Seorang Presdir Perusahaan dikota Medan, dia pergi meninggalkan perusahaannya selama beberapa tahun lamanya, dia memilih untuk
mengasingkan diri disebuah Kuil.
Setelah beberapa tahun dia kembali dengan perubahan yang yang sangat besar, dia mampu menjadi Dokter Tradisional dan mampu seni bela diri.
Semoga para pembaca bisa terhibur dengan cerita ini. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeprism4n Laia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Obat Tradisional Nias Kuno
Geona hanya mengulas senyuman tipis, ketika dia mendengar nama Asli dari seorang pemuda dan sekaligus sebagai pahlawan sang ayah.
“Kalau boleh tau umur sang Pahlawanku saat ini?” Tanya Alex yang tidak mau kalah.
“saya sekarang berumur 27 tahun Tuan” Jawab Farel singkat.
Orang-orang mendengar penuturan dari Farel hanya menggelengkan kepala, mereka sangat takjub dengan kehebatan yang dimiliki Farel saat ini, dengan umur yang masih muda dia mampu memiliki kemampuan pengobatan yang setara dengan Master dan Dewa.
Namun beda halnya dengan Mirna dan Lili, mereka hanya menatap Farel dengan tatapan penuh permusuhan dan merasa Jijik.
“Farel, eh Tuan Farel! Bagaimanakah anda mempelajari cara pengobatan Tradisonal dengan mudah? Dengan umur yang masih muda” Tanya Dokter Daman lagi.
Dokter Daman akan terus menggali Informasi tentang Farel, Karena dia merasa harus belajar tentang cara Pengobatan Tradisional dengan benar.
“Saya tidak belajar banyak tentang pengobatan tradisional, tapi saya hanya memberikan analisis tentang gejala penyakit yang sedang diderita, sehingga saya akan meracik obat untuk penyakit tersebut, dan ditambahkan lagi dengan energi Qi Spiritual” Jelas Farel dengan singkat.
“Ciih.. Omong Kosong apa itu? Masak ada seorang tabib kuno, apakah dia tidak tau zaman apa sekarang ini? Berani sekali dia menipu” Lili tiba-tiba angkat bicara dan meremehkan kekuatan Farel, sontak saja Alex menolah kearah Lili yang berbicara sembrono tanpa ada batasan.
“Cukup!! Kau tidak Punya Hak untuk meragukan kehebatan Tuan Farel” Ujar Alex dengan tatapan tajamnya, yang membuat Lili meremang dan langsung mati kutu.
Mendengar Perkataan Alex yang keras, sontak saja membuat Lili menjadi Ciut dan hanya menundukan kepalanya. Sementara Mirna hanya bisa mematung tidak berani mengatakan apapun.
Dokter Daman sangat senang dengan pernyataan Farel, dia sangat ingin belajar untuk ilmu pengobatan tradisional Nias Kuno.
Setelah berbincang-bincang beberapa waktu, Dokter Daman meminta ijin untuk undur diri dari hadapan Alex dan Farel “Tuan Saya mohon ijin untuk undur diri, karena saya masih ada pasien dirumah Sakit”.
“baik Dokter Daman, terimakasih atas bantuanmu” ucap Alex dengan tenang yang masih duduk dikursi singgasananya.
“Mari Tuan!”
“Iya Silahkan” Jawab mereka serempak.
“Saya juga pamit untuk pergi Tuan, Karena saya juga ingin pergi ketempat lain” Pinta Farel dengan tenang setelah dia menyeduh Teh Poci miliknya.
“Tunggu Tuan Farel, kenapa musti tergesa-gesa, kita belum makan ditempat kecil saya ini, saya menjadi tidak enak” ujar Alex dengan sedikit berat untuk menyetujui Farel pergi.
Mendengar penuturan dari Alex, Farel hanya bisa tersenyum santai sambil berkata “Tidak Apa Tuan Alex, masih ada waktu dimasa depan untuk kita bertemu, yang terpenting sekarang adalah kesehatan Tuan sudah kembali pulih seperti semula lagi”.
“Apakah Ayahku tidak perlu diobati lebih lanjut lagi kak, eh Tuan” Ucap Geona tiba-tiba dan terasa terbata-bata.
“Sepertinya Tuan Alex tidak perlu lagi pengobatan lebih lanjut, karena seluruh luka dalamnya sudah sembuh Total, kalau bisa silahkan di cek dirumah sakit saja” Jawab Farel dengan tersenyum santai.
“Ba, baik Tuan” sambut Geona dengan menundukkan kepalanya, sambil tersenyum manis.
Tiba-tiba Handpone Farel berdering, dan kemudian dia langsung meraihnya dan menjawab “Kenapa?” Tanyanya singkat.
“Maaf Tuan Presdir, apakah ada waktu presdir untuk langsung meninjau Perkembangan Proyek di Kabanjahe?” Ucap Pak Juni diseberang sana.
“Iya baik, Jemput saya sekarang disimpang XX” ujar Farel dengan nada datarnya sambil tatapan lurus kedepan.
“Baik Presdir” Jawa Pak Juni singkat, dan langsung memerintahkan anak buahnya untuk langsung OTW ditempat tujuan.
Setelah sambungan telepon terputus, Farel langsung berpamitan dan keluar dari Rumah Alex, karena sang Sekretaris sudah menunggunnya disimpang jalan yang sudah ditentukan oleh Farel.
“Ayo Presdir silahkan masuk”
Mobil langsung berjalan dengan cepat menuju kearah Kabanjahe, karena waktu dari Medan ke kabanjahe mencapai waktu kurang lebih 2 jam setengah.
Kembali Dimansion utama Alex Sitanggang, Lili dan Mirna sudah diduduki disofa dihadapan Alex.
“Jelaskan kepadaku, kenapa kalian lebih senang jika saya tidak bisa diselamatkan?” tanya Alex dengan nada dinginnya.
“Tau darimana! kalau kami menginginkanmu tidak selamat? Saya sangat mencemaskanmu Ayah, kita sudah berapa tahun hidup bersama dalam suka maupun duka” Jelas Lili dengan mengundang air matanya yang terlihat mendung.
“Iya yah, dia yang tidak perduli kepada ayah ketika Ayah sedang dalam kritis, dia malah enak-enakan diluaran sana” hardik Mirna menghunjuk Geona dan menimpali perkataan ibunya.
Geona yang mendengarkan perkataan itu, sontak saja membelalakan matanya dengan sangat terkejut, kemudian dia melihat sang Ayah yang hanya memandangi kesatu arah saja.
Alex hanya bisa mengerutkan keningnya, ketika dia mendengar hardik Mirna terhadap Geona, Alex merasa sangat Geram dengan tindakan Anak dan Ibu itu.
“iya benar Ayah! Geona lebih mementingkan kegiatan Fotografernya dibandingkan berada disisimu! Dia memang dasar anak pembawa sial dirumah ini, hanya Mirnalah yang selalu perhatian kepadamu” Ucap Lili dengan nada memprovokasi, sambil dia menatap Mirna dengan kasih sayang dan mengelus tangan sang putri.
Mirna juga menyambut kelakuan hangat sang Ibunda, dia memasang senyuman sedih seakan-akan dialah yang sangat tertindas dalam hal ini.
Alex berdiri dari singgah sananya, kemudian dia melangkah beberapa langkah kedepan, dengan menggendong tangannya dibelakang, kemudian dia menatap langit-langit ruangan itu dengan menghela nafas beratnya.
“Baiklah kalau begitu kejadiannya, Saya sudah memutuskan!” Perkataan Alex bagaikan sebuah keputusan pengadilan yang sangat mulia, ketika telinga mendengarnya lebih dalam.