin mengganggunya." Bohong Assandi.
Kakek Leo menatap tajam ke arahnya, "Jangan bohong kamu Assandi, bilang aja kamu tidak mau sekamar dengan Airin kan?"
Assandi kewalahan harus menjawab apa dengan kakeknya.
"Em, kek, jangan marah. Yang diucapkan Mas Sandi benar kok kek."
"Karena aku masih ingin sendirian, tidak mau diganggu oleh siapapun. Termasuk suamiku sendiri." Bohong Airin.
Kakek Leo mengamati wajah Airin sangat lekat. Dia ingin mencari kebenaran di mata perempuan itu.
Tapi nihil, Airin juga melakukan kebohongan untuk membela Assandi. Kakek Leo bisa melihatnya.
"Em, sekarang kita sudah se kamar kok kek." Kikuk Assandi.
Dia meringis menatap Kakeknya sambil memeluk pinggang Airin.
Perempuan itu terkejut karena Assandi menyentuhnya untuk pertama kali.
"Ya kalau sudah se kamar, kenapa kamu mau masuk ke kamar itu." Tunjuk kakeknya.
Assandi menoleh ke kamarnya, dia tersenyum lembut ke kakeknya.
"Kek, meskipun aku sudah se kamar dengan Airin. Apa aku tidak boleh masuk ke kamarku itu?"
Kakek Leo menghela napas pelan, "Boleh, boleh saja, tapi itu membuat kakek curiga."
"Sudahlah kek, jangan berfikir yang macam-macam. Aku sama Airin masuk kamar dulu."
Assandi dengan cepat membuka pintu kamar Airin dan menarik tubuh perempuan itu.
Mereka sekarang sudah di dalam kamar Airin dengan perasaan canggung.
"Em, mas, lebih baik kamu disini dulu tidak apa-apa. Sampai kakek turun dan ke kamarnya, barulah kamu masuk ke kamar itu."
"Itu juga yang sudah aku rencanakan." Balas Assandi sambil berjalan duduk di sofa.
Dia merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan sepatu masih melekat di kakinya.
"Kamu tidur di ranjang tidak apa-apa mas, aku yang akan tidur di sofa itu."
"Nggak usah, aku hanya ingin istirahat sebentar. Kamu kalau mau ganti baju sana, bergantilah."
Airin mengangguk pelan kemudian menuju lemarinya mengambil beberapa pakaian.
Kemudian dia memasuki kamar mandi dengan perasaan bergetar. Hatinya merasa senang karena Assandi sekarang ada di kamarnya.
Ini pertama kalinya mereka berdua sekamar selama tiga tahun menikah.
Karena setelah pernikahan, Airin ikut tinggal dengan mertuanya. Sehingga dia dan Assandi tidak diizinkan mertuanya untuk tinggal sekamar.
Apalagi saat itu Assandi sangat dingin dan cuek kepadanya. Dia masa bodoh dengan kehidupan Airin yang tinggal di rumah orang tuanya.
Apalagi mau Airin tidur dimana, Assandi tidak pernah mempermasalahkannya. Tapi hanya satu yang Assandi tidak suka.
Yaitu dia tidak ingin Airin memasuki kamar pribadinya. Karena dia sangat sensitif jika ada orang asing memasuki kamarnya.
Assandi bangun dari rebahannya mencari tas sekolahnya. Dia celingukan kesana kemari mencari keberadaan tasnya itu.
Assandi mengobrak abrik bantal dan guling Airin. Begitu juga boneka yang tersusun rapi di atas ranjang.
Dia baru teringat jika tasnya masih di mobil belum dia bawa masuk. Assandi berjalan menuju pintu, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat ponsel Airin muncul notif alarm.
Assandi mengeryit bingung menatap ponsel itu, karena ini belum jam tidur malam. Tapi sudah ada notifikasi alarm yang biasa digunakan untuk bangun tidur.
Dia meraih ponsel Airin dan melihat nama alarm yang berbunyi.
"Martabak mini depan bundaran mall." Gumamnya.
Dia menggeser layar ponsel Airin yang kebetulan tidak dikunci. Assandi melihat note pada ponsel itu yang berisi keinginan Airin hari ini.
Istrinya itu menginginkan martabak mini di bundaran mall kota. Kemudian dia ingin minum milkshake strawberry sambil menonton film.
"Ckck, seperti ini aja dia buat agenda?" Assandi terkekeh kecil.
Cklek...
Suara pintu kamar mandi terbuka, tetapi hanya menampilkan wajah Airin disana.
"Mas Sandi." Panggil Airin.
Assandi menoleh menatap Airin, "Kamu ngapain begitu?"
"Hehe, aku lupa tidak bawa pakaian dalamku."
"Terus?"
"Aku minta tolong boleh ambilkan di lemari paling pojok sana?" Tunjuk Airin.
Assandi menghela napas kesal, "Ambil sendiri kenapa!! Kamu punya kaki, punya tangan kenapa nggak jalan sendiri kesana!!" Bentak Assandi.
Airin menunduk kaget, "Ma-maaf mas, aku malu jika ingin kesana."
"Malu kenapa? Tinggal kesana saja apa susahnya."
Airin memegang erat handuknya, dia merasa sedih Assandi membentaknya seperti itu.
Akhirnya dia membuka pintu kamar mandi lebar-lebar menampilkan tubuhnya yang putih mulus hanya dengan balutan handuk di atas lutut.
Assandi terkejut menatap tubuh Airin yang sangat menggoda imannya. Dia menelan ludahnya menatap tubuh itu dari bawah hingga atas.
"Ma-maaf mas, aku mau ambil bajuku dulu."
Airin berjalan cepat menuju lemarinya, saat akan kembali ke kamar mandi. Kakinya tiba-tiba terpeleset di depan Assandi.
Laki-laki itu segera menangkap tubuh Airin agar tidak terjatuh di lantai. Airin dengan reflek melepas pegangan handuknya dan mengalungkan tangannya di leher Assandi.
Handuk yang melekat di tubuh Airin terlepas sehingga menampilkan lekuk tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Membuat laki-laki itu terkejut dan menjerit bersamaan.
"Aaaaaaaaa."
"Aaaaaaaa."
Assandi melepaskan tangannya yang menyangga tubuh Airin. Sehingga perempuan itu jatuh ke lantai membuat tubuhnya kesakitan.
"Aaawwww." Rintihnya.
Assandi mengepalkan kedua tangannya sangat geram. Dia segera keluar kamar menuju mobil untuk mengambil tasnya.
Hingga dia melupakan ponsel Airin yang masih digenggamnya.
Airin segera bangun dan berlari menuju kamar mandi. Dia memunguti pakaiannya untuk segera di kenakan.
Dirinya sangat malu jika teringat kejadian barusan. Apalagi tubuhnya tidak dibalut pakaian satupun.
"Aaaaa, kenapa aku ceroboh sekaliiiii."
Airin memukul pelan kepalanya, dia bingung harus bersikap apa jika bertemu dengan Assandi.
Karena dia sudah mempermalukan dirinya sendiri di depan Assandi.
Airin takut suaminya itu akan menganggap dirinya sebagai apa karena sudah mempertontonkan tubuh indahnya.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍