9
Pernikahan adalah cita-cita semua orang, termasuk Dokter Zonya. Namun apakah pernikahan masih akan menjadi cita-cita saat pernikahan itu sendiri terjadi karena sebuah permintaan. Ya, Dokter Zonya terpaksa menikah dengan laki-laki yang merupakan mantan Kakak Iparnya atas permintaan keluarganya, hanya agar keponakannya tidak kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Alasan lain keluarganya memintanya untuk menggantikan posisi sang Kakak adalah karena tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang asing, selain keluarga.
Lalu bagaimana kehidupan Dokter Zonya selanjutnya. Ia yang sebelumnya belum pernah menikah dan memiliki anak, justru dituntut untuk mengurus seorang bayi yang merupakan keponakannya sendiri. Akankah Dokter Zonya sanggup mengasuh keponakannya tersebut dan hidup bersama mantan Kakak Iparnya yang kini malah berganti status menjadi suaminya? Ikuti kisahnya
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Zonya meminum air yang disodorkan oleh Sean. Begitu selesai, ia mendorong gelas itu agar Sean peka dan menjauhkannya. Ia lantas melirik Naina yang sedari ia sadar tadi terus menerus berceloteh tiada henti bersama Mbok Ijah
"Nai tidak rewel 'kan Mbok?" tanya Zonya
"Tidak Nya. Non Nai sudah lebih baik"
"Hm syukurlah" Zonya mengucek pelan matanya karena merasa gatal. Ia juga mengecek hidungnya saat merasa hidungnya sedikit kebas, dan benar saja terdapat bercak merah di hidungnya "Kenapa hidungku berdarah? Sepertinya aku tidak ada riwayat penyakit apapun" ucap Zonya lirih
"Mmm Nya, itu... Sebenarnya tadi hidung Nyonya di tekan oleh Non Nai. Mungkin, saat tadi Mbok menarik Non Nai agar menjauh dari Nyonya, kuku Non Nai tidak sengaja menggores bagian hidung Nyonya" terang Mbok Ijah
Pandangan Zonya beralih pada Naina "Benar Nai yang menggores hidung Aunty?"
"No no..." ucap Naina, seakan ia mengerti bahwa sekarang adalah saatnya membela diri
"Benar bukan Naina?" tanya Zonya lagi
"No no Mama... Huhu wlee Mama" sahut Naina
Zonya meringis mendengar ucapan Naina. Sebab setiap apa yang bayi itu katakan membuatnya semakin tidak mengerti "Dia bicara apa Mbok?"
"Tidak tahu Nya" sahut Mbok Ijah ikut bingung
"Mama... Wle huhu no no no"
"Iya, Nai ingin tidur bersama Aunty, begitu?" tebak Zonya
"No no"
"Lalu?"
"Wle huhu..."
Zonya tersenyum kecut saat lagi-lagi Naina bicara. Entahlah, dalam situasi tertentu, saat keadaannya baik-baik saja, maka Naina akan berubah menjadi anak yang begitu aktif. Ia akan mengatakan berbagai hal, tanpa memikirkan orang yang mendengarnya akan kepusingan
"Kalau sudah lebih baik, kita ke ruangan Naina saja. Di sana jauh lebih nyaman untuk kalian beristirahat" ucap Sean
"Iya Nya. Ranjang di sana juga luas, Nyonya pasti nyaman untuk memakainya istirahat" timpal Mbok Ijah
"Baiklah"
Zonya lekas mengulurkan kedua kakinya hendak turun dari brankar. Namun karena barusaja mengalami pingsan. Kedua kakinya seakan tidak mampu untuk menahan bobot tubuhnya sendiri membuatnya hampir terjatuh. Beruntung ada Sean yang dengan sigap menahannya agar tidak jatuh. Saat pandangan keduanya bertemu, waktu seakan berhenti untuk sesaat
"Mama... No no..."
Zonya segera sadar saat mendengar suara Naina "Aku bisa sendiri" baru saja Zonya hendak berjalan, tubuhnya kembali limbung dan lagi-lagi Sean 'lah yang membantunya
"Biar aku papah saja" usul Sean
"Tidak"
"Jangan keras kepala Zoe!"
Zonya sudah tidak mampu berkata-kata saat orang-orang terdekatnya berkata dengan nada yang kerasa kepadanya. Entahlah, dadanya seakan berdebar tak menentu saat keluarganya berkata keras atau bahkan menyakitinya. Ia juga tidak tahu mengapa, bahkan jika bisa, ia ingin menangis kencang saat orang-orang menunjukkan ketidak sukaan terhadapnya. Namun anehnya air matanya tidak pernah bisa menetes di saat-saat seperti itu. Justru, air matanya akan menetes saat ia tengah sendiri
"Ayo aku bantu" seru Sean lagi dan langsung memapah Zonya menuju rungan Naina
Sepanjang lorong menuju ruangan Naina. Baik Sean maupun Zonya tidak ada yang memulai pembicaraan lagi. Tidak lama, akhirnya mereka tiba di ruangan Naina
"Istirahat saja dulu, Naina biar sama Mbok Ijah untuk sementara" nasehat Sean dan langsung keluar dari ruangan
Zonya hanya mengangguk singkat. Namun begitu melihat Sean keluar dari ruangan, ia lekas mengulurkan tangannya pada Naina, yang langsung disambut anak itu dengan riang
"Nai sudah sehat?" tanya Zonya
"Tat"
"Sudah oke?"
"Te"
"Tidak menangis lagi?"
"No no no"
"Good job girl" Zonya mengusap pucuk kepala Naina.Ia sangat bahagia saat anak itu sudah kembali ceria. Karena bagaimanapun, kekuatannya untuk bertahan hidup adalah Naina, tidak ada yang lain. Karena di keluargnya sendiri 'pun, ia merasa seperti orang asing
"Naina mau tidur bersama Aunty tidak?" tanya Zonya
"Cucu..." jawab Naina
"Cucu?" Zonya mengerutkan keningnya tak mengerti
"Mungkin maksud Non Nai, dia ingin susu, Nya" ucap Mbok Ijah menerangkan
"Nai ingin susu, iya?" tanya Zonya
"Ya"
"Oh... Sebentar kalau begitu" Zonya melirik Mbok Ijah "Tolong buatkan susu untuk Nai, ya Mbok"
"Siap Nya"
Zonya kembali menatap Naina yang terlihat memilin tali bajunya sendiri. Ia menarik pelan tali itu, lalu memilinnya lagi. Di saat-saat tertentu, ia akan tersenyum saat tali yang satu pendek dan satunya lagi panjang. Se-simple itu melihat senyum Naina saat suasana hatinya sedang baik
"Nai..."
Seolah mengerti, anak itu mendongak menatap Zonya "Mama... Mama..."
"Ini Aunty, bukan Mama"
"No no, Mama..."
"Baiklah" ucap Zonya akhirnya, ia tidak ingin berdebat dengan Naina
"Ini susunya, Nya" Mbok Ijah memberikan botol susu kepada Zonya
"Terima kasih Mbok"
"Sama-sama Nya"
Zonya langsung memberikan botol susu tersebut pada Naina. Melihat botol susu yang ia inginkan berada didepan mata, membuat Naina segera meraihnya dengan kedua tangan gembulnya. Ia menyedot susunya perlahan, membuat pipi chubby-nya terlihat kempang-kempis, seiring dengan sedotannya
"Nai suka?"
"Ta" anak itu melepas dot-nya sebentar, lalu kembali menyedotnya
Zonya tersenyum. Ia lantas membaringkan tubuhnya secara perlahan di ranjang. Sedangkan Naina ia biarkan duduk diatas perutnya. Pandangannya tak pernah teralihkan dari wajah Naina yang jauh lebih menggemaskan saat dilihat dari bawah
"Nya..."
Zonya mengalihkan tatapannya saat mendengar Mbok Ijah memanggil "Ya Mbok?"
"Maaf kalau Mbok lancang. Tapi, kalau boleh Mbok tahu, laki-laki yang tadi menolong Nyonya siapa ya, Nya?" tanya Mbok Ijah sungkan
"Memang tadi yang menolongku laki-laki Mbok?" tanya Zonya. Ia pikir, Mbok Ijah 'lah yang membawanya ke ruangan itu tadi
"Iya Nya. Dia kenal Nyonya juga"
"Oh ya, siapa namanya?"
"Kalau tidak salah, namanya Amir, Nya"
"Amir..." lirih Zonya
"Nyonya mengenalnya?"
"Dia teman lamaku Mbok, dia sedang menunggu istrinya yang kebetulan dirawat di sini" jelas Zonya
"Oh..." Mbok Ijah melirik Zonya yang terlihat tidak lagi ceria seperti sebelumnya setelah membicarakan laki-laki bernama Amir itu
"Mama... Mama..." Naina memukulkan botol susunya yang sudah kosong ke dada Zonya
"Kenapa Sayang, Nai kenapa Nak?"
"Mama Mwele..."
Zonya kembali mendudukkan dirinya. Melihat mata Naina yang sudah hampir terpejam, kini ia menjadi paham maksud ucapan Naina tadi. Anak itu seakan mengatakan bahwa ia tengah mengantuk dan ingin tidur. Zonya langsung memeluk tubuh Naina dan menepuk punggungnya pelan agar anak itu nyaman
"Naina bobok, oh Naina bobok. Kalau tidak bobok, digigit nyamuk" Zonya mulai bersenandung
Jlek
Naina melepas tubuhnya dari pelukan Zonya saat mendengar senandungan dari ibu sambungnya itu "Dit?" tanya-nya
Seakan mengerti ucapan Naina, Zonya langsung mengangguk "Iya, kalau tidak bobok digigit nyamuk"
Mendengar ucapan Zonya. Naina kembali menabrakkan tubuh mungilnya di dada Zonya. Setelah itu ia langsung memejamkan mata untuk kembali tertidur. Tingkah menggemaskan Naina membuat Mbok Ijah dan Zonya saling pandang dan akhirnya tertawa bersama