NovelToon NovelToon
Sekretaris Meresahkan

Sekretaris Meresahkan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia
Popularitas:397.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

POV Devan

Mimpi apa aku semalam, mendapatkan sekretaris yang kelakuannya di luar prediksi BMKG.

"MAS DEVAAAAAAANNN!!!" Teriakan kencang Freya berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sekitarnya.

"Teganya Mas meninggalkanku begitu saja setelah apa yang Mas perbuat. Mas pikir hanya dengan uang ini, bisa membayar kesalahanmu?"

Freya menunjukkan lembaran uang di tangannya. Devan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Dengan langkah lebar, Devan menghampiri Freya.

"Apa yang kamu lakukan?" geram Devan dengan suara tertahan.

"Kabulkan keinginan ku, maka aku akan menghentikan ini," jawab Freya dengan senyum smirk-nya.

"Jangan macam-macam denganku, atau...."

"AKU HAMIL ANAKMU, MAS!!! DIA DARAH DAGINGMU!!"

"Oh My God! Dasar cewek gila! Ikut aku sekarang!"

Dengan kasar Devan menarik tangan Freya, memaksa gadis itu mengikuti langkah panjangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Debat Kusir

"Dev.. aku ikut. Antarkan aku pulang."

Tiffany berjalan cepat menuju Devan. Wanita itu segera duduk di kursi penumpang bagian depan. Freya yang hendak membuka pintu bagian depan harus mengalah duduk di belakang. Devan segera duduk di belakang kemudi lalu melajukan kendaraannya.

"Kamu antarin Freya aja dulu, baru antar aku."

"Kalau aku antar Freya baru antar kamu, berarti aku bakal bolak-balik. Emang kamu pikir aku ngga capek apa?" sembur Devan kesal.

"Emang Freya tinggal di mana?" kepala Tiffany menoleh ke belakang.

"Di Mega Tower, Bu. Ngga jauh dari komplek rumahnya Pak Devan."

"Ooh.."

Hanya itu saja jawaban yang keluar dari mulut Tiffany. Gagal sudah usahanya untuk mengajak Devan menghabiskan malam lebih dulu. Sejak bertemu kembali dengan Devan, Tiffany tidak punya kesempatan untuk berduaan dengannya. Padahal dulu Devan sering meluangkan waktu dengannya walau sudah bertunangan dengan Julia. Hubungan mereka sangat dekat. Tiffany juga pernah merasakan ciuman panas Devan saat pria itu mabuk. Sayang ketika hendak membawa pria itu ke ranjang, Ega datang lebih dulu dan menghentikan semuanya tepat waktu.

"Dev.. aku dengar orang tua kita sedang membicarakan pernikahan kita," ujar Tiffany pelan.

Awalnya dia ragu membahas soal ini melihat sikap Devan yang seolah abai padanya. Namun kemarin dia sempat mendengar sang Papa membahas pernikahan Devan dengannya. Hal itu berkaitan dengan pertemuan dengan calon investor dari Dubai. Kabarnya sang pemilik modal mencari partner bisnis yang sudah berumah tangga. Ayah Tiffany berencana menikahkan Devan dan anaknya. Selain agar bisa mendapatkan modal, keinginannya berbesan dengan Rafael bisa menjadi kenyataan.

"Menurut kamu gimana?" tanya Tiffany lagi karena Devan belum menanggapi ucapannya.

"Apa?"

"Soal pernikahan kita."

"Pernikahan aku dan kamu ngga ada hubungannya dengan orang tua kita, karena yang menjalani pernikahan itu kita bukan mereka. Aku yang tahu siapa orang yang mau kujadikan istri. Sudah kubilang sebelumnya kalau kamu tidak masuk kriteria calon makmumku."

"Aku juga sudah bilang kalau aku akan mencoba memenuhi kriteria itu."

"Jangan memaksakan diri, Tif. Hubungan kita lebih baik seperti ini, tetap berteman. Itu lebih baik untuk kita."

Wajah Tiffany nampak sendu. Devan kembali menolaknya secara terang-terangan. Apalagi sekarang dia melakukannya saat ada Freya di antara mereka. Tapi Tiffany juga tidak bisa menyalahkan Devan. Salahnya juga menanyakan ini tidak pada waktu yang pas.

"Frey.. kamu sudah punya pacar?" Tiffany memilih mengalihkan pembicaraan. Kali ini dia mengajak Freya berbicara.

"Ngga punya, Bu."

"Udah pernah pacaran?"

"Udah. Tapi udah putus."

"Kenapa?"

"Ngga setia."

"Kalau dia minta balikan, kamu mau ngga?"

"Ngga lah. Ngapain juga bertahan sama laki-laki ngga setia. Baru pacaran aja udah berani selingkuh, ngga jaminan kalau udah nikah dia ngga bakalan selingkuh."

"Padahal kamu cantik, pintar, kurang apalagi coba? Dasar laki-laki ngga ada puasnya."

"Itu kan menurut Ibu. Belum tentu menurut dia. Kalau dia merasa saya pantas untuknya, dia ngga akan selingkuh. Lagian pendapat orang kan beda-beda. Kaya Ibu yang muji saya, tapi di mata Pak Devan, saya tuh cuma botol Yakult."

Freya melirik tajam pada Devan ketika menyebut kata botol Yakult. Gadis itu masih kesal disebut botol Yakult oleh atasannya itu. Padahal malam ini tinggi badannya sudah bertambah sepuluh senti berkat high heels yang dikenakannya. Merasa Freya menyindirnya, Devan tak sambil pusing. Pria itu tetap melajukan kendaraan dengan tenang.

"Kalau Devan yang ngomong ngga usah diambil hati. Dia kan dari setelan pabriknya emang begitu. Anggap aja itu pujian buat kamu."

"Kalau pujian tuh bikin orang senang, bukan bikin orang senep."

"Hahaha.."

Perkataan Freya sukses mengundang tawa Tiffany. Setidaknya berbicara dengan Freya membuatnya melupakan rasa sedihnya karena ditolak Devan. Akhirnya mobil yang dikendarai Devan berbelok memasuki perumahan elit. Kendaraan roda empatnya berhenti di depan rumah besar bergaya arsitektur Eropa.

"Makasih, Dev. Frey, duluan ya."

"Iya, Bu."

Tiffany melambaikan tangannya lalu keluar dari mobil. Devan masih belum menjalankan kendaraannya. Dia menunggu Freya pindah ke depan, namun gadis itu masih duduk cantik di jok belakang.

"Pindah!" seru Devan.

"Harus ya, Pak? Udah PW nih."

"Pindah!"

Devan menoleh ke belakang lengkap dengan mata lasernya. Mau tidak mau Freya beranjak juga. Dia keluar lalu membuka pintu mobil bagian depan. Gadis itu menarik sabuk pengaman untuk melindungi tubuhnya. Setelahnya barulah Devan menjalankan kendaraannya.

"Pak.. yakin Bapak ngga mau nikah sama Bu Tiffany?"

"Ck.. dasar tukang nguping."

"Pendengaran saya masih normal, Pak. Saya kan duduk di belakang kalian. Pasti lah saya dengar obrolan kalian. Biar ngga niat nguping, tetap aja kedengeran. Salahin Bu Tiffany kenapa ngomongnya pas ada saya. Kalau ngga mau kedengeran saya, harusnya mmpphh.."

Ucapan Freya langsung terhenti karena Devan menyumpal mulutnya dengan tisu. Dengan kesal gadis itu mengeluarkan tisu dari mulutnya. Beberapa kali dia mengusap lidah dan bibirnya yang masih terdapat sisa-sisa tisu.

"Bapak emang nyebelin ya," sewot Freya.

"Siapa suruh kamu nyerocos kaya petasan renteng."

Tidak ada tanggapan dari Freya. Gadis itu memalingkan wajahnya ke jendela samping seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Diam-diam Devan tersenyum melihat tingkah sekretarisnya. Entah mengapa dia senang sekali mengganggu Freya. Melihat gadis itu marah atau misah-misuh, menjadi hiburan tersendiri untuknya.

"Pak.. beneran saya nanya nih. Emang Bapak ngga kepikiran buat nikah?"

"Bukan ngga, tapi belum."

"Jangan lama-lama, Pak. Kalau Bapak telat nikah, nanti pas punya anak, Bapak udah jadi kakek-kakek kan repot. Nanti anaknya bingung, mau manggil Papa apa Grandpa, hahaha.."

"Udah puas ngeledeknya."

"Makanya mumpung ada yang mau, terima aja Bu Tiffany. Kan dia cantik, pintar, wanita karier, apalagi coba?"

"Kamu dibayar berapa sama dia sampai promosiin dia segitunya."

"Ini solidaritas sesama perempuan aja, Pak. Kalau sampai Bapak ngga nemu perempuan yang mau sama Bapak, gimana coba?"

"Gampang. Saya tinggal geret kamu ke KUA."

"Dih, ogah. Hidup saya ngga bakal tenang kalau nikah sama Bapak."

"Jadi kamu lebih senang nikah sama Pak Santo?"

"Astaga masih ingat aja sama tuh aki-aki peyot."

"Kalau di dunia ini hanya tersisa tiga laki-laki, Pak Santo, Gavin sama saya, kamu bakal pilih siapa?"

"Ngga ada pilihan. Mending saya jomblo seumur hidup."

"Ya udah, jomblo aja sana."

Freya mencebikkan bibirnya pada Devan. Kalau benar dihadapkan pada situasi tadi, tentu saja Freya akan memilih Devan. Tapi dia tidak mau menjawabnya. Bisa semakin besar kepala pria itu. Selain itu, Freya juga tidak percaya diri kalau bersanding dengan Devan. Semua wanita yang dekat dengannya memilki spesifikasi di atas rata-rata. Sepertinya Devan masih menjadikan Dita sebagai standar untuk calon istrinya. Jika dibandingkan Dita, tentu saja Freya kalah jauh.

Perjalanan mereka berakhir ketika mobil milik Devan berbalik memasuki pelataran parkir Mega Tower. Pria itu menghentikan mobil di depan lobi apartemen. Freya segera membuka sabuk pengaman, dan saat hendak turun, suara Devan menghentikannya.

"Besok jam enam pagi saya tunggu di rumah! Awas jangan telat!"

"Mau ngapain, Pak? Emang ada kerjaan?"

"Saya mau ajak kamu olahraga biar sehat. Jangan lupa pakai baju olahraga, jangan piyama."

"Harus ya, Pak?"

"Harus. Tiga hari ini kamu pasti banyak rebahan. Olahraga biar badan sehat. Pakai sepatu olahraga, jangan high heels."

"Nenek-nenek b*nting juga tahu, Pak!"

Freya menjulurkan lidahnya pada Devan. Kemudian dia membuka pintu mobil dan bergegas keluar. Ditutupnya dengan kencang pintu mobil lalu masuk ke dalam lobi tanpa melihat ke belakang lagi. Devan melihat Freya sampai benar-benar masuk ke dalam lobi, barulah dia menjalankan kendaraannya lagi.

***

Tepat pukul enam, Freya sudah berada di kediaman Devan. Gadis itu mengenakan kaos lengan pendek, celana training dan sepatu kets. Selang beberapa detik, Devan keluar dari rumah. Pria itu mengenakan kaos dan celana Jogger. Kakinya juga sudah terbalut sepatu kets merk ternama. Mata pria itu melihat ke arah bawah, tepatnya ke sepatu yang dikenakan Freya.

"Itu sepatu kamu baik-baik aja?"

"Emang kenapa, Pak?"

Freya mengangkat kakinya lalu melihat sepatu yang dikenakan olehnya. Rasanya masih cukup layak dipakai. Memang di bagian pinggir, ada sedikit rekahan. Sepertinya dia harus menambahkan lem untuk merekatkan sepatunya lagi.

"Takutnya pas sepatu kamu laper, terus mangap tuh sepatu."

"Bapaaaaakkkk," geram Freya.

"Ayo lari."

Mau tidak mau Freya mengikuti Devan. Langkah pendeknya berusaha mengimbangi langkah panjang Devan. Gadis itu mulai kelelahan, padahal mereka belum jauh berlari. Devan menolehkan kepalanya pada Freya. Dia tersenyum tipis melihat wajah Freya yang mulai berkeringat. Pria itu meminta Freya menambah kecepatan larinya.

Setelah mengelilingi komplek sebanyak dua kali, Devan mengajak Freya beristirahat di salah satu taman yang ada di sana. Di taman itu juga terdapat beberapa alat permainan anak-anak, seperti perosotan, ayunan dan jungkat-jungkit. Khusus setiap hari Minggu, ada yang menaruh trampolin di sana. Anak yang ingin bermain trampolin diharuskan membayar sejumlah uang.

"Kamu main trampolin gih," ujar Devan sambil mendudukkan diri di bangku taman.

"Ngga mau, emangnya saya anak kecil."

"Trampolin itu bukan cuma permainan anak, orang dewasa juga bisa main. Selain itu, kamu bisa lebih tinggi kalau main trampolin. Eh tapi masa pertumbuhan kamu udah lewat juga, ngga ngaruh juga sih."

Sebisa mungkin Freya menguatkan telinganya mendengar ucapan Devan yang membuat kepalanya berasap. Gadis itu mendudukkan diri di samping Devan sambil mengusap keringat di wajahnya.

"Kamu beneran ngga mau main trampolin?"

"Ngga! Bapak ngga lihat, yang main anak-anak semuanya."

"Tapi sepantaran sama kamu."

"Bapak emang nyebelin!"

Dengan kesal Freya memukul lengan Devan beberapa kali. Pria itu hanya terpingkal saja melihat kekesalan di wajah sekretarisnya. Pukulan Freya terhenti juga karena lelah. Terlihat tangannya sedikit memerah, sementara sang korban terlihat baik-baik saja. Tangan Devan melambai memanggil penjual minuman. Dia meminta dua botol air mineral.

"Kamu mau makan apa?"

Devan membuka penutup botol lalu meneguk minuman dingin itu. Sejenak Freya menatap Devan yang tengah meneguk minumannya. Jakun pria itu bergerak naik turun. Lelehan keringat juga terlihat di sekitar lehernya. Entah mengapa pria di depannya ini nampak seksi di mata Freya. Dengan cepat Freya menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran yang baru saja mampir di kepalanya.

"Ngga mau makan? Tumben," ujar Devan saat melihat kepala Freya menggeleng.

"Mau, Pak."

"Cepetan mau makan apa?"

"Ehm.. bubur ayam aja."

"Sana pesan."

Freya langsung berdiri hendak memesan bubur. Tapi saat akan melangkah, tiba-tiba saja sepatu sebelah kanannya menganga lebar. Gadis itu hanya melongo melihat keadaan sepatunya. Devan yang menyadari itu tak ayal langsung tertawa.

"Sepatu kamu lapar juga, hahaha.."

***

Astaga Frey, kasihan amat kamu🤣

Besok aku libur🤗

1
Farida Wahyuni
cepat sembuh kk author.
btw sekarang bukan cuma devan yg jadi kang modus, si freya juga ikut2an modus.
Alice Hartn
semoga cpt sehat kembali kak icha,biar bisa aktifitas seperti biasa,hehe aku selalu rindu dng up nya kak icha nih ,

mau nunggu kebucinan devan dan freya
lanjut kaka
Inooy
cepet sembuh dn cepet fit lg ka Icha,,makasih banyak banyak kaa up nya..g apa2 up nya on off yg penting kaka sehat kembali biar bisa tetap ngehibur kaum rebahan kaya aq kaa 🤭
Indry Arientha
Modus membawa berkah utk couple ini 🤭 Sering2 aja kalian saling modus biar cpt menyatakan cinta 😉
Inooy
seneng nyaaa d saat sakit dapet jackpot d tiga titik..itu bibir nya g d cium jg Frey? nanggung lho klo d lewaaat 😉
Inooy
huahahaha ngakak abis aq,,sama2 jaim sama gengsian tp jg sama2 modusin...

Freyaaa..Freya,,kamu tuh malu2 tp mau tuh nama nyaaa..g tahan kaaan liat suami ganteng mu d anggurin teroos?! 😆
pengen cium duluan tp nungguin momen yg pas y biar g d bully ma Devan? ckckck
Anonymous
sing enggal damang Thor ! semangat 💪💪💪
Inooy
koq aq pengen ngakak yaaa,,bisa2 nya Devan masih patuh ma tuh perjanjian d saat sakit,,hadeuuuh...dasar tukang modus 🤦‍♀️🤣🤣
anonim
mimpi yang muluk2 dulu Banu
anonim
Freya kenapa kamu mudah percaya sama mamangmu yang mau merusak masa depanmu ???
anonim
Banu ini memang perlu dihajar sampai bonyok2 bisa2nya Freya dipaksa menikah sama bangkotan guna melunasi hutang2nya
anonim
ganteng2
Carlina Carlina
aku syedih nih denget kak icha lg kurang sehat,cepet pulih sehat ya kak icha🥰😘
Carlina Carlina
freyaa mang hrbaatt teliti jenius 👍👍🥰
Carlina Carlina
syukuriiinn loo tiara mang enakkk devan d lawan
Carlina Carlina
semoga cepet sehat yaa kak icha🤲🙏
Inooy
ciaaaahh,,makin klepek2 nih hatii...
ayo Vaaan bikin Freya makin jatuh hati sejatuh jatuh nya k kamu...

ooohh aq jd ikutan baper iniiii..😊
Inooy
cie..cieee Freya mulai baper ma Devan,,ayo lanjut Vaan bikin Freya makin klepek2 lg..😉
Inooy
itu nama nya kege'eran Tiara..baru d tatap begitu aj udh baper,,g mikir apa klo Devan menatap kamu tuh bukan krn suka ..tp karena merasa terhina istri nya kamu kadalin..🤨🤦‍♀️
Dewi Oktarini
besok ditunggu upny ya Thor....semangat semoga lekas sehat,...🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!