Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Belas
Hari ini, adalah hari pernikahan Kala dan Anin, hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh kedua orang tua mereka. Ya, bagi Anin pernikahan ini adalah salah satu cara untuk membuat orang tuanya bahagia, begitu juga dengan Kala.
Semua tamu undangan dari kedua orang tua mereka berdatangan dan memberikan selamat untuk mereka. Kala dan Anin sama sekali tidak mengundang sahabat ataupun teman mereka.
Hari sudah semakin sore, semua tamu satu persatu meninggalkan pesta pernikahan Anin dan Kala. Anin masuk ke dalam kamarnya, dia melihat Dava yang tidur pulas di tempat tidurnya. Anin mencium kening Dava dan setelah itu dia membersihkan makeup di wajahnya.
Kala masuk ke dalam kamar Anin, dia melepaskan jas yang membalut tubuh atletisnya juga melepas kemeja yang ia pakai. Kala terlihat bertelanjang dada di depan Anin, namun Anin tak bergeming melihat Kala yang seperti itu, dia tetap saja melanjutkan membersihkan makeup di wajahnya.
Anin mengambilkan kaos dan handuk untuk suaminya dan menyuruh Kala mandi.
"Mandi dulu sana. Aku akan membuatkan kopi untukmu," ucap Anin.
"Iya, terima kasih." Kala berlalu ke kamar mandi, dengan segera Anin melepaskan gaun pengantinnya dan berganti dengan long dress favoritnya. Memakai daster rumahan yang nyaman di pakai untuk aktivitas santai di rumah.
Anin keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk membuatkan kopi untuk suaminya. Setelah selesai dia kembali ke kamar dan meletakan kopi di atas meja yang berada di kamarnya. Anin merebahkan tubuhnya di samping Dava yang masih tertidur pulas. Dava sekarang berusia 5 bulan. Anin mengusap lembut pipi Dava dan menciumnya. Kala yang sudah selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Dia langsung menuju ke lemari mengambil celana pendek dan celana dalamnya. Tanpa rasa canggung dia memakai di depan Anin.
"Kala, tidak sopan sekali kamu pakai baju di depanku." ucap Anin.
"Maksudmu?" tanya Kala.
"Pakai di kamar mandi apa tidak bisa?" tukas Anin.
"Kita sudah sah, apa salahnya aku ganti baju di depanmu, bahkan kita telanjang bareng pun tak apa-apa." ucap Kala dengan tersenyum tipis
"Sudah aku mau mandi, itu kopinya." Anin berkata dengan gugup. Kala memegang tangan Anin dan seketika Anin menghentikan langkahnya. Kala membalikan tubuh Anin di hadapannya dan mengangkat dagu Anin.
"Kita sudah menikah, masa iya ganti baju saja di kamar mandi. Kita mau melakukan apapun juga tidak masalah, karena kita sudah sah menjadi suami istri, Nin," ucap Kala. Anin mengernyitkan dahinya dan menyunggingkan senyumnya pada Kala.
"Iya kita sudah sah, tapi hati kamu bukan untukku, jangan harap aku mau melakukannya saat ini. Aku mau melakukannya jika hatimu sudah bersih dari masa lalumu," tukas Anin.
"Apa kamu sudah melupakan masa lalumu? Kamu bisa bicara seperti itu?" Tanya Kala dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Anin.
"Sudah, semenjak aku tak bisa menghubungi Vino, ketika aku ingin dia bertanggungjawab atas perbuatannya. Di saat itu aku sudah membuang rasa untuknya! Untuk apa mengharapkan seseorang yang tak lagi menginginkanku, Kala? Hanya orang bodoh yang seperti itu." Jelas Anin sambil menepis tangan Kala yang masih memegang dagu Anin. Anin langsung masuk ke kamar mandi, demi apa jantungnya berdebar sangat kencang saat Kala menatapnya seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia tahu kalau Kala tidak mencintainya, Kala hanya merasa kasihan dengan dirinya saja.
"Anin, aku memang masih sangat mencintai Sandra, tapi kamu istriku, apa salahnya aku menyentuh istriku sendiri. Maafkan aku Nin." Gumam Kala dalam hati, dia mengambil kopi yang di buatkan oleh Anin. Dia meminumnya dan menikmati kopi buatan Anin.
"Dia bisa membuat kopi senikmat ini? Bahkan Sandra sama sekali tak bisa membuatkan aku kopi, bisa sih, tapi tidak seenak ini."gumam Kala. Kala meletakan kembali cangkir yang berisi kopi itu di mejanya. Dia duduk di tepi ranjang dan memandang Dava yang masih tertidur pulas.
"Dava, papah janji akan membuat Dava dan mamah bahagia, walaupun Papah bukan papah kandung Dava. Papah mau, kamu menganggap papah seperti papahmu sendiri. Papah janji, akan belajar mencintai mamah, sayang,” ucap Kala lirih. Kala mencium kening Dava. Dan. Ternyata Anin sudah selesai mandi dan sudah berada di belakang Kala.
"Jangan berjanji kalau tidak bisa kamu tepati, Kala," ucap Anin dari belakang.
"Iya, janji akan belajar mencintaimu, Nin. Menjadi suami yang baik untukmu, dan papah yang baik untuk Dava dan anak kita nanti." tegas Kala.
"Ya, buktikan saja jangan banyak janji," ucap Anin sambil duduk di samping Kala.
"Nin, besok pagi kita pindah ke rumahku ya." ucap Kala.
"Iya, terserah kamu saja. Aku nurut," ucap Anin.
"Kalau aku minta malam ini kamu melayani aku sebagai seorang istri mau? Katanya kamu nurut apa kata aku?" Kala menggoda istrinya hingga pipi Anin merona.
"Apaan sih, itu beda. Aku tidak mau melakukannya, kalau hatimu belum sepenuhnya untuk ku!" ucap Anin.
"Lalu bagaimana hatimu? Apa hatimu sudah untuk ku saja?" tanya Kala. Anin bingung harus berkata apa, ia memang sudah mencintai Kala, sejak dia berada di rumah Kala dan mendapat perhatian lebih darinya. Dia sudah merasakan cinta yang mengalir lembut di hatinya. Tapi saat Kala menyebut nama Sandra dan dengan mata kepalanya sendiri melihat Kala mengungkapkan perasaannya pada Sandra kemarin bahwa dia masih sangat mencintai Sandra, hati Anin menjadi ciut untuk mengungkapkan rasa cintanya pada Kala.
"Harusnya kamu peka, Kala. Bagaimana perasaanku untukmu," ucap Anin dalam hati.
"Kenapa tidak menjawab?" tanya Kala.
"Ah..lupakan itu," ucap Anin
"Kamu masih mencintai Vino?" tanya Kala.
"Tidak. Harus aku katakan berapa kali, kalau aku sudah tidak mencintainya. Mungkin dia sudah bahagia dengan pendamping hidupnya yang sekarang," ucap Anin.
"Kamu tau dia sudah menikah lagi?" tanya Kala. Anin hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Mungkin saja dia sudah menikah. Kamu mau makan? Aku siapkan makan malam untuk mu," tanya Anin mengalihkan pembicaraan.
"Iya, aku ingin sekali makan masakanmu," jawab Kala.
"Jagain Dava, aku akan memasak untukmu," ucap Anin.
Anin keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk memasak kesukaan Kala. Mamah Anin yang melihat putrinya sibuk di dapur dia menghampiri Anin.
"Kamu masak,Nin? Itu kan masakan masih banyak, Nin?" tanya Mela.
"Iya mah, mau buatin makanan kesukaan Kala," jawabnya.
"Oh … ya sudah, buatkan makanan kesuakaan suamimu," ucap Mela.
"Nin, kamu bahagia, kan?" tanya Mela.
"Iya, Nin bahagia, memiliki suami sebaik Kala." Jawabnya.
"Ya sudah mamah tinggal ke depan. Masih ada mamah Sari dan Papah Surya di depan. Karena masih ada tamu yang datang." ucap Mela.
"Iya mah, setelah makan nanti Anin dan Kala begabung ke sana." Ucap Anin. Anin melanjutkan memasak untuk Kala dan dirinya. Dari tadi siang mereka belum makan, mereka sibuk menemui tamu-tamu undangan orang tuanya.
Anin sudah selesai masak, dia menata masakannya di meja makan yang dekat dengan dapur. Setelah selesai dia memanggil Kala di kamarnya. Kala terlihat ketiduran sambil memeluk Dava.
"Pemandangan yang sangat indah, meskipun dia bukan ayah kandungnya, dia sangat menyayangi Dava," ucap Anin lirih.
Anin mendekati Kala, dia mencoba membangunkan Kala perlahan, dia mengusap lembut pipi Kala dan menatap wajah Kala dalam-dalam.
"Bagaimana aku tak jatuh cinta pada dia, dia begitu tampan, penuh perhatian, sayang sekali hatinya masih tertinggal di masa lalunya," gumam Anin dalam hati.
"Jangan menatap aku seperti itu, nanti kalau jatuh cinta bagaimana?" ucap Kala sambil membuka sedikit matanya. Pipi Anin langsung merona mendengar ucapan Kala.
"Ih … nyebelin." Anin memukul lirih dada Kala. Dan Kala menariknya dalam pelukannya.
"Sudah memasaknya?" Tanya Kala sambil mendekati wajah Anin yang ada di pelukannya
"Sudah, lepaskan, Kala. Gak lucu tahu!" Anin berusaha melepaskan pelukannya dari Kala.
"Sebentar aku ingin memelukmu." Kala memeluk erat Istrinya lalu mencium keningnya.
"Kala jangan buat aku jatuh terlalu dalam pada hatimu, pernikahan ini untuk orang tua kita. Bukan untuk kita." gumam Anin dalam hati.
"Kenapa begitu nyaman memeluk Anin seperti ini. Apa aku bisa mencintainya?" Kala bertanya-tanya dalam hatinya.
"Ayo makan, aku sudah lapar, Kala." ucap Anin sambil menarik hidung Kala.
"Ih … sakit, Nin! Ya sudah ayo makan." Kala melepaskan pelukannya dan beranjak dari tempat tidur lalu keluar kamar menuju meja makan bersama Anin.
Kala melihat masakan Anin yang sudah tertata di meja makan, rasanya ingin segera menikmati masakan istrinya yang menggugah selera.
"Wah … udang saus tiram, tumis jamur, hmmm … enak sekali nih pasti." ucap Kala sambil mendudukan dirinya di kursi. Anin sibuk mengambilkan nasi untuk Kala dan dirinya sendiri.
Kala dengan segera meraih nasi dari tangan Anin dan mengambil udang saus tiram juga tumis jamur. Dia segera menyendokkan makanannya dan memasukan ke dalam mulutnya.
"Lapar ya pak?" goda Anin.
"Sangat, masakanmu enak sekali, Nin. Sudah lama aku tidak menikmati masakan mu selama kamu pindah ke rumah mamamu,” ucap Kala.
"Ceritanya itu lagi kangen masakan aku, nih?" goda Anin lagi.
"Iya sangat merindukannya, merindukan orang nya juga sih." ucap Kala yang membuat pipi Anin merona lagi.
"Ehhh … merah lagi tuh pipi mu." Kala tambah menggoda Anin.
"Apaan sih, sudah habiskan makananmu, jangan menggodaku terus, nanti jatuh cinta kamu!" ucap Anin.
"Biarlah, jatuh cinta dengan istriku sendiri," tutur Kala.
Kala sangat menikmati masakan Anin, dia benar-benar rindu masakan Anin. Karena selama tinggal di rumah Kala, Anin selalu memasak untuk Kala, mereka terbilang sudah cukup akrab sekali, tapi sayangnya hati Kala belum terbuka untuk Anin.