NovelToon NovelToon
Mempelai Pengganti

Mempelai Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sablah

aku berdiri kaku di atas pelaminan, masih mengenakan jas pengantin yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. tamu-tamu mulai berbisik, musik pernikahan yang semula mengiringi momen bahagia kini terdengar hampa bahkan justru menyakitkan. semua mata tertuju padaku, seolah menegaskan 'pengantin pria yang ditinggalkan di hari paling sakral dalam hidupnya'

'calon istriku,,,,, kabur' batinku seraya menelan kenyataan pahit ini dalam-dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sablah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pertemuan terselubung

Rama kembali ke dalam kafe dengan langkah yang sudah lebih tenang. namun, pikirannya masih dipenuhi dengan apa yang baru saja terjadi di luar. perbincangan singkat dengan Karina, permintaannya yang aneh, serta rahasia yang belum ia pahami sepenuhnya.

begitu ia sampai di meja, Alda langsung menoleh dengan ekspresi sedikit cemas namun juga penasaran.

"Rama, kamu dari mana?" tanyanya cepat, suaranya terdengar sedikit khawatir.

Rama tersenyum kecil, berusaha terlihat santai. "ke toilet sebentar," jawabnya ringan sambil menarik kursinya dan duduk kembali.

Alda memperhatikan wajah Rama dengan seksama, mencoba mencari tanda-tanda ketidak jujuran. entah kenapa, hatinya merasa ada sesuatu yang aneh.

"tapi itu waktu yang cukup lama, Ram." Alda masih belum puas dengan jawabannya.

Rama tertawa kecil, mencoba mengalihkan suasana. "tadi toilet sedang antri, Da. jadi kami harus bergantian" dengan masih penuh usaha, Rama kembali meyakinkan lagi.

dan akhirnya, mau tidak mau Alda harus menerima alasan dari Rama. meski sebenarnya dia masih yakin ada yang janggal dengan alasan itu, bukan tanpa sebab, tapi sesuai apa yang sudah ia lihat, kafe ini sedang lenggang atau tidak terlalu penuh dengan pengunjung, jadi tidak masuk logika jika toilet dalam keadaan antri.

namun, meskipun Alda tersenyum, ada sedikit kegelisahan di matanya. ia tidak tahu kenapa, tapi hatinya merasa bahwa ada sesuatu yang Rama sembunyikan. tapi ia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh.

sementara itu, Gani yang sedari tadi diam, hanya melirik sekilas ke arah Rama. tatapan mereka sempat bertemu sesaat, dan seolah ia juga sedang membaca sesuatu dari sikap Rama.

Arya, yang menyadari suasana sedikit berubah, segera berdeham kecil lalu menepuk meja. "oke, oke, jangan serius banget. ayo kita lanjut makan sebelum makanan ini dingin!" serunya, mencoba mencairkan suasana.

Laras menimpali dengan senyum cerah. "benar! apalagi nanti ada dessert enak yang harus kita coba bareng!"

suasana pun perlahan kembali normal. namun, dalam hati Rama, ia tahu bahwa perbincangan nya dengan Karina tadi bukanlah hal sepele. dan cepat atau lambat, ia harus menghadapi apa pun yang akan terjadi setelah ini.

***

setelah hampir dua jam berbincang, suasana di meja mereka terasa lebih santai. obrolan ringan tentang pekerjaan, rencana liburan, dan cerita-cerita konyol mengisi waktu mereka. meskipun begitu, Alda masih sesekali melirik ke arah Rama, mencoba membaca ekspresi pria itu yang sejak kembali dari luar tampak sedikit berbeda.

"aku masih nggak percaya kamu bisa ngabisin dua porsi nasi goreng sendirian, Arya," komentar Laras sambil terkekeh.

Arya mengangkat bahu dengan bangga. "apa boleh buat? aku memang berbakat dalam hal makan."

Ayu menimpali, "bakat yang tidak bisa dianggap remeh."

mereka tertawa bersama, hingga akhirnya Arya melihat jam tangannya dan berdeham kecil. "oke, sepertinya ini sudah cukup lama kita disini. bukankah perjalanan dari sini ke rumah singgah mu hampir 1 jaman ya, Ram?"

"benar, Ar. ada baiknya kita bergegas sekarang. kalian juga perlu istirahat" Rama tersenyum seraya melirik teman-teman nya secara bergantian.

Ayu mengangguk setuju. "setuju! aku juga mulai ngantuk."

Laras menoleh ke Rama. "kita langsung pulang ke rumah singgah mu kan, Ram?"

Rama mengangguk seraya bangkit. "iya. kalian ikut ke sana"

"yasudah ayo bergegas sebelum semakin malam" Arya ikut bangkit dan begitu juga yang lain.

setelah membayar tagihan, mereka semua keluar dari kafe. udara malam terasa sejuk, dengan lampu jalan yang menerangi aspal jalanan

Rama berjalan menuju mobil dinasnya, diikuti Alda. sementara itu, Arya, Laras, Ayu dan Gani masuk ke mobil mereka sendiri.

"jadi kita pakai dua mobil, ya?" tanya Laras.

Arya mengangguk. "iya, Rama dan Alda naik mobil sendiri. kita ngikutin di belakang."

begitu semua siap, mereka pun berangkat. Rama dan Arya mengemudikan mobilnya dengan tenang. di mobil depan, Rama sesekali melirik ke spion, memastikan mereka tetap berada di jalur yang sama.

sedangkan Alda memilih diam tanpa berniat membuka pembicaraan sama sekali, Alda kembali melirik ke arah laki-laki disampingnya. ia tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiran pria itu, tapi ia memilih untuk tidak bertanya dulu.

sekitar satu jam kemudian, mereka tiba di rumah singgah. Rama memarkir mobilnya di samping depan rumah singgah, diikuti oleh Arya yang memarkir mobilnya di depan.

begitu turun, Laras langsung meregangkan tubuhnya. "akhirnya sampai juga!"

mereka berjalan masuk ke dalam rumah singgah, yang terasa hangat dan nyaman. Alda menyalakan lampu ruang tamu, sementara Rama melepas jaketnya.

"minum dulu?" tawar Alda.

Laras langsung mengangguk. "kalau ada teh hangat, aku nggak bakal nolak, Da."

Alda tersenyum dan menuju dapur, sementara yang lain mulai duduk di ruang tamu. Arya melihat ke arah Rama, lalu bertanya santai, "jadi, ada sesuatu yang perlu kita bahas malam ini?"

Rama terdiam sejenak, lalu menghela napas. "mungkin besok saja, Ar. sekarang, pindahkan dulu barang-barang kalian. "Arya dan Gani, kalian bisa meletakkan barang di kamar tengah," katanya sambil menunjuk salah satu pintu.

"oke, Ram" Arya dan Gani langsung membawa barang mereka ke kamar yang dimaksud, tetapi sebelum mereka masuk, Rama menambahkan, "di kamar itu tidak ada kasur ranjang, jadi kalian akan tidur di ruang tamu menggunakan kasur lipat. tapi kasurnya cukup tebal dan muat untuk kalian berdua."

Arya berhenti sejenak dan menoleh. "tidak masalah Ram, kita sudah biasa"

"iya" Gani yang sejak tadi diam hanya mengangguk singkat.

Arya menghela napas kecil. "kalau begitu, kami letakkan barang dulu."

"iya, silahkan"

sementara itu, Laras dan Ayuu masih duduk di depan Rama menunggu. "Laras, Ayu, kalian bisa tinggal di kamar kami. tidurlah bersama Alda. ranjang disana cukup besar."

Ayu langsung menatap Rama dengan ekspresi ragu. "lalu kamu akan tidur di mana?"

Rama tetap tenang. "di ruang tamu. sama seperti Arya dan Gani."

Laras ikut menimpali, "aku merasa tidak nyaman jika harus menggunakan kamar yang biasa kamu tempati, sementara kamu malah tidur di ruang tamu, Ram."

Rama tetap dengan nada santainya. "kalian berdua perempuan. lebih berhak dan aman jika kalian tidur di sana. aku tidak masalah tidur di luar."

Ayu masih terlihat ragu. "tetap saja, rasanya tidak adil."

pada saat itulah, Alda muncul dari dapur, membawa nampan berisi beberapa cangkir teh hangat, roti, dan camilan kecil. ia berjalan mendekat dengan ekspresi tenang. "ada sesuatu yang belum selesai dibahas?" tanyanya sambil meletakkan nampan di meja.

Laras menoleh ke Alda. "aku dan Ayu merasa kurang nyaman jika harus tidur di kamar kalian, sementara dia malah tidur di ruang tamu."

Alda melirik sekilas ke arah Rama. ia sebenarnya juga merasa tidak enak, tetapi ia tidak menunjukkannya di depan teman-teman mereka. dengan senyum tipis, ia berkata, "kalau Rama tidak keberatan, mungkin memang lebih baik seperti itu."

Rama mengangguk. "ya, aku tidak keberatan sama sekali. kalian tidak perlu merasa bersalah."

Ayu akhirnya menghela napas kecil. "baiklah, kalau kamu benar-benar yakin."

Rama tersenyum kecil. "tidak masalah. sekarang, lebih baik kita minum teh dulu."

mereka akhirnya duduk di ruang tamu, menikmati teh hangat dan camilan yang dibawa Alda. meskipun suasana kembali tenang, Alda masih menyimpan sedikit ketidaknyamanan dalam hatinya. namun, ia memilih untuk tidak mengungkapkannya di depan yang lain.

setelah beberapa menit mereka mengobrol, Laras meregangkan tubuhnya sambil menghela napas. "baiklah, aku rasa sudah waktunya kita istirahat."

Ayu mengangguk setuju. "benar. besok Rama juga harus kerja, kan?"

Alda ikut bangkit dari tempat duduknya. "benar, Rama besok harus bekerja pagi. yasudah, kita langsung istirahat saja. Laras, Ayu, ayo kalian ikut aku"

Laras tersenyum dan mengangguk. "iya, Da"

Ayu dan Laras kemudian berjalan menuju kamar yang sudah disiapkan untuk mereka, sementara Rama, memperhatikan mereka masuk sebelum akhirnya ia sendiri berdiri dan beranjak ke arah pintu.

Arya yang masih duduk di ruang tamu menoleh ke arahnya. "mau ke mana, Ram?"

Rama menjawab dengan santai, "aku akan mengembalikan mobil Kepala Desa dulu. kalian segeralah tidur. kasurnya ada disudut ruangan kamar tengah, bantal dan selimut juga ada disana. aku akan menyelesaikan urusan ku dulu"

Gani hanya mengangguk singkat, sementara Arya tidak menaruh kecurigaan sedikit pun. "oh, ya sudah. hati-hati di jalan."

Rama tersenyum kecil. "iya."

tanpa banyak bicara lagi, ia melangkah keluar rumah singgah, menutup pintu dengan hati-hati agar tidak mengganggu yang lain. setelah memastikan suasana sepi, ia masuk ke mobil dan menyalakan mesin. namun, alih-alih menuju rumah kepala desa, Rama justru mengambil rute lain.

ia melajukan mobilnya menuju sebuah persimpangan di tengah kebun kopi, lokasi yang sudah dikirimkan oleh Karina sebelumnya.

suasana di persimpangan kebun kopi itu terasa sunyi, hanya suara dedaunan yang bergesekan tertiup angin malam. lampu mobil Rama masih menyala, menerangi jalan tanah yang membentang di antara barisan pohon kopi yang rimbun. aroma khas tanah basah bercampur dengan wangi dedaunan hijau yang lembab.

beberapa menit berlalu dalam keheningan, hingga akhirnya Rama melihat sebuah mobil melaju dari arah berlawanan. lampu depan mobil itu menyinari jalan yang sempit, menciptakan siluet pohon-pohon yang bergerak seiring lajunya.

mobil itu melambat sebelum akhirnya berhenti sekitar lima meter di depannya. mesin dimatikan, dan dalam cahaya redup, Rama bisa melihat sosok Karina keluar dari kursi pengemudi.

ia mengenakan jaket gelap, rambutnya tergerai sedikit berantakan tertiup angin. namun, yang menarik perhatian Rama adalah kain yang ia bawa di tangannya.

Karina melangkah mendekat dengan tatapan yang sulit ditebak, ekspresinya tidak terbaca, antara serius, waspada, atau mungkin... menyesal.

begitu jaraknya cukup dekat, ia berhenti sejenak, lalu mengangkat sebuah benda yang dia genggam, memperlihatkan detailnya di bawah cahaya lampu mobil Rama.

sekilas, kain itu terlihat seperti selembar pakaian biasa, tetapi saat Rama melihat lebih jelas, tubuhnya seketika menegang.

napasnya terasa berat. matanya terpaku pada kain itu. itu bukan sembarang kain, itu adalah sebuah baju, baju terakhir yang dikenakan Naila sebelum dia menghilang.

Rama sangat ingat detailnya. warna krem lembut, dengan motif bunga-bunga kecil di bagian bawahnya. masih tergambar jelas dalam ingatannya karena Naila sendiri pernah mengirimkan foto dengan mengenakan baju itu, hanya beberapa jam sebelum ia menghilang tanpa jejak.

darahnya berdesir. tangannya mengepal. "di mana kamu mendapatkan itu?" tanyanya dengan suara yang lebih dalam, nyaris bergetar menahan emosi.

Karina tetap diam selama beberapa detik, sebelum akhirnya menatap Rama dengan serius. "aku akan menjelaskannya, Rama... tapi dengarkan aku baik-baik."

malam semakin terasa dingin, tetapi bagi Rama, perasaan yang menggelayut dalam dadanya jauh lebih mengerikan dibanding udara malam yang menusuk kulit.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!