"Kau masih gadis?"
"I-iya, Tuan."
"Bagus. Kita akan membuktikannya. Kalau kau berbohong, kau akan tahu apa akibatnya."
Bab 10
Pria itu meludah di telapak tangannya, tetapi sebelum pria itu melanjutkan aksinya, ia mendadak saja jatuh ke lantai, suara erangan kesakitan terdengar. Hal yang sama terjadi dengan beberapa pria lainnya.
Ariella gemetar dan terisak-isak, lalu ketika melihat orang-orang itu terkapar di tanah sambil kesakitan dengan cairan merah di lantai, Ariella menahan mual. Ia mendongak, menemukan dua orang pria bergerak maju.
Di belakang pria itu, Carlton Rutherford menyusul.
"Tuan Rutherford!"
Ariella tidak tahu apa yang ia lakukan, ia tidak tahu mengapa kakinya justru sangat kokoh saat membawanya berlari dan menjatuhkan dirinya ke dada pria itu.
"Tuan Rutherford, tolong aku."
Carlton menunduk, menatap puncak kepala Ariella yang merapat padanya, begitu memelas bagaikan anak kucing yang hilang di sebuah kota besar sendirian.
Meskipun terkejut dengan reaksi Ariella, ekspresi di wajah Carlton tidak berubah. Ia malah terbilang bersikap skeptis, dan mengangguk ke arah anak buahnya.
"Urus sisanya. Kembalikan mereka pada bos mereka, dan blacklist apartemen ini. Keamanannya sungguh meragukan."
Lalu, tatapan Carlton tertuju pada puncak kepala Ariella, ke rambut coklatnya yang diikat kuncir kuda.
"Kau, ikut aku."
Maka Ariella pergi ke mobil Carlton lagi. Kali ini di sana ada seorang pria bernama James, mengawasi Ariella dengan matanya yang tajam.
Bukannya ditenangkan, Carlton justru mencecar Ariella dengan berbagai pertanyaan saat berada di perjalanan.
"Apa kau mata-mata Tora?"
Mata Ariella melebar sebentar, terkejut karena Carlton langsung bertanya pada inti, dan pada sesuatu yang sama sekali tidak Ariella tahu.
"Aku tidak mengenal siapa orang yang Tuan sebutkan tadi."
"Pembohong! Kalau kau berencana mendekatiku untuk mencari kelemahanku. Kau tidak akan berhasil, Nona."
"Sungguh! Aku tidak mengerti dengan apa yang kau maksud, Tuan."
Mata hijau Carlton menyipit.
"Kau memiliki hutang dengan orang-orang Tora. Dia pasti memintamu untuk mendapatkan sesuatu dariku sebagai ganti hutang itu, bukan?"
"Tidak aku tidak tahu apa yang kau maksud Tuan Rutherford. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan."
"Kau hanya pura-pura tidak mengerti."
"Sungguh! Aku sama sekali tidak memahami apa yang kau maksud. Aku sama sekali tidak bernohong!"
Dicengkramnya rahang Ariella, sampai mata gadis itu berkaca-kaca.
Sungguh, Ariella baru saja mengalami hal yang tidak menyenangkan.
Diteror dan hampir diperkosa oleh orang-orang mengerikan, dan meskipun ia sudah meminta tolong dengan Carlton Rutherford.
Rupanya pria itu tidak lebih baik.
Oh, Tuhan.
Apa yang ia harapkan?
Seharusnya Ariella belajar agar tidak bersikap
400
naif.
Bahwa dirinya bukan siapa-siapa bagi Carlton.
Saat pertama kali melihatnya. Ariella tahu ia takut pada pria itu.
Setelah mengetahui siapa Carlton Rutherford, seorang pewaris tunggal dari keluarga kaya raya yang terkenal di negara itu.
Ariella lebih takut lagi.
Carlton bukan hanya pria bermata hijau yang suka bercinta kasar dengan kekasihnya, tetapi juga seorang konglomerat, yang dituliskan memiliki bisnis-bisnis besar sebagai mafia kelas atas.
Dia pria berbahaya yang tidak berhati.
Mata hijau yang menatapnya adalah mata pria yang sangat membenci sesuatu. Ariella tidak tahu apa salahnya, ia sudah bicara jujur mengatakan semua yang ia tahu, tetapi pria itu sama sekali tidak terpengaruh.
"Aku tidak percaya dengan ucapanmu. Aku sudah berkali-kali dibohongi dan tahu seperti apa rencana licik gadis-gadis sepertimu ini. Kau rela melakukan apa saja demi uang, bukan?"