Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.
Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.
Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.
Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Si Pria Bucin
Alessia hamil.
Berita itu menggemparkan seluruh orang yang mengenalnya.
Para anggota organisasi mafia Alessia terkejut. Kael tercengang.
Namun, tidak ada yang lebih terkejut daripada Ziad.
Saat Alessia menunjukkan hasil tes kehamilan, Ziad membeku selama beberapa detik.
Matanya terpaku pada garis dua di alat kecil itu.
Kemudian, dalam hitungan detik, ekspresinya berubah menjadi kebahagiaan luar biasa.
Tanpa menunggu lebih lama, ia langsung mengangkat Alessia dan memeluknya erat.
“Kita akan punya anak lagi!”
Alessia mendecak pelan, tapi tidak bisa menyembunyikan senyumnya.
Mungkin, ini bukan rencana awalnya.
Namun, melihat kebahagiaan di wajah Ziad, Ia tidak menyesal.
Sejak mengetahui kehamilan Alessia, Ziad berubah.
Dulu, ia adalah mantan agen rahasia yang tenang, cerdas, dan dingin.
Kini?
Ia berubah menjadi suami siaga paling bucin yang pernah ada.
“Jangan berjalan terlalu lama, Sayang.”
“Makan ini, ini bagus untuk bayi.”
“Aku sudah menyewa dokter terbaik untuk memeriksamu.”
“Jangan stres, aku akan mengurus semua pekerjaanmu.”
Alessia yang biasanya terbiasa mengendalikan segalanya, hampir gila dengan perhatian berlebih dari suaminya.
“Ziad, aku ini Ratu Mafia. Aku masih bisa mengurus diriku sendiri.”
Namun, Ziad tidak mau mendengar alasan.
Ia mengurus segalanya.
Bahkan, ia tidak ragu untuk mengancam siapa pun yang berani membuat Alessia stres.
“Siapa pun yang membuat istriku marah, berurusan denganku.” katanya dingin.
Dan semua orang di organisasi Alessia langsung patuh.
Bahkan kaum kriminal pun takut menghadapi suami bucin satu ini.
Namun, cobaan terbesar bagi Ziad bukanlah musuh atau organisasi mafia. Melainkan ngidam Alessia.
Kehamilan ini membuat selera Alessia berubah drastis.
Dari makanan manis hingga sesuatu yang benar-benar tidak masuk akal.
Suatu malam, ia membangunkan Ziad dengan wajah serius.
“Aku mau makan mangga yang dipetik langsung dari Thailand.”
Ziad yang masih mengantuk langsung terbangun.
“Baik, aku akan mengirim orang untuk membelinya.”
“Tidak! Aku mau kau yang ambil sendiri.”
Ziad menatap istrinya dengan mata lelah.
Namun, dalam lima jam berikutnya, ia sudah ada di Thailand untuk mengambil mangga terbaik.
Ketika ia kembali dengan wajah kelelahan, Alessia justru berkata, “Aku tidak mau lagi. Aku mau ramen dari Jepang.”
Ziad hampir pingsan.
Namun, tanpa banyak protes, ia tetap menjalankan semua keinginan istrinya.
Ia tahu kehamilan tidak mudah.
Dan jika melakukan ini bisa membuat Alessia bahagia, maka ia rela.
Di sisi lain, Kael hanya bisa bersabar.
Sebagai seorang anak, ia seharusnya menjadi pusat perhatian.
Namun, sekarang?
Ayah dan ibunya terlalu sibuk dengan kehamilan Alessia.
Bahkan, ayahnya yang dulu tegas kini berubah menjadi pria bucin total.
Suatu kali, Kael melihat ayahnya memijit kaki ibunya sambil berkata, “Apa masih sakit, Sayang?”
Dan ibunya yang biasanya dingin malah terlihat manja.
Kael ingin menangis.
“Tolong kembalikan ayah dan ibu yang dulu.”
Namun, meskipun ia merasa risih melihat kebucinan mereka, Kael tetap merasa bahagia.
Ia tidak hanya memiliki ayah yang kini benar-benar hadir dalam hidupnya.
Tapi juga, akan segera memiliki seorang adik.
Ia berjanji akan menjadi kakak yang baik.
Dan ia tahu, meskipun ayah dan ibunya penuh drama, mereka tetaplah keluarganya.
Hari demi hari berlalu. Perut Alessia semakin membesar. Ziad masih tetap menjadi suami siaga.
Kael masih tetap menjadi saksi kebucinan orang tuanya.
Namun, satu hal yang pasti…
Keluarga ini akhirnya benar-benar utuh.
Dan meskipun mereka berasal dari dunia yang penuh kegelapan,
cahaya kini mulai masuk ke dalam hidup mereka.
Bayi yang akan lahir ini, akan menjadi awal dari kisah baru mereka.
.
.
.
“Selamat, Anda akan memiliki anak perempuan.”
Kata-kata dokter itu mengubah suasana ruangan menjadi penuh kebahagiaan.
Ziad langsung menggenggam tangan Alessia, matanya berbinar dengan ekspresi penuh syukur.
Kael, yang duduk di sisi lain, tercengang sejenak sebelum akhirnya tersenyum lebar.
“Aku akan punya adik perempuan?” tanyanya, memastikan.
Dokter mengangguk.
“Ya. Dia tumbuh dengan sangat sehat.”
Kael menatap layar USG, melihat sosok mungil yang sedang berkembang di dalam perut ibunya.
Dadanya terasa hangat.
Selama ini, ia hanya seorang anak tunggal.
Namun sekarang, ia akan menjadi seorang kakak.
Dan ia berjanji dalam hati, akan melindungi adiknya, apapun yang terjadi.
Kehamilan Alessia semakin besar.
Dan Ziad?
Bukannya berkurang, sikap bucin dan overprotektifnya semakin parah.
Jika dulu ia hanya mengawasi Alessia, kini ia bahkan tidak mengizinkan istrinya melakukan apapun.
“Sayang, kau tidak boleh bekerja terlalu lama. Aku sudah menyuruh orang mengurus semuanya.”
“Ziad, aku masih bisa berjalan sendiri.”
“Tapi dokter bilang kau harus banyak istirahat!”
“Aku hanya ingin ke taman!”
“Aku akan menggendongmu ke taman!”
Alessia nyaris gila.
Kael pun mulai kasihan pada ibunya.
Tapi yang lebih kasihan lagi?
Anak buah Ziad.
Para anak buah Ziad yang dulu mengenalnya sebagai mantan agen rahasia yang tegas dan dingin, kini mereka melihat sisi yang sangat berbeda dari bos mereka.
“Bos, ini laporan dari operasi penyelidikan terakhir—”
“Nanti saja! Alessia ingin makan stroberi, segera cari yang paling segar!”
“Bos, ada laporan penting dari intel—”
“Prioritaskan keamanan Alessia! Periksa lagi sistem keamanan rumah!”
Hampir semua orang di organisasi mafia maupun rekanan Ziad kewalahan.
Mereka tidak tahu harus berurusan dengan siapa:
musuh dari dunia bawah atau bos mereka yang berubah menjadi suami bucin?
Sementara itu, Kael justru semakin antusias menyambut adiknya.
Ia menggunakan uangnya sendiri untuk membeli hadiah pertama bagi adiknya.
Sebuah boneka beruang besar berwarna putih.
Ketika ia memberikannya kepada Alessia, sang ibu terkejut.
“Kau membelikannya untuk adikmu?” tanyanya.
Kael mengangguk dengan senyum bangga.
“Aku akan menjadi kakak yang baik. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya.”
Alessia terharu mendengar itu.
Ia merasakan betapa besarnya kasih sayang Kael kepada keluarganya.
“Aku yakin adikmu akan beruntung memiliki kakak sepertimu.”
Ziad, yang mendengar percakapan itu, mengerjap beberapa kali sebelum tersenyum bangga.
Anaknya tumbuh menjadi pria yang baik.
Semakin mendekati bulan kelahiran, Alessia mulai kesulitan bergerak.
Dan tentu saja, Ziad semakin gencar mengawasinya.
Kael bahkan menyindir ayahnya.
“Ayah, kau lebih tegang dibanding ibu.”
Ziad tidak membantah.
Ia bahkan mempekerjakan tim dokter terbaik yang siap siaga 24 jam.
“Aku tidak mau mengambil risiko. Alessia dan bayi ini adalah segalanya untukku.”
Kael menghela napas, lalu tersenyum tipis.
Ayahnya mungkin terlalu bucin.
Tapi ia tahu, Ziad sangat mencintai ibunya.
Dan sebagai putra mereka, ia bangga memiliki orang tua seperti mereka.
Meski semua orang kewalahan dengan kebucinan Ziad,
dan meski Alessia hampir gila karena dilarang melakukan apapun,
pada akhirnya, kehadiran bayi ini menjadi penghubung yang menyatukan mereka.
Kael yang dulu hanya mengenal dunia penuh darah dan kekerasan, kini belajar arti keluarga.
Alessia yang dulu dingin dan kejam, kini lebih lembut.
Dan Ziad yang dulu adalah pria yang penuh rahasia, kini menjadi pria yang paling terbuka dan penuh kasih sayang.
Bayi perempuan ini belum lahir.
Namun, ia sudah membawa perubahan besar dalam hidup mereka.
Dan mereka tidak sabar untuk menyambutnya ke dunia ini.