Devon merasa ia jatuh cinta pada gadis sebatang kara, setelah perjalanan cintanya dengan berbagai jenis wanita. Gadis ini anak jalanan dengan keadaan mengenaskan yang ia terima menjadi Office Girl di kantornya. Namun, Hani, gadis ini, tidak bisa lepas dari Ketua Genknya yang selalu mengamati pergerakannya. Termasuk pada satu saat, kantor Devon mengalami pencurian, dan terlihat di cctv kalau Hani-lah dalang pencurian tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berterus Terang
Setelah melalui malam dengan tidak tenang karena keadaan adiknya, Hani yang tidak bisa tidur pun akhirnya memutuskan untuk ke rumah Jackson mencari Farid.
Ia bertekad, kali ini ia harus tahu keadaannya, karena sudah terlalu lama prosesnya. Walau pun itu berarti harus mendobrak rumah Jackson dan masuk dengan paksa.
Malam ini, keadaan kolong jembatan penuh orang yang tidur di pinggir-pinggir pagar pembatas beralaskan kardus. Beberapa sedang riuh main kartu, beberapa main gitar, yang lain bercanda sambil kobam (dibalik).
Mereka yang sedang sibuk sendiri jelas tidak terlalu perhatian dengan Hani yang memang sosoknya kecil mungil.
Itu memang kelebihannya, mudah menyusup.
Saat tiba di rumah Jackson, sayup-sayup ia mendengar seseorang mengobrol dari dalam ruangan.
Hani mengintip lewat sela-sela teralis, ia bisa melihat Jackson sedang berdiri di ambang pintu kamarnya sambil menelepon seseorang.
“Nggak bisa dibicarakan lagi, Tante? Aku juga punya pekerjaan lain. Terus terang aja kalau harus setiap malam selama sebulan rasanya terlalu berlebihan buatku. Iya aku tahu hutangku ke Tante banyak, tapi pelan-pelan akan aku lunasi, Bulan lalu kan aku udah lunasi setengahnya.”
Jackson berbicara sambil menegak minuman keras dari kaleng, lalu bersandar ke dinding sambil menggaruk pelipisnya dengan ujung ibu jarinya. “Ya aku memang nggak kehilangan apa-apa. Gini aja, aku pinjam lagi 5 juta, aku akan antar jemput Tante pulang kerja, selama sebulan. Gimana? Kalau masalah seksual ya jangan tiap hari, seminggu 2-3 kali masih oke lah Tante. Aku nggak bisa nginap di sana, di tempatku banyak yang harus diurus.”
Dari perbincangan Jackson dengan entah siapa, hati Hani agak terenyuh. Itu berarti Jackson sedang berusaha meminjam uang ke ‘kenalannya’ atau entah siapa.
Dan kelihatannya ini berhubungan dengan masalah menjual tubuh.
Bukan rahasia lagi kalau pekerjaan seperti ini marak di lingkungan jalanan. Untuk kelas Jackson, harga 5 juta lumayan mahal. Apalagi Jackson solo karier, tidak melalui agen.
Tapi menurut Hani, wajar saja kalau Jackson mendapatkan harga mahal, karena wajahnya lumayan tampan. Senyumnya lembut dan tatapan matanya teduh.
Semua wanita bagai sedang dirayu kalau bertatapan dengannya.
Ia bersikap ramah kepada semua orang
Kecuali... para anak jalanan.
Berkali-kali mereka harus terluka karena dianiaya Jackson. Ia melakukan itu dengan dalih kalau mereka tidak bisa membela diri, maka mereka akan mati di jalanan diringkus preman lain.
Contoh didikan Jackson seperti tiga serangkai bikin onar, Ical, Asep dan Anton.
Mereka diajari dari mulai menahan lapar 5 hari hanya bertahan dengan air hujan, sampai bermain gitar, baca tulis, cara mencuri, merampok, dan tentunya bela diri. Semua Jackson yang mengajarkan.
“Yang 2 juta kemarin... udah habis Tante.” Kata Jackson ke si penelepon. “Buat biaya pemakaman salah satu anak asuhku.”
Hani langsung menegang.
Tentu saja.
Kalimat Jackson itu serta merta membuatnya membeku.
Hani mengingat-ingat selain Farid, siapa anak asuh yang sedang sakit atau sekarat?
Seingatnya tidak ada.
Hani kemudian mengingat-ingat lagi, siapa anak asuh yang sedang terluka, atau ada insiden yang membuat gempar di lingkungan sini, yang berhubungan dengan lukanya seseorang?
Rasanya tidak ada.
Selain adiknya.
Hani kemudian berusaha menelaah lagi siapa yang Jackson maksud dengan memakamkan. Apakah berupa metafora, atau ada kode tertentu di kalimat barusan.
Tapi entah bagaimana, semakin banyak Hani berusaha berpikiran positif, semakin banyak hal-hal yang terasa tidak pas dengan pikiran baiknya.
Apalagi, ia melihat di atas ranjang Jackson kini tidak ada terbaring tubuh adiknya.
Bahkan kasurnya sudah digulung dan dilapisi dengan plastik.
Perlahan, lutut Hani terasa lemas.
Ia pun jatuh terduduk di pinggir jendela Jackson.
Meringkuk di sana dan menangis tanpa suara.
Sampai pagi.
**
Pagi harinya,
“Ngerti?” desis Jackson sambil mengancingkan kemeja, seragam waitressnya. Ia shift pagi kali ini. “Gue ulangi sekali lagi, siapa tahu lo tadi masih blo’on. Liat aja tuh tampang Hani kayak mayat idup.” Ejek Jackson.
Hani hanya menunduk menatap lantai semen.
Ia tidak tidur semalaman.
“Hari ini lo bertiga cari barang-barang yang mirip tapi yang udah rusak. Gue kasih duit buat reparasi biar chasingnya keliatan bagus dikit. Sama buat sewa truk.”
“Memang lu dah gajian Bang?” tanya Anton.
“Gue dapet duit tadi malem.” Desis Jackson muram.
Ical dan Anton saling lirik lalu mesem-mesem.
“Setelah dapet barangnya, nanti malam lo ganti segala macam benda eletronik di gedung itu, ganti sama yang kw bikinan kita. Hani lo hari ini tetap berjaga di gedung. Siapin jalur masuk yang lain buat nyelundupin truk. Ada berapa barang?”
“Sekitar 6 Bang. Ada 2 TV layar datar 40 inch, ada dispenser, ada printer, ada 2 unit komputer di ruang fotokopi. Semuanya warna hitam jadi gampang cari yang mirip-mirip.” Kata Anton sambil membaca daftarnya yang ia tulis dikertas lecek bekas struk minimarket.
“Kalau ini berhasil , berikutnya kulkas dan peralatan dapur.” Gumam Jackson sambil memeriksa penampilannya di kaca buram.
“Kita liat mesin kopi merek Smeg, microwave dan ada mesin cuci segala bang, merknya electrolux.”
“Mahal-mahal tuh...” gumam Jackson. Ia sedang tidak bersemangat karena siang ini ia harus kabur sebentar dari cafe tempatnya bekerja, untuk melayani ‘tantenya’ di salah satu apartemen di bilangan Jakarta Barat.
Hani hanya menunduk sambil terdiam.
Jackson meliriknya sekilas, lalu berusaha tidak peduli terhadap keadaan gadis itu.
Tapi ya tidak bisa juga ternyata.
Ia ternyata kepikiran.
“Lo bertiga beraksi dulu di mall, nih ada duit buat ngopi di cafe, cari resto yang mahal yang banyak sosialita lagi sibuk haha hihi, pelajari CCTV, ambil apa pun yang bisa dijual lagi kalo perlu se-tas-tasnya lo ambil. Strateginya kayak yang kemarin kita diskusi.”
“Siap Bang!”
“Ical, jangan lupa sikat gigi.” Desis Jackson. Tiga serangkai itu pun keluar dari rumah Jackson sambil cekikikan karena dapat beberapa lembar seratus ribuan.
Hani pun akan pergi tapi Jackson mencengkeram lengannya.
“Siapa yang kemarin?” tanya Jackson langsung ke inti masalahnya.
“Yang mana Bang?” Desis Hani pelan. Ia sedang menahan tangisnya.
“Yang cium tangan lo?”
Hani mengernyit.
Tentu saja jawabannya Devon.
Siapa lagi.
“Salah satu manajer yang kerja di gedung itu. Dia baik sama aku.”
“Kelihatannya bukan sekedar ‘baik’ doang.” Ada nada sarkasme di ucapan Jackson. “Lo beneran lagi nyamar di sana atau jangan-jangan lo memang kerja di sana tapi nggak bilang-bilang gue? Itu salah satu om-om yang bakalan lo sodorin keperawanan lo?”
Jackson berujar seakan tahu segalanya.
Dan hati Hani bagai terhujam karena hampir semua kalimatnya benar.
Tapi Hani tidak akan mau menjawabnya.
Agar perhatian Jackson teralihkan, Hani pun mengangkat kepalanya dan menatap langsung ke mata Jackson.
“Farid dimakamkan di mana Bang?”
Dan Jackson pun terdiam.
Pegangannya di lengan Hani pun mengendur.
“Kenapa Abang nggak bilang aku?” tanya Hani lagi.
Jackson menegakkan tubuhnya dan balas menatap Hani dengan tajam.
“Kalau lo lupa, Hani. Dia bukan adik lo. Jadi itu bukan urusan lo.”
klo punyaku bnyak logonya BRI ,BNI ,BPJS ,OJK jg ada... 🤧🤧🤧🤧
🙄🙄
emang ada ya pesugihan codot ngising 🤣🤣🤣
semuuuaaaa bab menyenangkan dan menghibur.makasih Madam 🥰🥰