NovelToon NovelToon
Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Balas Dendam / Single Mom / Janda / Crazy Rich/Konglomerat / Dendam Kesumat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.

Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.

Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?


Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

"Ayo bangun, sudah siang!" kata Ratna membangunkan putrinya yang masih terlelap tidur.

"Sebentar lagi Ma. Lima menit lagi"

"Mama membuat sandwich daging asap kesukaanmu. Tanpa sayur dan bawang" rayu Ratna di telinga putrinya.

"Mamaaaaa. Iya ... Iya, aku bangun" rengek Tia membuat Ratna tersenyum. Meski sudah hampir tujuh belas tahun, putrinya itu sangat manja. Tapi dia tidak pernah merasa jengah pada tingkah manja putrinya.

Ratna membuat sandwich daging asap di dapur lalu menanti putrinya datang. Tapi sampai sandwich itu dingin, tidak ada yang keluar dari kamar putrinya. Tidak ada putri cantiknya yang memakai seragam sekolah duduk di depannya. Ratna hanya sendiri duduk di ruang makan. Menanti seseorang yang sebenarnya telah tiada.

Dua piring sandwich itu berakhir utuh di atas meja. Tidak tersentuh.

Di kantor pemerintahan daerah, tempat Ratna bekerja.

"Ratna, apa benar kau tidak apa-apa?" tanya atasan di tempat Ratna bekerja.

"Saya tidak apa-apa, Pak" jawabnya.

"Kalau kamu membutuhkan lebih banyak waktu untuk beristirahat, aku bisa membuat cuti khusus untukmu. Jangan khawatirkan tentang pekerjaan"

"Saya tidak bisa sendirian di rumah, Pak. Lebih baik saya bekerja daripada harus berada di rumah"

Mendengar alasan Ratna, atasannya tidak bisa lagi bicara.

Ratna kembali duduk di belakang meja dan mulai mengerjakan berkas yang tertumpuk dari seminggu lalu.

"Ratna, ini teh hangat" ucap Yani lalu memberikan segelas teh yang masih mengeluarkan uap panas.

"Terima kasih"

Tak lama, temannya yang lain memberikan kue basah atau biskuit pada Ratna. Mungkin ini akan tampak seperti Ratna sedang dikasihani. Tapi ternyata dia terharu mendapatkan perlakuan seperti ini. Hatinya terasa hangat dengan perhatian semua orang yang mengenalnya.

Sesuai jam makan siang, Ratna menghubungi nomor Bu Galih.

"Halo, Bu Galih!" sapanya.

"Bu Ratna! Bagaimana kabar Bu Ratna?"

"Saya ... Baik. Bagaimana tentang kasus putri saya Bu?" tanyanya segera karena tidak sabar menunggu lagi. Ini sudah seminggu sejak kematian Tia. Harusnya sudah ada kemajuan sejak dua hari lalu.

"Bagaimana kalau sore nanti Bu Ratna datang ke kantor?"

"Apa pelakunya sudah tertangkap?" tanya Ratna antusias.

"Ada titik terang Bu Ratna. Nanti saya jelaskan di kantor"

Ratna merasa senang sekali. Akhirnya, orang yang bertanggung jawab atas kepergian mendadak putrinya tertangkap. Dia tidak sabar untuk melihat bagaimana rupa para penjahat itu.

Segera setelah pulang kerja, Ratna pergi ke kantor polisi. Dia berjalan ke ruangan Bu Galih tapi langkahnya terhenti. Ketika melihat Bu Galih sedang berdebat dengan polisi lain di ruangan yang berbeda. Kelihatannya perdebatan yang sengit karena suara keduanya terdengar sampai keluar ruangan.

"Kamu itu memang sembarangan!!"

"Pak. Ini adalah yang harus kita lakukan!"

"Apa kamu tidak tahu siapa orang tua dua anak itu?"

"Pak. Mereka melanggar hukum. Harus segera dihukum"

"Keputusanmu untuk menahan mereka disini sampai berkas siap itu salah besar!!"

"Bagaimana kalau mereka kabur, Pak. Bapak tahu sendiri orang tua mereka mampu melakukan apapun"

"Kamu!!!"

"Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan Pak. Ini yang benar" kata Bu Galih lalu keluar dari ruangan itu. Meninggalkan polisi pria yang di dalam kesal.

"Bu Galih" sapa Ratna membuat Bu Galih sadar kalau dia ada disana.

"Bu Ratna disini sejak tadi?"

"Iya. Bagaimana dengan kemajuan kasus ... ?"

Bu Galih menghentikan ucapan Ratna dan membawanya menjauh dari ruangan polisi kesal itu.

"Tiga pelakunya tertangkap dan sudah dipenjara"

Ratna gemetar. Akhirnya, akhirnya pelaku yang melakukan hal biadab pada putrinya tertangkap. Lalu Ratna menyadari suatu hal yang aneh.

"Tiga?" tanyanya heran. Karena yang dia tahu, pelaku kejahatan pada putrinya ada dua orang. Kenapa sekarang bertambah menjadi tiga?

"Sebenarnya ada keterlibatan orang ketiga dalam kasus putri Bu Ratna. Meski tidak melakukan hal itu pada Tia tapi anak itu tetap sama bersalahnya dengan dua yang lainnya" jelas Bu Galih.

"Anak?" tanya Ratna lagi.

Bu Galih terkejut pada pertanyaan Ratna. Sepertinya dia sudah salah bicara.

"Maaf Bu Ratna, tapi kami sebenarnya tidak diperbolehkan membicarakan hal ini pada keluarga korban sebelum berkas selesai disusun dan diajukan ke pengadilan. Tapi saya akan mengusahakan hal ini secepatnya. Agar Anda tidak perlu menunggu lagi!"

Ratna meletakkan harapannya pada Bu Galih. Dia percaya kalau polisi akan melakukan hal terbaik untuk menyelesaikan kasus ini. Dan menghukum penjahat yang membuat putrinya meninggal dengan tragis.

"Terima kasih Bu Galih. Terima kasih" ucapnya tulus.

Tapi kenyataan yang diterima Ratna ternyata sungguh mengecewakan beberapa hari kemudian. Seperti biasa, dia tidak pernah lupa memeriksa kemajuan kasus pada Bu Galih. Satu-satunya polisi yang dia percaya dan kenal sejak putrinya ditemukan dalam keadaan meninggal.

Petang ini, dia menerima kenyataan bahwa Bu Galih telah dipindah tugaskan. Ke daerah yang lumayan jauh. Berbeda provinsi.

"Lalu bagaimana dengan kasus putri saya? Siapa yang bertugas untuk menyelesaikan kasus putri saya setelah Bu Galih dipindah tugaskan?" tanyanya pada petugas polisi yang memberikan kabar itu.

"Masih dilakukan peninjauan kasus kembali"

"Peninjauan kasus kembali? Kenapa? Bukannya sudah ditemukan pelakunya? Bu Galih pernah bilang kalau kasus ini akan segera disidangkan" jawab Ratna tidak terima.

"Karena beberapa pertimbangan, kasus ini ditinjau kembali. Untuk informasi lebih lanjut, sebaiknya ibu tunggu dua atau tiga hari lagi"

Dua atau tiga hari lagi? Bagaimana bisa Ratna menunggu lagi?

"Putri saya. Anak saya satu-satunya dibunuh. Apa Bapak pikir saya sanggup menunggu lagi??" tanyanya geram.

Tapi petugas polisi yang berhadapan dengannya seolah tidak peduli dengan perasaan Ratna.

"Saya hanya menyampaikan yang saya ketahui, Bu. Informasi lebih lengkapnya silahkan ditanyakan pada petugas yang menangani kasus putri ibu"

Ratna benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa kasus yang seharusnya sudah bisa naik ke persidangan tiba-tiba ditinjau kembali seperti ini. Karena tidak sabar, dia menghubungi Bu Galih. Mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi ... Teleponnya tidak diangkat. Dia tidak menyerah dan mengirim pesan. Sampai keesokan harinya, pesan yang dia kirim sama sekali tidak dibaca oleh Bu Galih.

Apa yang terjadi? Kenapa semuanya menjadi seperti ini?

Dua hari kemudian dia kembali ke kantor polisi dan menemukan hal yang lebih menyesakkan. Kasus putrinya, dibatalkan begitu saja. Karena dianggap tidak cukup bukti.

"Hasil otopsi putri saya adalah sebuah bukti. Bagaimana bisa dianggap kurang bukti?" tanyanya pada polisi penanggung jawab kasus putrinya yang baru.

"Setelah peninjauan kembali, tidak ditemukan bukti untuk menuntut para pelaku. Dan kasus ini bukan kasus pembunuhan. Melainkan kekerasan sekolah"

Kekerasan sekolah? Putrinya meninggal karena semua luka dan kekerasan seksual yang dilakukan pelaku. Namun semuanya dianggap hanya kekerasan sekolah? Kenapa? Kenapa?!!!

Ratna keluar dari kantor polisi dalam keadaan tidak percaya. Matanya nanar dan emosinya tak karuan.

Lalu, ada tiga mobil mewah datang kembali ke kantor polisi. Dari jauh Ratna bisa melihat tiga orang anak SMA yang keluar dari kantor polisi. Dengan senang naik ke masing-masing mobil mewah itu. Lalu melenggang pergi dari kantor polisi begitu saja.

Jangan-jangan ketiga anak itu?

Kenapa mereka dibebaskan? Saat putrinya ...

1
Agus Tina
Lanjuut ...
Agus Tina
Bu Galih .. jangan laporkan bu Ratna biarkan dia menuntaskan apa yg belum tuntas ...
Agus Tina
Good
Agus Tina
Aju nangis thor ....
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sedih bangeettttt 🥲
Santi450
lanjut kak kayaknya seru
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
awal part udah sedih aja 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!