Menjadi sasaran cinta seorang gangster?
Gaby harus melewati cobaan yang lebih besar lagi ketika seorang gangster tertarik kepadanya. Namun dibalik ketertarikan Jax, si gangster kejam dan berpengalaman itu ternyata memiliki alasan lain, yaitu menuntaskan pekerjaannya dengan membawa Gaby ke pemimpin mafia bernama Salvatore Conti atas pengkhianatan yang ayah Gaby lakukan.
Jax yang diperintahkan untuk membunuh Gaby dengan diberi hadiah setimpal. Pria itu justru terjebak dalam cintanya sendiri sehingga membuat nya harus lari sejauh mungkin bersama Gaby untuk menghindari kejaran Salvatore dan anak buahnya. Dan melindungi wanita itu dari maut meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDK — BAB 33
KEBENARAN KECIL
Menatap Jax yang sibuk berkutat di dapur membuat Gaby membayangkan kehidupan masa depannya saat berumah tangga dengan pria itu.
“Kau pandai memasak?” tanya Gaby yang saat ini berdiri di dekat meja dapur, tepat di belakang Jax sibuk di kompor.
“Ya! Saat aku dipenjara. Para polisi di sana melatih kami untuk mengerjakan hal-hal yang baik, salah satunya memasak.” Jelas Jax sekilas menoleh ke belakang.
“Kau pernah penjara? Tindakan apa?”
Jax tersenyum tipis seraya menuangkan makanan panasnya ke atas piring putih.
“Pembunuhan.” Jawabnya jujur. Mendengar hal itu Gaby terdiam. Ya! Orang seperti Jax tidak mungkin bila tidak membunuh seseorang.
Tak cuman membuat makanan saja, Jax juga membuatkan jus segar untuk Gaby. Lalu membawanya ke meja makan dibantu oleh wanita cantik tadi yang masih setia mendengarkan curhatan Jax tentang masa lalunya di penjara dan alasannya.
“Kau bisa merubah dirimu, jika kau mau.” Ucap Gaby tersenyum lembut saat mereka berdua saling menatap dan duduk di kursi masing-masing.
Jax yang masih memperhatikan wanita di depannya saat ini. Dia hanya tersenyum simpul namun dengan penuh kebingungan.
“Oh, waw! Ini sangat enak!” puji Gaby menutup mulutnya yang tengah mengunyah.
Sungguh, dia tidak berbohong, masakan kental Jax benar-benar enak bahkan lebih enak dari buatannya.
Pria itu semakin tersenyum lebar mendengar bagaimana seseorang wanita memuji masakannya dengan sangat serunya.
“Kau juga harus mencobanya sendiri. Ini benar-benar enak Jax!” ucap Gaby melahap habis, mencicipi jus buatan Jax yang juga tak kalah enak dengan masakannya.
Jax menurutinya, mulai mencicipi masakannya sendiri. “Jika aku membuka restoran, apakah banyak yang menyukainya?” tanya pria itu tiba-tiba.
“Tentu saja! Mereka akan sangat suka! Dan aku akan siap menjadi pelayanmu, kau bisa menjadi kokinya!” ujar Gaby dengan seruan kecil yang membuat suasana mereka menjadi menyenangkan dengan sendirinya, meski hanya dua orang saja.
Keduanya sama-sama menikmatinya siang itu. Dan mereka masih berada di tempat yang sama.
***
Sementara di Rusia. Hattie duduk di sebuah kursi restoran vip. Dengan santainya dia duduk di belakang Salvatore yang saat ini tengah menetap di sana sejenak usai pertemuannya dengan Pushkin.
“Dia benar-benar sialan! Tapi aku harus menyelesaikannya.” Ujar Salvatore yang saat ini tengah bersama anak buahnya di sana, membahas beberapa tugas yang harus mereka selesaikan untuk mengincar Jax dan meruntuhkan Martinez.
Mendengar percakapan itu secara diam-diam Hattie tersenyum miring. Namun seketika Salvatore menoleh dengan kecurigaan. “Lihat dia.” Pinta Salvatore kepada anak buahnya untuk mengecek wanita yang duduk di belakangnya.
Tentu saja pria berkaos hitam itu mengangguk dan menghampiri Hattie. Sosok wanita cantik yang saat ini berpenampilan seperti wanita tua kaya namun tuli.
“Permisi Nyonya!" panggil anak buah Salvatore seraya melambaikan tangannya di depan wajah Hattie yang mengenakan kacamata.
“Hah?? Apa kau butuh sesuatu anak muda?” tanya wanita itu yang sangat pintar bersandiwara.
Salvatore yang mendengarnya pun langsung saja pergi dari sana setelah tahu bahwa wanita tadi hanyalah wanita tua yang tuli.
Melihat kepergian target. Hattie menyeringai kecil. “Ini sangat mudah!” gumamnya mulai melepaskan kacamata nya sendiri.
Brakk! Pintu mobil tertutup saat Jax baru saja masuk.
Ya! Kedatangan Jacob juga atas perintah Jax agar membawa mobil untuknya dan Gaby pulang. Menjadi orang kaya sangatlah menyenangkan, tapi banyak musuh yang mengintai.
“Jax!” panggil Gaby dengan wajah serius dia ingin mengatakan sesuatu mengenai ayahnya. Namun saat pria itu menatapnya, Gaby sedikit ragu hingga menggeleng.
“Tidak ada. Aku akan mengatakannya saat kita sudah sampai!” ucapnya sehingga Jax tersenyum tipis dan mengangguk.
.
.
.
Dengan langkah cepat, Hattie berjalan di kegelapan malam saat dia keluar dari sebuah restoran. Wanita itu membuka wig putihnya dan menarik pakaian tuanya hingga berganti dengan pakaian ketat warna hitam kulit.
Darr! Tiba-tiba sebuah peluru meleset hampir mengenai kepala Hattie.
Tentu saja wanita itu langsung menghentikan langkahnya saat mengetahui bahwa seseorang berdiri di belakangnya dengan jarak yang tak begitu jauh ataupun dekat.
“Penyamaran yang bagus, tapi tidak begitu bagus! Who are you?” ucap Salvatore yang saat ini berdiri di belakangnya dengan menodongkan pistolnya.
Hattie terlihat menatap tajam tanpa berbalik ataupun menoleh.
“Kau bosan hidup. Apa si Jax yang menyuruhmu?” langkah Salvatore mulai mendekat.
“Anggap saja ini persaingan yang akan di mulai!” balas Hattie.
Brugh! Wanita itu merunduk hingga memutar kaki kanannya dan berhasil menjeglang kaki Salvatore hingga terjatuh ke tanah.
Dengan cepat Hattie berlari menuju mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi.
“KEJAR WANITA SIALAN ITU!! TANGKAP DIA HIDUP-HIDUP!!" sentak Salvatore kepada anak buahnya.
Ya! Kini Hattie dalam masalah yang besar, ketika dia sendirian dan di kejar oleh anak buah Salvatore di kandang Pushkin. “Oh shit!”
Tiga mobil yang sama-sama melaju cepat, kini tejadi kejar-kejaran di jalanan yang padat akan kendaraan lainnya. Hattie sebisa mungkin menghindari serangan mereka hingga tembakan yang diluncurkan.
Titt! [“AKU BUTUH BATUAN!!”] sentak Hattie lewat panggilan yang sudah di siapkan di mobil canggihnya.
Tentu, itu akan langsung terkirim ke Jacob dan anak buah yang lainnya yang menunggu di jet pribadi yang Hattie naiki.
...***...
Berada di dalam mobil saat mereka sudah sampai Mansion. Gaby masih diam sehingga Jax menoleh menatapnya.
“Apa yang ingin kau katakan?” Taya Jax.
Gaby menoleh, menatapnya dengan berani dan penuh penasaran. “Soal Martinez. Dia ayahmu?”
“Ya. Why?”
Gaby berkerut alis heran dan bingung. Lalu dia kembali menatap ke pria bermata cokelat itu. “Aku pernah mendengar ayahku berbicara soal mafia dan Martinez. Maksudku... penangkapan yang ayahku lakukan, tapi sepertinya gagal.” Jelas Gaby sehingga Jax ikut berkerut alis.
“Kapan kau mendengarnya?” tanya Jax dengan serius.
“Cukup lama, aku masih berada di bangku SMA.”
Melihat Jax terdiam dengan tatapan mencurigakan, Gaby ikut penasaran sendiri.
Wanita itu menyentuh tangan Jax dan menatapnya lekat. “Apa yang terjadi? Apa ayahku terlibat?”
Jax yang menatap Gaby, dia tak ingin membuat wanita itu ikut serta karena itu akan berbahaya. “No. Jangan khawatir, ini bukan soal ayahmu! Dia hanya berusaha melakukan tugasnya saja.” Jelas Jax meyakinkan Gaby.
Ya! ucapan Jax benar. Vegas hanya melakukan tugasnya saja. Tapi dia pasti mengetahui sesuatu tentang rencana Salvatore karena mengingat Vegas menjadi asisten setia Salvatore sampai membelot menjebak Salvatore.
“Dengar! Aku tidak ingin kau ikut campur karena aku tidak ingin mereka mengincar mu. Mereka pasti akan tahu bahwa kau putri Vegas. Jagalah dirimu saat aku keluar mansion.” Jelas Jax dengan sangat khawatir menyentuh pipi Gaby.
Wanita itu mengangguk kecil dan menyentuh balik tangan Jax.