NovelToon NovelToon
Antara Dia Dan Sahabat Kuu

Antara Dia Dan Sahabat Kuu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dosen
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: dragon starr

Liliy aqila khanza, Hesti Adifa dan Wina arfa alia bersahabat sejak TK sampai bangku kuliahan. mereka menamainya Black Ladies karena mereka memiliki kesamaan tidak menyukai warna yang cerah dan itu menggambarkan kepribadian mereka. Liliy aqila khanza berusia 19 tahun dan diagnosa dan mengidap DID ( Dissociative identy Disorver) 8 tahun yang lalu. Trauma masa kecil akibat broken home membuat tempramennya sulit ditebak. Liliy jurusan seni dan tergolong pandai di kelasnya. Gitar merupakan barang kesayangannya yang selalu di bawa kemana pun dia pergi. hesty dan wina ialah sahabat yang selalu memahaminya mereka tidak membiarkan sahabatnya larut dalam kesedihan. Hingga persahabatan mereka di uji oleh seorang laki-laki tampan jurusan olahraga yang merupakan pindahan dari kota. postur tubuhnya yang kokoh membuat idola para kaum hawa di kampusnya.Kedatangannya membuat persahabatan mereka mulai retak. Apakah Black Ladies mampu mengatasi keretakan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dragon starr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14 . Persiapan Pentas (1)

 " Jangan menghilangkan percaya diri kalian hanya dengan keraguan. Fokus pada apa yang kalian ingin raih, jadikan kegagalan sebuah pengalaman yang menjadikanmu lebih baik lagi. Gagal, bangkit lagi."

  Sesampainya di rumah, Lily mendapati neneknya duduk di sofa lagi nonton dan Lily langsung menghampiri dan duduk di samping nya tanpa mengganti dulu pakaiannya.

  Neneknya menoleh ke arah Lily dan terkejut karena langsung duduk di sampingnya tanpa memberi salam dan mencium tangan neneknya terlebih dahulu, tidak seperti hari ini. Biasanya kalau pulang, Lily pasti teriak mengucapkan salam walaupun neneknya ada di dapur, neneknya bisa juga mendengarnya. Tapi, hari ini Lily berbeda dengan hari yang lain. Mukanya cemberut saat masuk dan tidak menyapa neneknya sama sekali. Neneknya pun bertanya pada cucunya yang tanpa ekspresi itu.

 " Li, kok nggak beri salam?" tanya neneknya heran.

" Maaf Nek, lupa." Ucap Lily singkat dengan masih ekspresi datar ke depan.

"Iya, kamu ganti baju dulu baru kita makan, pasti kamu udah lapar 'kan?" Tanya neneknya yang mengalihkan pertanyaannya karena melihat Lily tidak ingin bercerita saat itu.

"Iya, Nek." Jawabnya sambil meninggalkan neneknya.

  Neneknya heran dengan ekspresi cucunya hari ini, karena dia tidak pernah seperti itu. Neneknya tidak bertanya alasannya cemberut. Mungkin itu belum waktunya bertanya, neneknya hanya menyuruhnya pergi ganti baju dulu.

  Setelah beberapa menit, Lily sudah ganti baju dan belum juga turun untuk makan. Neneknya naik ke kamarnya untuk menghampirinya dan langsung masuk ke kamarnya karena kebetulan Lily tidak mengunci pintu kamarnya.

"Nak, kok belum turun makan?" Tanya neneknya uang mendapati Lily duduk di atas kasurnya dan termenung.

" Nanti aja Nek, aku belom lapar" ucap Lily sambil menunduk.

" Kamu kenapa Nak? Ada masalah di kampus?" Tanya neneknya makin dekat duduknya di samping Lily sambil mengusap pundaknya.

" Bukan masalah sih nek, aku cuma bingung," ucap Lily uang mulai menceritakannya sedikit.

" Bingung kenapa, Nak? cerita ama nenek, siapa tau nenek bisa bantu," tanya neneknya yang menjadi pendengar yang baik dan tempat curhat Lily setelah orang tuanya pisah.

" Gini, Nek. Di kampus aku ngadain kegiatan pentas seni, aku bingung ikut atau tidak soalnya aku tidak percaya diri. Pasti banyak yang jago jago main musiknya nanti." Keluhnya Lily pada neneknya yang masih menunduk dan takut menatap neneknya.

 " Kenapa mesti tidak percaya diri? Kamu 'kan ingin jadi musisi yang terkenal. Jadi, harus percaya diri. Buktikan di semua orang kalau kamu tidak menunjukkan bakatmu, bagaimana orang lain bisa menilainya." Ucap neneknya yang sedikit menasehati Lily dan memotivasi agar Lily percaya diri.

" Tapi, Nek," ucapnya dengan masih ragu.

 " Tidak ada tapi tapian lagi, kamu harus buktikan pada nenek kalau kamu nanti jadi musisi terkenal, buat nenek bangga. Nenek ingin sekali melihat cucu nenek terkenal, nenek juga nanti bisa liat di TV." Ucap neneknya meyakinkan Lily sambil tersenyum kembali.

" Nanti aku pertimbangkan lagi yah, Nek." Jawab Lily yang mulai menatap neneknya sambil tersenyum dan sedikit memegang perutnya yang sempat terlihat oleh neneknya.

"Iya." Balas neneknya memahami cucunya, neneknya melihat Lily memegang perutnya paham dan mengajaknya makan, "Ayo! kita makan, nenek tau kamu sudah lapar kan? Ajak neneknya sambil tersenyum melihat ekspresi lucu cucunya.

" Heheh, dari tadi nek sebenarnya," ucapnya sambil menahan tawa.

" Gitu dong, jangan cemberut terus 'kan nenek jadi khawatir, lain kali jangan buat khawatir lagi yah," ucap neneknya dengan menasehatinya sambil tersenyum karena lega melihat cucunya tidak cemberut lagi.

" Maaf yah, Nek. Lily tidak bermaksud begitu, Lily tadi cuman bingung karena ikut kegiatan pentas itu atau tidak," ucap Lily yang merasa karena sudah membuat neneknya khawatir.

" Nggak apa," jawab neneknya.

"Ayo! Kita makan, aku sudah lapar nih dari tadi," ajaknya Lily sambil berdiri dan menggandeng tangan neneknya.

"Iya, nenek juga lapar," ucap neneknya dan mengikuti langkah Lily.

  Sesampai mereka di meja makan, mereka duduk di kursi dan makan tanpa ada perbincangan. Setelah makan, Lily pamit ke kamarnya kembali untuk istirahat dan memutuskan ikut atau tidak kegiatan pentas musik akhir tahun itu.

 Lily pun menuju kamarnya dan duduk di kursi depan meja belajarnya merenungkan sambil mengingat perkataan neneknya.

" Saya harus ikut pentas seni itu, aku mau buat nenek bangga. Aku juga mau menunjukkan bakat ku nanti, aku mau jadi musisi terkenal dan tidak mau merepotkan nenek lagi. " Gumamnya Lily dengan yakin dan percaya diri.

 Lily tidak berpikir panjang lagi dan langsung mengambil ponselnya di atas meja dan menghubungi Hesti dan Wina kalau jadi ikut kegiatan pentas itu.

 Kring... kring, ponsel Hesti dan Wina berdering. Tidak lama kemudian mereka menganggatnya, kebetulan mereka lagi tidak sibuk, hanya baring sambil menonton drakor kesukaannya.

[ Halo kenapa Li? Rindu yah? Perasaan baru ketemu di kampus, masa kengen lagi,] candanya Wina sambil ketawa.

" Kangen ama lu, amit-amit. Mending aku kangen ama kucing daripada kamu," balasnya Lily sambil ketawa.

[ Tega yah kamu, sama sahabat sendiri nggak kangen, ] ucapnya Wina dengan cemberut.

[Kenapa Li?] Potongnya Hesti bingung di telepon sama Lily.

" Aku jadi ikut di kegiatan pentas seni akhir bulan nanti," ucapnya Lily.

[ Yeyy, kita lengkap yah. Nanti kita sama sama ambil formulirnya di panitianya,] jawabnya Hesti dengan senang.

[ Akhirnya bisa tampil juga nanti, semoga kita bisa juara] Tambahnya Hesti dan berharap sekali untuk menang.

[Pasti dong kita juara, aku bakalan latihan dengan serius] ucapnya Wina dengan percaya diri.

" Kalau latihannya di mana yah?" Tanyanya Lily.

[ Bagaimana kalau di rumah Wina aja, soalnya di rumah Wina tuh lengkap peralatannya dan ada ruang khususnya lagi, kita tinggal bawa aja alat musik yang dimainkan,] Sarannya Hesti pada Lily yang mengingat kalau rumah Wina itu lengkap peralatan musiknya.

" Boleh juga tuh. Bagaimana, Win? Boleh Nggak? Tanyanya Lily pada Wina untuk memastikan.

[ Boleh, boleh. Kapan mau latihannya] tanyanya kembali Wina yang tidak sabar latihan.

" Kita cari waktu saja 'kan hari sabtu dan minggu itu kita libur. Jadi, kita latihan di hari itu. Bagaimana?" Sarannya Lily yang sudah mempersiapkan harinya untuk latihan.

[Aku setuju sih,] jawabnya Hesti dan Wina bersamaan.

[Emang kapan buka pendaftarannya? Nanti kita ketinggalan lagi] Tanyanya Wina yang tidak mengetahui kapan pendaftarannya di buka.

[ Aku liat di mading, pendaftarannya sudah di buka kemarin,] ucapnya Hesti.

" Oke, kita sama-sama aja besok ambil formulirnya kalau setelah kuliah"

[ Oke, oke. Udah dulu yah, aku dipanggil sama mama] ucapnya Wina sambil menutup teleponnya karena di panggil oleh mamanya untuk berbelanja sesuatu di minimarket.

[ Li, kamu tetap main gitar 'kan?] tanya Hesti.

" Iya kamu 'kan biola dan pastinya Wina itu menyanyi," ucapnya Lily dengan memastikan.

[ Oke, kita cerita aja besok setelah ambil formulir.] ucapnya Hesti.

" Siap. Oh yah, sudah dulu yah aku mau kerja tugas dulu." Pamitnya Lily.

[ Tunggu dulu tugas apa? Emang kita punya tugas?] Tanyanya Hesti yang bingung.

" Tugas bukan untuk besok, tugas ini yang di kumpul minggu depan." Jelasnya Lily menjelaskan.

[ Oh yang itu, aku hampir lupa,] ucapnya Hesti.

" Sudah dulu yah, sampai ketemu besok di kampus," Pamitnya Lily.

[Oke,] jawabnya Hesti sambil menutup teleponnya.

Setelah Hesti menutup teleponnya, Lily mengerjakan tugas agar tidak menumpuk. Lily memang selalunya begitu mengerjakan tugasnya jika ada waktu luangnya karena jangan sampai kelupaan. Setelah mengerjakan tugasnya, Lily menuju kasurnya untuk istirahat.

1
ナディン(nadin)
Suka banget sama karakter yang kamu buat thor, semoga terus berkembang.
Odette/Odile
Suspensnya bikin nagih
Arsène Lupin III
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!