NovelToon NovelToon
Ku Yakin Bahagia Datang

Ku Yakin Bahagia Datang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Gendhis Az-Zahra Bimantoro harus menerima takdir kematian ayahnya, Haris Bimantoro dalam sebuah kecelakaan tragis namun ternyata itu adalah awal penderitaan dalam hidupnya karena neraka yang diciptakan oleh Khalisa Azilia dan Marina Markova. Sampai satu hari ada pria Brazil yang datang untuk melamarnya menjadi istri namun tentu jalan terjal harus Gendhis lalui untuk meraih bahagianya kembali. Bagaimana akhir kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menguasai Rumah

Di balik sikap acuh tak acuhnya pada Bismo, Khalisa ternyata menyimpan rencana jahat. Ia diam-diam telah mengambil alih perusahaan keluarga Bimantoro. Dengan bantuan Marina, ia memalsukan dokumen dan tanda tangan, sehingga perusahaan itu kini berada di bawah kendalinya.

Khalisa sangat senang dengan keberhasilannya. Ia merasa seperti mimpi indah yang menjadi kenyataan. Ia akan menjadi wanita kaya raya dan berkuasa. Semua orang akan tunduk padanya, termasuk Bismo dan Gendhis.

"Akhirnya, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan," kata Khalisa, dengan nada yang penuh kemenangan.

Marina tersenyum puas. "Kamu memang pintar, Khalisa. Aku bangga padamu," kata Marina, sambil menepuk pundak Khalisa.

Khalisa dan Marina kemudian merencanakan untuk menjadikan Bismo dan Gendhis sebagai budak di rumah itu. Mereka akan membalas semua perlakuan buruk keluarga Bimantoro kepada mereka di masa lalu.

"Mereka akan merasakan penderitaan yang sama seperti yang aku rasakan dulu," kata Khalisa, dengan nada yang penuh dendam.

Marina mengangguk setuju. "Kita akan membuat mereka menyesal telah meremehkan kita," kata Marina, dengan nada yang tidak kalah sinis.

Keesokan harinya, Khalisa dan Marina kembali ke rumah. Mereka sudah tidak sabar untuk melaksanakan rencana jahat mereka.

Sesampainya di rumah, mereka melihat Gendhis sedang membersihkan rumah. Khalisa dan Marina tersenyum sinis melihat Gendhis yang terlihat sangat lelah dan kurus.

"Lihatlah dia. Dia sekarang hanya seorang pembantu di rumahnya sendiri," kata Khalisa, sambil tertawa.

Marina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kasihan sekali dia. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya," kata Marina, dengan nada yang mengejek.

Khalisa dan Marina kemudian menghampiri Gendhis. Mereka menyuruh Gendhis untuk berhenti membersihkan rumah dan menyiapkan makan siang.

"Cepat siapkan makan siang! Aku sudah lapar," perintah Khalisa, dengan nada yang kasar.

Gendhis hanya bisa menunduk dan mengikuti perintah Khalisa. Ia sudah tidak berani melawan mereka lagi.

Setelah makan siang, Khalisa dan Marina memanggil Gendhis dan beberapa pembantu lainnya. Mereka memberikan perintah yang aneh dan tidak masuk akal.

"Kalian semua harus membersihkan seluruh rumah ini sampai bersih. Jika ada satu saja debu yang tertinggal, kalian akan mendapatkan hukuman," kata Khalisa, dengan nada yang tegas.

Gendhis dan para pembantu lainnya hanya bisa mengangguk pasrah. Mereka tahu, Khalisa dan Marina tidak akan pernah puas dengan pekerjaan mereka.

Mulai saat itu, Gendhis dan para pembantu lainnya hidup dalam ketakutan. Mereka selalu bekerja keras untuk memenuhi semua perintah Khalisa dan Marina. Mereka tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka melakukan kesalahan.

Sementara itu, Bismo masih terbaring lemah di rumah sakit. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi di rumahnya. Ia hanya berharap, Gendhis baik-baik saja.

****

Di rumah besar itu, suasana semakin mencekam. Khalisa dan Marina benar-benar telah berubah menjadi sosok yang kejam dan tidak berperasaan. Mereka tidak lagi mempedulikan Gendhis dan para pembantu lainnya. Yang mereka inginkan hanyalah kekuasaan dan uang.

Suatu siang, Marina melihat Lastri, salah satu ART di rumah itu, sedang berbicara dengan Gendhis di dapur. Marina curiga bahwa Lastri membantu Gendhis dalam beberapa hal. Ia pun segera menghampiri mereka dengan wajah yang marah.

"Sedang apa kalian berdua di sini?" tanya Marina, dengan suara yang keras.

Lastri dan Gendhis terkejut melihat kedatangan Marina. Mereka berdua menjadi gugup dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Kami hanya sedang bicara saja, Tante," jawab Gendhis dengan nada yang gugup.

"Bicara apa? Pasti kalian sedang merencanakan sesuatu yang buruk, kan?" tanya Marina, dengan nada yang curiga.

Lastri menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tante. Kami tidak merencanakan apa-apa," jawab Gendhis dengan nada yang ketakutan.

Marina tidak percaya begitu saja. Ia terus saja menanyakan apa yang mereka bicarakan. Lastri yang sudah sangat ketakutan, akhirnya mengaku bahwa ia membantu Gendhis dalam beberapa pekerjaan rumah.

Mendengar pengakuan Lastri, Marina semakin marah. Ia mengambil piring yang ada di meja dan membantingnya ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

"Lastri! Kamu sudah berani membantu Gendhis? Kamu tahu kan kalau aku tidak suka ada yang membantunya?" bentak Marina, dengan suara yang sangat keras.

Lastri hanya bisa menangis dan memohon ampun. Ia tidak berani melawan Marina.

"Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak akan melakukannya lagi," kata Lastri, dengan nada yang penuh penyesalan.

Marina tidak peduli dengan permohonan Lastri. Ia tetap saja marah dan terus memarahi Lastri.

"Kamu sudah melanggar peraturan di rumah ini. Kamu harus mendapatkan hukuman!" kata Marina, dengan nada yang tegas.

Marina kemudian menunjuk wajah Lastri dengan jari telunjuknya. "Mulai sekarang, kamu tidak boleh lagi membantu Gendhis dalam hal apapun. Jika kamu melanggarnya, aku akan memecatmu!" ancam Marina, dengan nada yang penuh kebencian.

Lastri semakin ketakutan mendengar ancaman Marina. Ia berjanji tidak akan lagi membantu Gendhis.

Setelah memarahi Lastri, Marina pergi meninggalkan dapur dengan wajah yang masih marah. Gendhis yang melihat kejadian itu, merasa sangat sedih dan bersalah. Ia tidak ingin Lastri mendapatkan masalah karena dirinya.

"Maafkan aku, Bi Lastri. Karena aku, kamu jadi seperti ini," kata Gendhis, dengan nada yang penuh penyesalan.

Lastri hanya tersenyum dan mencoba untuk menenangkan Gendhis. "Tidak apa-apa, Gendhis. Aku sudah biasa dengan perlakuan Nyonya Marina," kata Lastri, dengan nada yang sabar.

Namun, dalam hatinya, Lastri sangat marah dan kesal pada Marina. Ia tidak menyangka Marina akan bersikap sekejam itu padanya.

****

Setelah berhasil menguasai perusahaan keluarga Bimantoro, Khalisa tidak berhenti di situ. Ia juga membawa serta adik kandungnya, Prasojo, dan istrinya, Stefanny, ke rumah besar itu. Khalisa ingin keluarganya juga ikut menikmati kekayaan keluarga Bimantoro.

Dengan liciknya, Khalisa mengatur agar Prasojo diangkat menjadi Direktur Utama perusahaan. Sementara itu, Stefanny, yang memiliki latar belakang di bidang media, mengambil alih perusahaan media milik keluarga Bimantoro sebagai CEO.

Tidak hanya itu, Marina juga ikut andil dalam pembagian kekuasaan. Wanita tua itu mengambil alih perkebunan dan peternakan milik keluarga Bimantoro yang terletak di Bandung dan Sukabumi. Marina merasa berhak atas semua kekayaan itu karena ia adalah bibi dari Khalisa dan Prasojo.

Khalisa sendiri tidak mau kalah. Ia menempatkan dirinya sebagai Komisaris Utama di semua perusahaan keluarga Bimantoro. Dengan begitu, ia memiliki kekuasaan tertinggi dan dapat mengatur semua bisnis keluarga itu.

Sejak saat itu, keluarga Khalisa, termasuk Prasojo dan Stefanny, mulai berkuasa di rumah besar keluarga Bimantoro. Mereka bersikap seperti pemilik rumah dan memperlakukan Gendhis dan para pembantu lainnya dengan semena-mena.

"Kalian semua harus bekerja lebih keras lagi! Jangan malas-malasan!" bentak Prasojo kepada para pembantu.

"Jika kalian tidak becus bekerja, kalian akan saya pecat!" ancam Stefanny dengan nada yang angkuh.

Gendhis dan para pembantu lainnya hanya bisa menunduk dan pasrah. Mereka tidak berani melawan keluarga Khalisa. Mereka tahu, jika mereka melawan, mereka akan mendapatkan masalah yang lebih besar.

Sementara itu, Bismo masih terbaring lemah di rumah sakit. Ia tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi di rumahnya. Ia hanya berharap, Gendhis baik-baik saja.

"Aku tidak akan membiarkan mereka berbuat seperti ini. Aku akan membuat mereka menyesal telah mengkhianati keluargaku," kata Bismo, dengan nada yang penuh amarah.

Bismo kemudian berusaha untuk mencari cara agar bisa keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumahnya. Ia ingin melihat Gendhis dan memastikan bahwa adiknya baik-baik saja.

Namun, Khalisa dan Marina sudah mengantisipasi hal ini. Mereka telah menyuap dokter dan perawat di rumah sakit untuk tidak membiarkan Bismo keluar. Mereka ingin Bismo tetap lemah dan tidak berdaya, sehingga mereka bisa dengan leluasa menikmati kekayaan keluarga Bimantoro.

1
Mika Su
sangat relate sskali
Serena Muna: terima kasih kakka
total 1 replies
Mika Su
sangat menarik sekali
Mika Su
aku kok gedeg ya liat tokohnya
Nikma: Permisi kakak Author ...

Halo kak Reader, kalau berkenan mampir juga di novel aku 'Kesayangan Tuan Sempurna' yaa..
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!