Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 : Wanita Kutub dan Pria Gurun
Saat makan malam, Soraya makan biasa saja. Seperti jadi kebiasaannya, tidak terlalu cepat. Dan itu membuat Justin ikut makan dengan tenang, yang biasanya sambil bicara. Bicara panjang kali lebar, tiada hentinya untuk istri yang asli manusia itu.
Selesai makan, Soraya mengambil makanan penutup. Kue coklat kecil kesukaannya. Kue itu di ambil, dan dipotong kecil-kecil. Lalu memakannya memakai garpu. Kuenya enak seperti biasa.
Justin melihat Soraya dengan tatapan tajam. Tangannya yang masih sibuk memegang pisau dan garpu untuk memotong daging sapi panggang itu hanya melirik. Namun, rupanya ia mulai memanaskan perasaan Soraya kembali.
"Kuenya seenak itu?" tanyanya dengan senyum licik.
Dingin beku. Tak ada jawaban dari istrinya. Bibir Soraya sibuk mengunyah kue coklatnya. Tatapan matanya juga lebih berfokus pada meja makan dan piring kuenya.
Kembali Justin memancing emosi, "Sayang! Aku tanya baik-baik. Apa kuenya seenak itu?"
Masih. Tak berkutik sedikitpun. Soraya menyibukkan bibirnya untuk melahap dan mengunyah kuenya sampai setengah potong lagi akan habis. Tidak menawarkan kue itu pada Justin.
Sementara pria bercincin besi berduri di tangan kanannya yang melingkar pada jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya itu tetap saja belum menyerah juga memancing emosi sang istri.
"Baiklah, kalau tidak mau menjawab. Tidak masalah. Tapi sekarang aku ingin kau buka mulut sedikit saja untukku. Mengobrol."
Soraya tidak menanggapinya juga. Hingga kue itu habis, dan seorang pelayan membawa piring itu ke dapur untuk dibersihkan tentunya. Setelah makan kue, Soraya minum air putihnya perlahan di kursi. Kemudian ia berdiri dari kursi, dan berjalan pergi keluar ruang makan.
Justin malah tersenyum licik jahat dengan sikap Soraya, bahkan di awal kehamilannya ini. Lalu ia tertawa geli dan berkata, "Heuh! Dia tetap lucu di hari pertama kehamilannya ini. Bagaimana nanti saat perutnya sudah sebesar balon? Pasti...lebih lucu."
Justin yang baru menghabiskan makanannya, segera menuju ke kamar. Dan terlihat, di kamar ada Soraya yang sudah terbaring di kasur. Kedua telinganya ditutupi oleh earphone bluetooth untuk mendengarkan musik dari ponselnya. Kemudian langsung terlelap.
Kacamata minusnya sudah dilepas. Tangan kanannya masih mengusap perutnya yang masih kecil. Justin melihat istrinya begitu malah makin kegelian. Tapi ia tidak tega membangunkan Soraya. Pastinya ingin menenangkan diri dari Justin yang terus memanas-manaskan suasana.
...***...
Keesokan harinya...
Meskipun demikian, namun sikap dingin itu tentunya bukan berarti Soraya tak peduli lagi Justin karena sudah sangat muak. Setelah sarapan dan mandi, Soraya mengajak Justin ke taman bunga yang ada di halaman belakang rumah.
"Jika kau tidak sibuk," katanya ketika mengajak Justin di kantornya.
Tentunya Justin tidak mungkin menolak. Senangnya memuncak jika Soraya terus disisinya. Dengan sedikit menggoda ia membalas, "Apa sih yang tidak buat kamu, Sayang! Ayo kita pergi!"
Justin segera memberikan pengawalan dengan lengan kirinya pada Soraya. Wanita itu melingkarkan lengan kanannya ke lengan Justin. Dan keduanya berjalan dengan romantis. Mengenakan baju yang mewah, sepatu mahal, mereka jalan ke halaman belakang rumah.
Banyak bunga bermekaran di sini. Sehingga aromanya yang khas memenuhi halaman. Banyak ragam bunga itu. Ada mawar, melati, melati Bali, anggrek, anggrek bulan, tulip, lili, bunga matahari, dan lain-lain.
"Kau suka banyak bunga, ya?" tanya Justin. Niatnya memanaskan suasana lagi.
Tapi jawaban Soraya malah kesenangan, meskipun dengan nada dingin, "Kebanyakan. Bunga melambangkan kesucian, cinta yang abadi, romantis, dan banyak lagi. Tambah dengan kicauan burung yang terbang dan terdengar ikut menikmati keindahan alam ini dengan ceria, aku jadi tambah senang."
Dari sinilah, niat Justin menyusut. Seakan-akan hatinya tersentuh dengan ucapan Soraya barusan. Ada benarnya juga.
"Apa kau sendiri juga begitu?" giliran Soraya yang bertanya.
Justin tersenyum halus dan menjawab, "Sedikit. Tapi, aku akan ikut suka apa yang kau sukai."
Keduanya terduduk di bangku besi taman itu. Saat itu juga, Justin merasakan ketenangan sedikit. Ia melirik istrinya yang kelihatannya murung kemarin, yang kelihatannya bosan, sekarang jadi bahagia meskipun masih bersikap dingin padanya. Benar-benar gadis kutub bagi Justin.
Sedangkan Justin sendiri sadar, ia selalu memanas-manaskan Soraya. Suka buat gerah, bosan, be-te, layaknya gurun pasir Sahara yang selalu paling panas udaranya.
{Tambahan: Sebagai alpha geng Werewolf, selain memakai kalung besi, Justin dan Hugh juga memakai cincin besi di jari mereka sebagai tanda kehormatan seorang pemimpin geng besar. Justin memakai cincin di 3 jari tangan kanannya yang menyambung dan berduri. Sedangkan cincin Hugh dipakai di jari telunjuk tangan kirinya.}