Semasa Joanna kecil ia tidak pernah menyukai kehadiran anak-anak laki-laki yang tinggal satu rumah dengannya. Namun, ketika duduk dibangku SMA Joanna merasa dirinya merasakan gejolak aneh. Ia benci jika Juan dekat dengan orang lain. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya pada laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 : I like you
...- happy reading -...
...***...
Semenjak kejadian itu, Juan memilih diam di rumah, keluarganya juga lebih protektif termasuk Joanna. Seperti kali ini, Juan duduk di teras rumahnya ditemani oleh Laras.
"Juan, gue minta maaf." Juan nampak bingung dengan perkataan perempuan disampingnya.
"Minta maaf buat apa?" sahut Juan pelan, energinya tak lagi sama, pandangan di matanya nya mendadak surut dan padam. Laras menghela nafasnya kasar.
"Gue tau semua, alasan dia nyulik lo sampe hampir ngebunuh lo. Semua gara gara gue, kemarin gue ngobrol sama Sisil." Juan terdiam sejenak, tapi ia tidak bisa menyalahkan Laras atas semua ini.
"Santai aja kak, kan lo ga tau soal ini. Lagian gue gapapa kok."
Juan tersenyum tipis. Laras memandang wajah lelaki itu, lagi lagi ia terpukau untuk entah keekian kalinya, wajah polos walaupun pucat tapi tidak meredupkan pesona Juan.
Walaupun senyum terpancar di wajah, Laras tau Juan masih menyimpan trauma. Laras meletakkan tangan nya di atas tangan Juan, lalu tersenyum lembut yang membuat Juan merasa nyaman.
"Kalo ada apa apa cerita ya? Gue selalu ada buat lo, kapan pun itu."
Juan terenyuh mendengar kata kata itu, kata sederhana tapi berhasil membuat lelaki itu merasa di perhatikan Juan mengangguk cepat.
"lya, gue percaya sama lo."
***
Malam ini Juan pergi ke mall, refreshing katanya. Matanya berbinar begitu melihat pintu mall terbuka, tanpa sadar seseorang berusaha meraih lengan nya. Ia terkejut saat lengan nya tertahan, seseorang berusaha mencekalnya. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Joanna yang menatapnya.
"Jangan jauh jauh, deket gue aja."
Juan mengangguk pelan, lalu suasana menjadi canggung karena lengan Juan yang sedari tadi di gandeng oleh Joanna.
Keduanya mengelilingi mall dan sesekali berhenti di toko pakaian. Dengan sabar juga Joanna menunggu Juan yang mencoba banyak baju.
"Cocok ga Kak?"
Joanna menoleh ke arah Juan, pandangannya terkunci pada laki-laki itu. Satu kata yang dapat ia berikan, tampan. Satu setelan pakaian berwarna hitam.
"Kak? Kok diem aja sih?" Joanna tersadar dari lamunan nya lalu mengangguk cepat.
"Bagus, beli itu aja."
Juan tersenyum lalu kembali ke ruang ganti, masih ada dua pakaian lagi sebelum ia membayarnya dan pulang. Pakaian kedua, sebuah kemeja santai berwarna putih polos. Iya itu sangat polos, tapi sangat menyakitkan di mata Joanna. Melihat itu Joanna refleks melotot dan menggeleng.
"Mau ngapain begitu? Mau pamer otot perut kamu yang bagus?"
Juan mendadak cemberut karena perkataan Joanna, sementara beberapa pelayan yang membantu Juan memilih pakaian tersenyum geli melihat interaksi lucu keduanya.
"Tapi ini bagus, aku suka," ucap Juan dengan sedikit nada manja seakan merajuk.
"Memang bagus tapi—"
Apa dia akan memakai pakaian seperti itu? Boleh saja tapi tidak dengan tubuhnya yang sexy, batin Joanna
"Ganti atau kita pulang sekarang?" Jawab Joanna dengan nada mengancam, mendengar itu Juan dengan cepat kembali ke ruang ganti.
Joanna melirik perempuan yang sedari tadi melihat penampilan seksi Juan—tontonan yang memanjakan mata tapi Joanna tidak suka itu. Dengan cepat Joanna menatap tajam perempuan itu. Enak saja lihat lihat. Merasa di tatap tajam oleh Joanna, perempuan itu pun memutuskan beranjak dari sana.
"Ini deh, gimana?"
"Bagus. Lebih suka yang ini," jawab Joanna tanpa sadar, dirinya justru masih melihat Juan dari atas sampai bawah. Sangat mempesona.
Setelah membayar keduanya beranjak keluar toko dan berjalan menyusuri mall.
"Lo ga mau makan dulu?" tawar Joanna.
"Boleh."
Dan berakhirlah mereka disini, sebuah restoran korea. Dengan cepat Juan memakan rappokki yang sudah ia pesan. Juan menatap laki-laki itu heran, entah sudah berapa kali ia merasa takjub. Mungkin karena ini kali pertama keduanya pergi bersama.
"Pelan-pelan makan nya," tegur Joanna.
Juan melirik Joanna yang baru memulai kegiatan makannya. Ia hanya mengangguk dan kembali makan. Lalu seorang waiters datang menghampiri meja mereka.
"Permisi Kakak? Disini kami sedang adakan promo akhir tahun, bagi pasangan yang makan disini bisa membeli satu set dumpling gratis dua es krim. Apa berminat?"
Pelayan itu tersenyum ke arah keduanya, meskipun sesekali melirik ke arah Joanna. Juan yang mendengar itu sangat bersemangat, ia sangat suka dumpling ditambah gratis es krim.
"Mau mbak, boleh deh I ya."
Joanna hanya menatap Juan bingung, mungkin orang orang mengira mereka sepasang kekasih. Tapi Juan tidak merasa canggung sedikitpun, bahkan tidak membantah semuanya.
Joanna hanya berdeham pelan tapi Juan masih tetap melanjutkan acara makannya. Bodohnya ia kenapa malah berharap yang tidak tidak?
Paket dumpling dan es krim pun datang, sepertinya Juan meminta dumplingnya untuk di bungkus dan langsung melahap es krim vanilla miliknya.
"Kak Joan gak mau?"
Juan menatap Joanna yang tidak memakan es krim vanilla itu sementara miliknya sudah hampir habis. Joanna menggeleng lalu mendorong es krim itu ke arah Juan.
"Buat lo aja, gue kenyang."
Juan tersenyum senang mendengar itu, dengan cepat tangannya mengambil es krim itu dan menghabiskannya. Joanna hanya memandangi Juan di hadapan nya yang sibuk sendiri dengan es krim di tangan nya. Memang akhir-akhir ini dirinya lebih memperhatikan Juan.
Joanna mengambil tisu lalu tangan nya terulur mengusap lembut ujung bibir Juan dengan lembut.
"Makan yang bener, kaya anak kecil aja belepotan."
Mendengar itu Juan refleks tersipu, pipinya berubah merah seketika. Benarkah yang dihadapan nya ini Joanna? la merasa sepertinya jiwa Joanna tertukar entah dimana. Berbeda meskipun masih berwajah dingin dan sedikit cuek.
"Ayo cepet abisin, ada yang mau gue omongin di mobil nanti."
Joanna melihat ke arah jam tangan nya, sudah jam 9 malam.
Juan dengan cepat berusaha menghabiskan es krim itu, bibir, lidah dan rongga mulutnya sudah berubah dingin. Namun ia tak ingin membuat Joanna menunggu, nanti kakaknya itu berubah kembali menjadi dingin, pikirnya.
Juan suka Joanna yang seperti ini, ia merasa lebih di perhatikan oleh Joanna. Selama ini ia yang selalu mencari perhatian Kakaknya itu. Setelah semuanya habis, mereka pun berjalan menuju basement untuk pulang. Setelah sampai di mobil, keduanya kembali terdiam dan membiarkan radio menyala.
Mendadak turun hujan di lampu merah, membuat suasana berubah tenang tanpa ada pembicaraan pun dari keduanya.
Merasa gusar, Juan pun membuka pembicaraan.
"Tadi mau ngomong apa?" Joanna terdiam sejenak, lalu di tatapnya laki-laki di sampingnya.
"Lo harus tau alasan gue ga pernah peduli sama lo." Juan mengerutkan dahinya.
"Gue punya perasaan yang ga seharusnya tumbuh sejak kita kecil." Juan tidak mengerti dengan ucapan Joanna barusan, perasaan apa yang di maksud?
"Maksud Kakak?" Juan menatap Joanna, meminta kejelasan.
"Gue suka sama lo."