Remake dari karya berjudul Emas yang belum lama di rilis dan karya teman penguasa berlengan satu yang sudah di drop.
Kisah seorang pria yang selalu di hina akibat dia hanya memiliki satu lengan. Dia di khianati istri yang sewaktu smp di tolongnya sampai mengorbankan lengannya. Mertua dan iparnya menganggap dia sampah karena dia sering di pecat karena kondisi nya.
Dia sempat berpikir mengakhiri hidupnya dan di tolong, dia mendapat lengan bionik karena kebetulan dan sempat mau di bunuh oleh selingkuhan istrinya, namun di saat kondisinya sudah kritis, lengan bionik nya malah menolongnya dan memberinya kekuatan untuk mengubah nasib. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup baru nya ?
Genre : Fiksi, fantasi, drama, komedi, supranatural, psikologi, menantu terhina, urban.
100 % fiksi, murni karangan author. mohon like dan komen nya ya kalau berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Mark terus berada di garasi mengamati motornya, “klek,” pintu garasi di buka, Andika yang baru selesai mandi langsung menghampiri Mark,
“Waaah motor keren,” ujar Andika.
Mark menoleh melihat Andika, dia langsung menggendong Andika dan meletakkannya di jok motornya.
“Keren kan,” ujar Mark tersenyum.
“Iya keren kak, oh ya, Dika di suruh panggil kakak, kata kak Manda, makanan sudah siap,” ujar Andika.
“Ok, yuk masuk ke dalam, abis ini kita liat lagi motornya,” ujar Mark.
“Iya,” balas Andika yang turun dari motor secara perlahan dan di bantu Mark.
Keduanya masuk ke dalam, aroma masakan yang sangat harum semerbak memenuhi ruangan, Mark melihat Amanda masih di dapur di bantu oleh Suriwati.
“Oh ya, anak kucingnya kemana ?” tanya Mark.
“Di belakang, sini kak,” jawab Andika sambil menarik tangan Mark.
Keduanya pergi ke taman di belakang, Mark melihat ada sebuah kotak berisi seekor anak kucing yang sedang di selimuti di dalam handuk bekas dan di beri semangkuk susu. Andika menoleh melihat Mark,
“Kak, boleh aku pelihara kucing ini ?” tanya Andika.
Mark menatap kucing itu, kemudian dia melihat wajah Andika yang nampak cemas dan memohon pada dirinya.
“Boleh, kamu mau kasih nama siapa ?” tanya Mark.
“Um...siapa ya (melihat anak kucing yang berbulu putih dan bercorak coklat setelah di mandikan) si Belang aja ya,” ujar Andika.
“Meooong,” Belang pun menjawab, sepertinya dia suka dengan nama barunya.
Mark tersenyum, dia jongkok dan mengelus kepala kucing kecil itu, kucing itu nampak senang dan kembali meminum susu yang di sediakan untuk dirinya.
“Ok namanya Belang,” ujar Mark.
“Horeee Dika punya kucing, namanya Belang,” ujar Andika riang.
Mark kembali melakukan analisa nya kepada Belang untuk memeriksa kondisi nya, “bwuung,” layar hologram muncul di mata Mark,
******************************
Nama : Belang.
Race : Animal (Cat).
Age : 2 weeks (dua minggu)
Gender : Male
Condition : Healthy.
******************************
“Sreeg,” pintu di belakang mereka terbuka, Mark menoleh melihat Suriwati sudah berdiri di belakang mereka.
“Masuk yuk, makanan sudah siap,” ujar Suriwati.
“Yuk Dika,” ajak Mark sambil berdiri.
“Iyaaa....boleh bawa Belang ke dalam ?” tanya Andika.
“Jangan, nanti kotor, dia di sini dulu sementara,” jawab Suriwati.
“Iya deh,” balas Andika.
Mereka pun masuk ke dalam, Amanda terlihat sudah duduk di meja makan dan mengambilkan nasi untuk Mark, Andika dan Suriwati. Mark duduk di sebelah Amanda dan Andika, langsung saja Amanda meletakkan piring berisi nasi dan lauk yang sudah di ambilnya ke hadapan Mark.
“Makan mas,” ujar Amanda.
“Iya, makasih ya,” balas Mark.
Tanpa menunda lagi, Mark mengambil sendok nya, dia menyendok makanan nya dan memasukkan ke dalam mulutnya, Mark mengunyah makanan nya sambil tersenyum, tanpa sadar dia menitikkan air mata dan terlintas sesuatu di benak nya,
“Sejak kecil....baru kali ini aku makan masakan rumahan seperti yang sering ku lihat di televisi dan smartphone, enak sekali....terima kasih,” ujar Mark dalam hati.
“Um mas ?”
Mark menoleh melihat Amanda di sebelahnya yang nampak cemas, dia juga menoleh melihat Suriwati dan Andika yang tertegun.
“Oh...maaf hahaha,” ujar Mark sambil membersihkan air matanya.
“Um...ga enak ya mas ? ga suka ya ?” tanya Amanda cemas.
“Enak banget Manda, aku suka kok, ga usah khawatir,” jawab Mark sambil menyuap lagi nasinya.
“Oh...syukurlah, aku pikir mas maksa makan sampe nangis,” ujar Amanda.
“Hehe enggak kok, ga usah di pikirkan (menoleh melihat Suriwati dan Andika) emak, Dika, ayo makan lagi, jangan bengong,” ujar Mark.
“Iya, Mark,” ujar Suriwati.
Suriwati dan Andika pun kembali makan, begitu juga Amanda yang duduk di sebelah Mark. Mark melihat suasana di meja makan nya, dia tersenyum,
“Semenjak sama nenek Vania, baru kali ini lagi aku merasakan suasana seperti ini,” ujar Mark dalam hati.
Selama ini, Mark atau Marlon tidak pernah merasakan kehangatan keluarga seperti ini, om dan tante nya tidak pernah mengajak dia makan bersama sejak dia kecil sedangkan ketika menikah dengan Vania, hanya tiga tahun dia merasakan punya keluarga ketika tinggal bersama nenek Vania, setelah itu semua kembali seperti semula dan baru sekarang lagi dia merasakannya.
“Aisha, terima kasih ya,” ujar Mark di kepalanya.
[Sama sama tuan, tapi terima kasih untuk apa ?]
“Haha pokoknya terima kasih,” jawab Mark.
[.......baiklah.]
******
Sementara itu, di saat yang sama, di sebuah tempat sepi, tepat di depan sebuah gudang yang sudah hangus dan habis terbakar, sepasang sejoli yang berniat memadu kasih menghentikan motor mereka. Seorang pemuda, pengemudi motor langsung berbalik memeluk seorang gadis di belakangnya, mereka langsung berciuman mesra.
“Eh...mas di pinggir jalan gini sih,” ujar sang gadis.
“Ah ga apa apa kali, kan di sini sepi,” balas sang pemuda sambil terus mencium sang gadis dan mulai meraba raba tubuh sang gadis.
“Ih dasar, tapi cepet ya,” ujar sang gadis sambil melepaskan ciuman nya dan tersenyum mau.
Mereka langsung berpelukan dan turun dari motor mereka, tanpa menunda lagi, sang pemuda membaringkan tubuh sang gadis di rerumputan, dia melepaskan pakaian dalam bagian dada dan bagian bawah sang gadis, kemudian membuka celana nya sendiri, keduanya langsung berpelukan dalam keadaan terbaring dan mulai saling meraba tubuh satu sama lain.
Tapi tiba tiba, “krosak,” terdengar suara di dalam gudang yang sudah hangus terbakar. Sontak keduanya menoleh melihat ke arah gudang dan berpisah, keduanya berdiri merapihkan pakaian mereka,
“Ka..kamu dengar mas ?” tanya sang gadis.
“I...iya dengar, apa ada orang ya di dalam ? tapi ini gudang kosong yang sudah terbakar kan,” jawab sang pemuda.
Sang gadis menoleh melihat sekitarnya, tidak ada bangunan lain selain gudang di depannya yang sudah hangus karena lokasi itu benar benar tempat yang terpencil. Karena penasaran, sang pemuda berjalan mendekati pintu gudang,
“Mau kemana mas ?” tanya sang gadis mencegahnya.
“Bentar, mau periksa, kamu tunggu di sini,” ujar sang pemuda.
Sang pemuda melangkah ke arah pintu yang sudah runtuh dan melihat ke dalam, “blugh,” dia langsung jatuh dan merangkak mundur dengan wajah ketakutan, sang gadis juga langsung jongkok di belakangnya dan memeluk sang pemuda.
“Ta...tangan,” ujar sang pemuda menunjuk ke depan.
“I...iya tangan....tengkorak,” tambah sang gadis sambil menutup mulutnya.
Ternyata mereka melihat sebuah lengan prostetik dari besi yang berdiri tegak di atas tanah dengan tangan terbuka membentuk cakar seakan akan ingin meraih sesuatu dan nampak sangat mengerikan sampai membuat kedua insan itu ketakutan. Langsung saja kedua insan itu berdiri dan lari ke motor mereka, kemudian mereka melaporkan temuan mereka kepada kantor polisi terdekat karena ketakutan.
Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi datang di antar oleh sepasang insan itu, dua polisi turun dari mobil kemudian pergi ke pintu masuk gudang yang sudah terbuka lebar. Polisi menemukan sebuah smartphone yang sudah hancur dan terbakar separuh, sebuah identitas bernama Marlon yang sudah terbakar separuh di bagian foto nya dan sebuah lengan prostetik yang sudah terbakar berdiri tegak seakan akan ingin meraih sesuatu, tepat di balik pintu.
Di sekitar lengan itu terlihat sisa sisa pakaian yang sudah terbakar habis dan sebagian masih menempel di lengan prostetik itu. Melihat petunjuk yang ada, sang polisi langsung menarik kesimpulan,
“Seseorang meninggal di sini, kita selidiki ini kecelakaan atau pembunuhan, mengingat tempat ini sedikit di luar kota,” ujar seorang polisi.
“Baik letnan Bara, tapi semua di dalam sudah terbakar habis,” ujar seorang polisi lainnya sambil melihat kondisi dalam gudang.
“Kita bawa dulu bukti bukti ini dan besok pagi setelah terang, kita selidiki dan cari petunjuk di dalam,” balas Bara.
“Baik letnan Bara,” ujar sang polisi.