Di sebuah kota yang tampak tenang, Alvin menjalani hidup dengan rutinitas yang seolah-olah sempurna. Seorang pria berusia awal empat puluhan, ia memiliki pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman. Bersama Sarah, istrinya yang telah menemaninya selama 15 tahun, mereka dikaruniai tiga anak: Namun, di balik dinding rumah mereka yang tampak kokoh, tersimpan rahasia yang menghancurkan. Alvin tahu bahwa Chessa bukan darah dagingnya. Sarah, yang pernah menjadi cinta sejatinya, telah berkhianat. Sebagai gantinya, Alvin pun mengubur kesetiaannya dan mulai mencari pelarian di tempat lain. Namun, hidup punya cara sendiri untuk membalikkan keadaan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan Meyra, guru TK anak bungsunya, membawa getaran yang belum pernah Alvin rasakan sejak lama. Di balik senyumnya yang lembut, Meyra menyimpan cerita duka. Suaminya, Baim, adalah pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aufklarung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah masuk ke rumah, Rey langsung menuju kamarnya dan melemparkan tasnya ke sudut ruangan. Ia merebahkan diri di kasur, mengambil ponsel, dan menelpon Disti. Wajah Disti muncul di layar, cantik dan ceria seperti biasa.
"Kamu udah sampai rumah?" tanya Disti sambil tersenyum.
"Iya, baru aja sampai. Kamu lagi apa?"
"Baru selesai belanja, liat nih aku beli tas baru!"
Rey tersenyum kecil, sudah biasa melihat Disti menunjukkan barang-barang baru yang ia beli. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari rencana liburan hingga acara keluarga Disti minggu depan. Namun, meski bibirnya berbicara, pikirannya perlahan mulai mengembara.
Setelah hampir satu jam, mereka mengakhiri panggilan dengan ucapan selamat malam. Rey meletakkan ponselnya di samping bantal dan menatap langit-langit kamarnya.
Entah kenapa, wajah Nadine kembali muncul dalam benaknya. Senyum ramahnya, cara dia menunduk malu saat menerima makanan dari rheana, dan matanya yang penuh ketulusan. Nadine tampak berbeda dari perempuan yang biasa Rey temui dalam lingkaran pertemanannya.
"Kenapa aku kepikiran Nadine?" gumamnya pelan.
Ia menggeleng, berusaha menepis pikirannya. Mungkin ini hanya rasa penasaran. Nadine memiliki aura yang sederhana dan polos, sesuatu yang jarang ia temui. Ada sesuatu yang membuat Rey merasa nyaman berada di dekatnya.
"Aku udah punya Disti," kata Rey pada dirinya sendiri. "Aku nggak boleh mikirin yang lain."
Namun, semakin ia mencoba menghapus bayangan Nadine, semakin kuat perasaan itu menghampirinya. Detak jantungnya berpacu lebih cepat saat ia mengingat Nadine
Rey menutup matanya, berharap perasaan itu akan menghilang begitu ia tertidur. Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa apa yang ia rasakan bukan sekadar rasa penasaran biasa. Mungkin, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Rey mulai memahami arti jatuh cinta pada pandangan pertama.
Keesokan paginya, Rey mengantar adik-adiknya ke sekolah. Rheana dan adik bungsunya, Cessa, duduk di kursi belakang mobil, bercanda sepanjang perjalanan. Saat mereka melewati jalan utama, Rheana tiba-tiba menunjuk ke arah seorang gadis yang berdiri di pinggir jalan.
"Kak Rey, tolong berhenti. Biarkan Nadine numpang sama kita ya, kan lumayan ongkosnya untuk disimpannya," pinta Rheana.
Rey menepi, membuka jendela, dan melirik sekilas ke arah Nadine yang berdiri di pinggir jalan. Nadine terlihat terkejut namun tersenyum malu-malu saat Rheana melambai ke arahnya.
"Ayo, Nadine. Numpang sama kita aja," kata Rheana ceria.
Nadine mengangguk dan masuk ke dalam mobil dengan canggung. Di pangkuannya, seekor kucing kecil berwarna putih mengintip dari balik tasnya. Rey tersenyum kecil melihatnya.
"Kucing kamu ikut juga ya?" gumam Rey pelan, hampir tidak terdengar.
Rheana tertawa kecil, "Kak Rey suka manggil Nadine kucing imut, lho. Karena pemalu tapi menarik."
Nadine tersenyum tipis, wajahnya merona. Rheana meraih tangan Nadine dan membimbingnya masuk ke dalam mobil, sementara Rey melirik Nadine sekilas dari kaca spion. Mobil melaju, dan Cessa lebih dulu diantar ke sekolahnya.
Setelah itu, giliran Rheana dan Nadine. Saat mereka turun, Nadine menatap Rey dan tersenyum, "Terima kasih, Kak Rey."
Rey mengangguk pelan, "Iya, hati-hati ya."
Setelah Rheana dan Nadine keluar dari mobil, Rey tersenyum lepas. Ada rasa hangat di hatinya yang sulit dijelaskan, dan pagi itu terasa lebih cerah dari biasanya.
Sepulang sekolah, Rey menjemput adik-adiknya. Kali ini, Rey sendiri yang menawarkan diri. Cessa sudah duduk di bangku depan bersama Rey saat mereka menuju sekolah Rheana. Setelah Rheana masuk ke mobil, Rey menoleh dan bertanya, "Kawanmu Nadine nggak ikut sama kita aja?"
Rheana menoleh keluar dan berkata, "Sebentar ya kak, aku panggil dulu Nadine."
Tak lama kemudian, Rheana berlari kecil dan menarik tangan Nadine agar ikut bersama mereka. Nadine tampak sedikit segan, namun akhirnya mengangguk dan masuk ke dalam mobil.
"Aku jadi sering numpang, nggak apa-apa kan Kak Rey?" tanya Nadine pelan.
Rey hanya tersenyum dan mengangguk. "Santai aja, Nadine."
Dalam perjalanan pulang, Nadine duduk diam, sementara Rheana asyik bercerita di kursi belakang. Sesekali Rey melirik Nadine dari kaca spion, dan meski hanya sesaat, perasaan hangat kembali memenuhi hatinya.
Jam 3 sore, seperti biasa, Nadine mengayuh sepedanya menuju rumah Rheana. Suara roda sepeda yang berputar menyatu dengan riuhnya udara sore yang menyegarkan. Nadine sudah terbiasa datang ke rumah Rheana setiap hari untuk mengerjakan pekerjaannya. Begitu sampai, dia langsung menaruh sepedanya di samping rumah dan berjalan menuju ruang tamu.
Rheana, yang sudah menunggu, segera memberitahu bahwa hari ini dia akan les privat.
Tiba-tiba, dari arah dapur, terdengar suara pintu yang terbuka. Rey, yang sedang mengambil minuman, melangkah keluar dari dapur dan melihat ke arah Nadine. Dia menatap sejenak, lalu matanya teralih ke arah Nadine yang tengah sibuk menggosok pakaian.
Rey merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, dan akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya. "Nadine, apa Rheana punya pacar di sekolah?" tanyanya, suaranya sedikit penasaran.
Nadine menoleh ke arah Rey dengan ekspresi heran. "Sepertinya nggak ada, Kak," jawabnya. "Tapi yang suka sama Rheana banyak, sih. Rheana kan cantik, ya, pastilah banyak yang suka." Nadine tersenyum kecil, seolah sedang berbicara tentang hal biasa, meskipun ada sedikit rasa bangga dalam suaranya saat menyebutkan kecantikan Rheana.
Rey terdiam sesaat, kemudian tanpa disangka berkata, "Kamu pun cantik kok." Suaranya terdengar pelan, dan wajahnya segera memerah, merasa sedikit canggung dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
Dia segera berbalik dan berjalan menjauh, berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman yang mulai muncul. Nadine terdiam, matanya mengikuti langkah Rey yang semakin menjauh. Kata-kata itu terus berputar dalam pikirannya. "Kamu pun cantik kok..." Nadine berusaha mencerna apa yang baru saja dia dengar. Jantungnya berdebar tak terkontrol, namun dia mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya.
Beberapa detik berlalu dalam keheningan, sebelum Nadine akhirnya kembali memfokuskan dirinya pada tugas yang ada. Namun, sedikit tawa kecil terdengar dari bibirnya, entah mengapa, dia merasa sedikit bahagia mendengar pujian itu, meskipun Rey sepertinya merasa canggung setelah mengatakannya.
Halo, Pembaca Setia! ✨
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Dukungan kalian sangat berarti dan membantu saya untuk terus berkarya!
Jika kalian menikmati cerita ini, ada beberapa cara untuk mendukung saya:
🌟 Beri Komentar & Like – Komentar kalian memberikan semangat dan inspirasi bagi saya untuk terus menulis!
🌟 Tambahkan ke Perpustakaan – Dengan menambahkannya ke perpustakaan, kalian membantu meningkatkan popularitas cerita ini.
🌟 Bagikan ke Teman – Cerita ini akan semakin berkembang jika lebih banyak orang tahu!
🌟 Berikan Hadiah atau Tip – Jika kalian ingin mendukung lebih jauh, hadiah dari kalian akan membantu saya secara langsung dan mendorong saya untuk lebih produktif.
✨ Dukungan sekecil apapun berarti besar dan bisa membantu cerita ini mencapai lebih banyak pembaca. Mari kita lanjutkan perjalanan cerita ini bersama-sama! ✨
Salam Hangat dari saya😘😘