"Daddy dan mommy menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isterimu! Tepati janjimu! Kau akan menikah bila kami menjodohkanmu kan?"
"Baiklah. Dengan siapa?" tanya Xander
"Namanya Audrey Lee, puteri Christoper Lee dan Margareth Lee. Usianya sembilan belas tahun."
Xander langsung membelalakkan matanya, "Sembilan belas?!"
Bab 29
"Kau ingin kemana hari ini?" tanya Xander
Audrey mengambil susunya dan meminumnya, baru setelahnya dia menoleh dan menatap suaminya, "Aku ingin melihat salju. Bukankah di Jepang ada yang selalu ada salju?" tanya Audrey
Xander mengangguk, "Kau mau bermain ski?" tanyanya
Audrey menaikkan alisnya dan bibirnya membentuk senyuman yang begitu cantik, "Aku takut jatuh. Bagaimana bila aku meluncur ke jurang dan patah tulang?!" tanyanya
Xander langsung terkekeh mendengarnya, dia bahkan tanpa sadar melakukan itu, melihat Audrey dan kepolosannya mengingatkan Ellea saat di usia Audrey, "Tidak akan terjadi! Aku akan menjagamu! Kadang imajinasimu terlalu berlebihan! Berapa usiamu sebenarnya?!" ejek Xander
Audrey langsung mengerucutkan bibirnya mendengar itu, "Sembilan belas! Aku sudah cukup dewasa Xander! Jika aku belum cukup usia maka aku tidak akan bisa menikah denganmu!" protesnya
Xander tambah tergelak mendengar jawaban Audrey, "Dewasa seperti apa yang dimiliki anak seusiamu itu?!"
Xander mengambil kopinya dan membawanya untuk disesap. Audrey yang awalnya ingin mendebat langsung diam ketika melihat suaminya mencicipi kopi buatannya. Dia meremas tangannya takut Xander tak menyukai rasa kopi buatannya.
"Apakah sesuai?" tanya Audrey takut - takut.
Xander melirik isterinya dan menaikkan alisnya, wajah isterinya ini lucu ketika sedang was was seperti ini, "Apakah kau tidak bisa membedakan gula dan garam?! Kenapa rasanya asin?!" tanya Xander datar
Audrey langsung membulatkan matanya mendengar ucapan suaminya, "Masak?!" pekiknya. Tanpa menunggu ijin dari Xander dia langsung mengambil cangkir Xander dan menyesapnya. Xander langsung terperangah melihat kelakuan impulsif isterinya itu.
"Tidak kok! Kau mengerjaiku ya!" protes Audrey
Melihat wajah lucu Audrey ketika protes membuat Xander menarik sudut bibirnya, dia mengulurkan tangannya dan mengacak rambut Audrey, "Jangan seimpulsif itu! Kau tidak bisa sembarangan minum dari cangkir seorang pria Audrey!" tegurnya yang kembali mengambil cangkirnya dan meminumnya
Gerakan yang menurut Xander mungkin biasa karena mungkin Xander hanya menganggapnya anak - anak, tapi tidak bagi Audrey. Gadis itu tiba -tiba mematung dan pipinya memerah, aku kan minum dari cangkir suamiku sendiri! Bukan orang lain! tapi tentu saja Audrey tidak berani mengatakannya langsung. Dia hanya membatinnya karena tak ingin merusak mood Xander.
"Cepat bangun! Kita sarapan lalu berangkat! Perjalanannya sedikit panjang jika ingin bermain ski" ucap Xander yang sudah bangkit berdiri dan membawa cangkirnya.
Audrey mendongak menatap Xander, "Apakah kamu akan ikut? Kau akan menemaniku?" pekik Audrey senang
"Jika kau keberatan, maka aku akan membiarkan kau pergi dengan Nadia saja" jawab Xander acuh sambil berjalan masuk ke dalam kamar mereka yang sudah tertata rapi dan sarapan sudah tersedia di atas meja makan.
Audrey langsung melompat berdiri dan berlari menyusul Xander, "Tidak! Aku mau pergi denganmu!"
Xander tersenyum tipis, "Kau tidak menyukai Nadia?" tanyanya
Audrey menggeleng, "Suka. Hanya saja Nadia sedikit kaku! Aku memintanya memanggilku nama, tapi dia selalu memanggilku nona nona! Bahkan jika tak ada orang dia kembali memanggilku nyonya! Bukankah itu kaku sekali?!" adunya
Xander tersenyum, dia mendekatkan piring makanan ke depan Audrey dan menyuruh gadis itu makan.
"Aku akan menemanimu seharian ini! Jadi pikirkan saja kau ingin kemana saja! Karena besok aku akan kembali pergi untuk melakukan pekerjaanku!" ucap Xander
Audrey langsung tersenyum lebar, "Berarti hari ini full denganku ya?!"
Xander mengangguk, "Tapi tetap aturan pertama!"
Audrey mengangguk, "Tidak ada kontak fisik!
Aku mengerti!" ucapnya bersemangat
Xander tersenyum tipis melihat keantsiasan Audrey. Dia juga sebenarnya bingung kenapa tiba -tiba dirinya tertarik menemani gadis di depannya ini jalan-jalan. Padahal pekerjaannya belum mendapatkan hasil. Tapi ya sudahlah toh dia sudah berjanji pada Audrey.