MY ARROGANT EX HUSBAND

MY ARROGANT EX HUSBAND

Sebuah Status

"Ahhh, sakit!" Gaitsa meringis saat merasakan bagian bawah tubuhnya perih ketika ia mencoba duduk.

Selimut yang sebelumnya menutupi seluruh tubuhnya melorot saat Gaitsa akhirnya berhasil duduk dengan benar, memperlihatkan tubuh polos dan beberapa bercak kemerahan menghiasi kulitnya yang putih. Menoleh pada sisi tempat tidur yang kosong, Gaitsa menghela napas, berusaha mengabaikan rasa kecewa yang menyusup begitu saja.

Noda merah di seprai putih yang masih menguarkan aroma mawar serta bekas lilin di setiap sudut ruangan membuatnya kembali mengingat malam pernikahannya.

Wanita berusia dua puluh enam tahun yang baru saja berubah status menjadi istri seseorang itu menggerakkan tubuhnya perlahan, mengernyit saat merasakan nyeri di daerah intim dan pinggangnya. Sial!

Setelah melalui perjuangan panjang untuk bangun dan melangkah ke kamar mandi, Gaitsa akhirnya menatap pantulannya di cermin besar yang menggantung. Wajahnya berantakan.

"Jangan salah paham dengan hubungan ini. Aku tidak pernah berminat menyentuh tubuh kotormu!"

Gaitsa kembali mengingat kata-kata dingin yang dilontar Ravendra, beberapa saat setelah mereka menyelesaikan sesi bercinta. 

"Bagaimana kamu bisa mengatakan itu setelah melakukannya selama berjam-jam?" tanya Gaitsa lemah.

Pria yang tubuhnya basah akibat keringat itu melempar sebuah bungkusan, tepat mengenai wajah cantik Gaitsa yang terlihat kelelahan.

"Kalau tidak dibantu dengan itu, aku mana sudi! Aku harus memberi bukti pada pengacara ayahku bahwa kita benar-benar melakukannya sesuai perintah." 

Tatapan jijik dan penuh kemarahan itu dilayangkan Ravendra sebelum memunggungi Gaitsa, meninggalkan wanita berstatus istri yang menatap nanar pada bungkus pil yang kosong.

Obat perangsang. Entah kenapa Gaitsa tahu apa yang dilempar Ravendra. Kalau tidak menggunakan obat, apa Ravendra benar-benar tidak mau menyentuh tubuhnya? Gaitsa akhirnya tertidur setelah menarik napas berkali-kali, berusaha mengabaikan sesak yang menghimpit dadanya. Ia lelah, fisik dan mentalnya tidak baik-baik saja.

"Yah, memang apa yang bisa diharapkan dari pernikahan semacam ini," gumamnya.

Gaitsa tidak akan pernah melupakan pengalaman pertamanya. Hebat, tentu saja. Bagian intimnya yang masih terasa berdenyut dan bengkak adalah bukti betapa gila pergumulan mereka semalam. 

Meski mereka sama sekali tidak berciuman seperti hal umum yang terjadi ketika berhubungan intim.

Tidak masalah, entah mereka memulai tanpa sebuah ciuman atau Ravendra yang sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun, Gaitsa tidak harus memikirkannya. Wanita itu hanya harus fokus pada hubungan mereka ke depannya.

"Sekarang aku harus bagaimana, Tuan Mahendra?" tanya wanita itu pada udara, helaan napasnya berat, seolah seluruh beban di dunia ada di pundaknya. 

Pernikahan yang didasari sebuah wasiat. Baik Gaitsa maupun Ravendra tidak bisa menolak saat ayah pria itu meminta mereka menikah sebelum kematiannya.

Gaitsa yang sejak kecil sudah tidak memiliki orang tua, juga tidak ada saudara yang mau merawat hingga dititipkan di panti asuhan, harus membalas budi pada keluarga yang membiayai hidup dan pendidikannya. Apalagi pernikahan ini adalah syarat utama untuk Ravendra mewarisi seluruh kekayaan keluarga Dewara.

“Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja.”

Hari-hari berlalu sejak pernikahan, tapi Ravendra benar-benar tidak pernah pulang. Gaitsa mengerti kalau pernikahan mereka tidak diinginkan pria itu, tapi bagaimana bisa ia tidak pulang sama sekali setelah meninggalkan Gaitsa di hari pertama?

Wanita itu sudah menelpon ke nomor pribadi dan perusahaan, tapi tidak ada satu pun yang dijawab. Pesan-pesannya diabaikan. Gaitsa memutuskan pergi ke perusahaan sendiri seminggu setelah Ravendra tidak ada kabar, tapi resepsionis mengatakan bahwa pria itu tidak ada. 

Banyak hal yang ingin Gaitsa bicarakan. Ia sudah mendapat izin untuk keluar dari Dewara Grup sebagai syarat menikah dengan Ravendra, tentu saja setelah Presdir sebelumnya memberi uang pesangon dan beberapa saham di berbagai perusahaan bahkan penthouse untuknya.

Gaitsa sudah menjual seluruh saham yang ia punya termasuk penthouse dan membeli saham di perusahaan lain serta sebuah apartement yang ia impikan.

Gaitsa ingin kembali bekerja dan merasakan lingkungan baru di luar Dewara Grup. Namun, sudah dua bulan, wanita itu masih belum bisa menemui Ravendra. Besok adalah jadwal wawancaranya di perusahaan baru! Gaitsa harus membicarakan masalah itu bagaimana pun caranya.

Wanita yang mengikat satu rambut panjangnya kembali memasuki kantor pusat Dewara Grup, melihat senyum aneh di wajah resepsionis seperti biasa.

"Apa kali ini tidak ada lagi?"

"Selamat siang, Nona Gaitsa--maksudku Nyonya Gaitsa!" sapa resepsionis yang sudah cukup dikenal Gaitsa.

"Katakan saja apa Ravendra ada di sini," ucap Gaitsa tidak sabar, keningnya berkerut saat melihat wanita di hadapannya malah semakin kikuk.

Wanita bersurai pendek yang berdiri di balik komputer itu menggigit bibir, terlihat ragu sebelum membuka mulut. "Pak Presdir baru saja naik, tapi--"

"Oke!" Gaitsa langsung berjalan pergi, mengabaikan wajah pucat resepsionis yang sepertinya belum selesai bicara. 

Wanita itu masih memiliki kartu berwarna hitam yang bisa digunakan untuk membuka pintu ke lantai teratas. Ia bukannya rindu atau ingin diperhatikan, tapi Gaitsa harus tahu apa yang dilakukan suaminya hingga tidak pulang sama sekali. Bahkan satu pesan pun tidak ada. 

Gaitsa harus memaksa pria itu untuk membuat beberapa perjanjian tentang hubungan mereka ke depannya. Pernikahan yang terasa seperti penjara abadi. Ia ingin melarikan diri, tapi tidak memiliki alasan kuat untuk meninggalkan suaminya. Kalau Gaitsa meninggalkan Ravendra sekarang, pria itu akan sendirian. Memikirkannya saja entah kenapa membuat Gaitsa tidak nyaman.

"Yang penting temui dia dan buat perjanjian dulu untuk sekarang. Awas saja kalau yang dia lakukan di perusahaan adalah bersantai!" sungut Gaitsa seraya melangkah keluar dari lift, mengernyit saat tidak menemukan siapa pun di balik meja sekretaris. Suara bisikan dari dalam ruangan Presdir membuat wanita itu melangkah mendekat.

Pria berstatus suami yang tidak pulang dan tanpa kabar sejak pernikahan mereka dua bulan lalu, sedang memeluk erat seorang wanita. Baru dua bulan, tapi Gaitsa sudah melihat suaminya memiliki wanita lain.

Gaitsa tersenyum getir saat Ravendra melepas pelukan hanya untuk mencium kening wanita itu. Tatapan lembut dan senyum tulus pria itu membuat pandangan Gaitsa memanas, setetes air mata lolos tanpa ia bisa mencegahnya.

"Sekarang ... apa aku dimaafkan?" tanya Ravendra seraya mengusap lembut pipi wanita di hadapannya.

"Memangnya sudah minta maaf?" Suara serak wanita bersurai panjang yang kembali berada dalam dekapan Ravendra membuat pria itu terkekeh.

"Kamu mau aku minta maaf dengan cara apa? Aku bisa melakukan apa pun," ucap Ravendra sembari menyelipkan rambut ke belakang telinga wanita yang masih memasang wajah cemberut.

"Jangan pernah meninggalkan sisiku lagi tanpa mengatakan apa pun, setidaknya beritahu ke mana tujuanmu agar aku tidak khawatir. Apa bisa berjanji seperti itu?"

"Aku bisa meninggalkan semuanya untukmu kalau kamu memintanya. Tapi, tolong jangan menangis. Aku benar-benar tidak bisa memaafkan diriku kalau kamu terluka. Bisa berjanji padaku seperti itu juga?" Ravendra tersenyum saat wanita di hadapannya mengangguk pelan. 

Pria itu kembali memberikan kecupan lembut di kening sebelum memindahkan bibirnya ke pipi wanita itu. 

Gaitsa tersenyum kecut, berbalik saat dua orang yang sama sekali tidak menyadari kehadirannya sedang saling menatap. Ia tidak mau merasa patah hati, tapi air matanya jatuh begitu saja. 

Rasa sesak yang memenuhi dadanya membuat Gaitsa segera memasuki lift khusus dan terduduk. Kakinya lemas. Jelas ia tidak pernah berpikir akan merasa patah hati, tapi kenapa jantungnya seperti diremat dan sangat menyakitkan?

Senyum lembut, hangat dan penuh ketulusan itu ... Gaitsa tidak pernah mendapatkannya dari pria berstatus suaminya. Tidak pernah sekali pun Ravendra bersikap seperti itu padanya. Pria itu hanya dipenuhi oleh kemarahan setiap kali mereka bersitatap.

Gaitsa tidak ingin menangis, tapi air matanya jatuh tanpa bisa dicegah.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

aturan pergokin aja, lalu tinggalin

2025-02-19

0

Bzaa

Bzaa

awal yg menyakitkan

2025-02-19

0

Anonymous

Anonymous

bgsss

2025-02-14

1

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Status
2 Mulai Sekarang, Kita Hidup Berdua
3 Tidak Berubah Pikiran
4 Hasil Sidang
5 Bertahan Demi Biyu
6 Pak Presdir
7 Sentuhan Kecil
8 Aku Ibunya!
9 Mimpi Masa Lalu
10 Bayi yang Ditolak
11 Fakta Aneh yang Terungkap
12 Hal-hal yang Disembunyikan
13 Ingatan Asing
14 Dua Fakta Berbeda
15 Pastikan Tidak Terjadi Skandal!
16 Kembali Diperbudak Pekerjaan
17 Sebuah Nama
18 Skandal yang Terungkap
19 Istri Rahasia Presdir
20 Proposal Dadakan
21 Konferensi Pers
22 Panggilan Video
23 Main
24 Kejutan!
25 Lukisan
26 Wanita Itu
27 Pegawai Baru
28 Gaitsa
29 Direktur Baru
30 Tentang Laporan
31 Sebuah Kisah
32 Bisikan di Antara Kebisingan
33 Pekerjaan Baru
34 Malaikat Pembuat Teh
35 Gara-gara Kopi
36 Kabar
37 Hal Tak Terlupakan
38 Kejadian di Depan Pintu
39 Mencari Ravendra
40 Hanya Ada Satu
41 Zhian
42 Duka Seorang Ibu
43 Ayah Kandung Zhian
44 Bersama Yasa
45 Seorang Ibu
46 Penderitaan Seorang Ibu
47 Bayangan di Balik Bayangan
48 Semakin Rumit
49 Sakit
50 Mimpi
51 Kediaman Zaidan
52 Cemburu
53 Nyonya Erena
54 Rumah
55 Trauma
56 Pesta Penyambutan
57 Firasat
58 Peringatan
59 Sapaan Hangat
60 Tentang Dia
61 Di Balik Layar
62 Tentang Rindu
63 Pulang
64 Seorang Ayah
65 Tuan Putri
66 Keluarga Ardian
67 Reuni
68 Cerita
69 Keluarga Lengkap
70 Mimpi Buruk
71 Pagi di Kediaman Zaidan
72 Menelpon Gaitsa
73 Kembali Pada Rutinitas
74 Bicara
75 Menjenguk Erika
76 Foto
77 Wanita Iblis
78 Obrolan Tengah Malam
79 Keputusan Erika
80 Pertemuan
81 Dari Hati ke Hati
82 Teman
83 Nona Eirin
84 Kecewa
85 Hukuman
86 Perasaan Tidak Nyaman
87 Melepas Rindu
88 Amplop Tanpa Nama
89 Alasan
90 Bertamu
91 Kekhawatiran Tak Berguna
92 Bab Kehidupan
93 Keegoisan dan Cemburu
94 Sebuah Panggilan
95 Kekasih Seseorang
96 Bukan Sinetron
97 Hadiah
98 Boneka Kelinci
99 Mimpi Tak Penting
100 Diskusi
101 Masalah yang Berputar
102 Rencana yang Gagal
103 Double Date
104 Kenyataan Pahit
105 Situasi Rumit
106 Jalan-jalan Sore
107 Bagian Takdir
108 Taman Bermain
109 Surat Kaleng
110 Find Me
111 Ingatan yang Hilang
112 Skandal Kedua
113 Gangguan
114 Pesan dari Erika
115 Potongan Ingatan
116 Hilang
117 Gadis Kesayangan
118 Berlari
119 Bukan Matahari
120 Jawaban Anda Benar
121 Ingatan Masa Kecil
122 Sebuah Janji
123 Alasan Agar Berdua
124 Tamu Tengah Malam
125 Dei
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Sebuah Status
2
Mulai Sekarang, Kita Hidup Berdua
3
Tidak Berubah Pikiran
4
Hasil Sidang
5
Bertahan Demi Biyu
6
Pak Presdir
7
Sentuhan Kecil
8
Aku Ibunya!
9
Mimpi Masa Lalu
10
Bayi yang Ditolak
11
Fakta Aneh yang Terungkap
12
Hal-hal yang Disembunyikan
13
Ingatan Asing
14
Dua Fakta Berbeda
15
Pastikan Tidak Terjadi Skandal!
16
Kembali Diperbudak Pekerjaan
17
Sebuah Nama
18
Skandal yang Terungkap
19
Istri Rahasia Presdir
20
Proposal Dadakan
21
Konferensi Pers
22
Panggilan Video
23
Main
24
Kejutan!
25
Lukisan
26
Wanita Itu
27
Pegawai Baru
28
Gaitsa
29
Direktur Baru
30
Tentang Laporan
31
Sebuah Kisah
32
Bisikan di Antara Kebisingan
33
Pekerjaan Baru
34
Malaikat Pembuat Teh
35
Gara-gara Kopi
36
Kabar
37
Hal Tak Terlupakan
38
Kejadian di Depan Pintu
39
Mencari Ravendra
40
Hanya Ada Satu
41
Zhian
42
Duka Seorang Ibu
43
Ayah Kandung Zhian
44
Bersama Yasa
45
Seorang Ibu
46
Penderitaan Seorang Ibu
47
Bayangan di Balik Bayangan
48
Semakin Rumit
49
Sakit
50
Mimpi
51
Kediaman Zaidan
52
Cemburu
53
Nyonya Erena
54
Rumah
55
Trauma
56
Pesta Penyambutan
57
Firasat
58
Peringatan
59
Sapaan Hangat
60
Tentang Dia
61
Di Balik Layar
62
Tentang Rindu
63
Pulang
64
Seorang Ayah
65
Tuan Putri
66
Keluarga Ardian
67
Reuni
68
Cerita
69
Keluarga Lengkap
70
Mimpi Buruk
71
Pagi di Kediaman Zaidan
72
Menelpon Gaitsa
73
Kembali Pada Rutinitas
74
Bicara
75
Menjenguk Erika
76
Foto
77
Wanita Iblis
78
Obrolan Tengah Malam
79
Keputusan Erika
80
Pertemuan
81
Dari Hati ke Hati
82
Teman
83
Nona Eirin
84
Kecewa
85
Hukuman
86
Perasaan Tidak Nyaman
87
Melepas Rindu
88
Amplop Tanpa Nama
89
Alasan
90
Bertamu
91
Kekhawatiran Tak Berguna
92
Bab Kehidupan
93
Keegoisan dan Cemburu
94
Sebuah Panggilan
95
Kekasih Seseorang
96
Bukan Sinetron
97
Hadiah
98
Boneka Kelinci
99
Mimpi Tak Penting
100
Diskusi
101
Masalah yang Berputar
102
Rencana yang Gagal
103
Double Date
104
Kenyataan Pahit
105
Situasi Rumit
106
Jalan-jalan Sore
107
Bagian Takdir
108
Taman Bermain
109
Surat Kaleng
110
Find Me
111
Ingatan yang Hilang
112
Skandal Kedua
113
Gangguan
114
Pesan dari Erika
115
Potongan Ingatan
116
Hilang
117
Gadis Kesayangan
118
Berlari
119
Bukan Matahari
120
Jawaban Anda Benar
121
Ingatan Masa Kecil
122
Sebuah Janji
123
Alasan Agar Berdua
124
Tamu Tengah Malam
125
Dei

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!